Laman

Jumat, 02 Desember 2016

Sejarah Jakarta (1): Cornelis de Houtman, 1595; Cunda Calapa (Belanda) dan Iacatra (Portugis)

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Jakarta adalah kelanjutan sejarah Batavia. Sejarah Bogor tidak terpisahkan dari sejarah Jakarta. Sejarah Bogor adalah kelanjutan dari sejarah Buitenzorg. Hubungan antara sejarah Buitenzorg dan sejarah Batavia sangat eksklusif. Buitenzorg adalah bagian dari Batavia. Di masa lampau Sunda Kelapa (Batavia) adalah bagian dari Pakuan (Buitenzorg). Oleh karenanya, sejarah Batavia dan sejarah Buitenzorg tidak bisa dipisahkan. Dengan begitu sejarah Bogor tidak bisa dipisahkan dengan sejarah Jakarta.

Monumen Nasional Jakarta, 1975
Dalam serial artikel Sejarah Jakarta ini, yang dimaksud sejarah Jakarta juga termasuk sejarah Bogor. Dalam perkembangan lebih lanjut, area antara Batavia dan Buitenzorg lebih dahulu berkembang dibanding area yang lainnya. Satu nama tempat diantara Batavia dan Buitenzorg adalah Depok. Oleh karena itu Batavia, Buitenzorg dan Depok menjadi satu kesatuan sejarah yang tempo dulu pernah satu wilayah administratif: Depok berada di di onderafdeeling (kecamatan) Paroeng, afdeeling (Kabupaten) Buitenzorg, Residentie/Province Batavia.

Serial artikel Sejarah Jakarta ini disusun berdasarkan proses penggalian informasi berdasarkan data-data tempoe doeloe khususnya surat kabar sejaman (1600-1900). Dalam hal ini juga termasuk buku-buku dan peta-peta kuno dalam bahasa Portugis dan bahasa Belanda. Serial artikel ini dimaksudkan untuk berbagi (sharing) dan sekaligus untuk memberikan ‘koreksi’ terhadap Sejarah Jakarta yang selama ini banyak ditulis salah atau ditafsirkan keliru. Dengan kata lain, serial artikel Sejarah Jakarta ini dirancang untuk menunjukkan konstruksi asli sejarah Jakarta apa adanya: Dalam penulisan ini, disusun berdasarkan fakta sejarah (empiris) secara proporsional (tidak menambah-nambahkan atau memalsukan dan juga tidak mengurangi atau menyembunyikan).

Para pembaca diharapkan sedikit bersabar, karena artikel-artikel Sejarah Jakarta tidak sekaligus dipublikasikan. Sebab waktu yang terbatas diantara pekerjaan utama dan saya sendiri hanya menulis topik sejarah ini hanya di waktu senggang terutama saat menonton sepakbola (untuk serial artikel hingga artikel ke-14 tentang Sejarah Persija Jakarta dapat dibaca dalam blog ini). Meski data-data elektronik dalam penulisan sejarah ini sangat membantu dalam kecepatan, tetapi hal lain yang memperlambat adalah bahwa saat ini saya juga masih menulis serial artikel Sejarah Kota Medan (sudah dipublikasikan hingga Artikel ke-54). Untuk sekadar proyeksi, satu kota lagi yang tengah disiapkan untuk ditulis sejarahnya adalah Kota Surabaya. Selamat membaca dan ikuti terus.

Mari kita mulai melacak dengan artikel pertama.

Cornelis de Houtman, 1595

Peta kuno, Peta Portugis, 1619
Peta tahun 1619 (berbahasa Portugis) boleh jadi merupakan peta kuno paling lengkap tentang pelayaran dunia. Informasi seluruh nusantara (Oost ofte Portugaels Indien) dari Birma hingga Papua dan dari Luzon hingga Timor terdapat pada Peta No.19. Dalam peta ini satu nama yang tercatat di Teluk Jakarta adalah Icatra (Jacatra).

Sedangkan buku kono paling lengkap tentang identifikasi nama-nama tempat di dunia adalah berjudul ‘Itinerarivm, ofte schipvaert naer Oost ofte Portugaels Indien’ yang terbit di Amsterdam tahun 1614.

Buku berbahasa Belanda ini masih dicetak dengan huruf gothiek. Pelaut Portugis sudah mendarat di Malacca tahun 1508 dan menguasainya tahun 1511. Sedangkan pelaut-pelaut Belanda baru muncul satu abad berikutnya yang lalu kemudian muncul VOC tahun 1602 yang berkantor di Banten, lalu pindah ke Ambon, kemudian Sulawesi Selatan, lalu ke Banten lagi dan akhirnya menetap di Batavia tahun 1619.

Ini berarti buku ‘Itinerarivm, ofte schipvaert naer Oost ofte Portugaels Indien’ sudah beredar luas sebelum Belanda di Batavia memulai babak baru penguasaan Nusantara. Ini juga berarti peta kuno 1619 bersamaan munculnya dengan Batavia ditetapkan sebagai markas VOC yang baru (dan untuk seterusnya).

Peta  Cornelis de Houtman (1597)
Buku ini besar kemungkinan juga merujuk pada jurnal Belanda tahun 1598 berjudul: ‘Journael vande reyse der Hollandtsche schepen ghedaen in Oost Indien, haer coersen, strecking hen ende vreemde avontueren die haer bejegent zijn, seer vlijtich van tijt tot tijt aengeteeckent, ...’. Jurnal ini sepenuhnya berisi catatan hari demi hari tentang ekspedisi yang dilakukan oleh Cornelis de Houtman yang dimulai pada tanggal 2 April 1595 dengan total 249 orang. Di dalam jurnal ini juga berisi beberapa peta termasuk peta Pulau Jawa yang dibuat pada tahun 1597 dimana dalam peta ini terdapat dua nama tempat yang berdekatan di Teluk Jakarta: Bantam (Banten) dan Cunda Calapa (Sunda Kelapa). Sebagaimana diketahui, Cornelis de Houtman adalah pimpinan ekspedisi pertama Belanda yang berhasil memasuki nusantara.

Sunda Kelapa (Cunda Calapa) dari catatan de Houtman (Peta 1597) dan Jacatra (Iacatra) dari peta Portugis Peta No.19 (1619) mengindikasikan dua nama untuk menunjukkan tempat yang sama.

Sunda Kelapa adalah pelabuhan Sunda dari Pajajaran di Pakuan (kini Bogor) yang beragama Hindu. Pelabuhan ini pernah diserang Demak yang beragama Islam dibawah pimpinan Fatahillah 1526. Di bawah kekuasaan Demak, Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jayakarta (Jacatra). Oleh karena itu nama tempat yang dimaksud harus dilihat dari dua sisi: dari sisi Pajajaran disebur Sunda Kelapa dan dari sisi Demak/Banten disebut Jayakarta. Dua nama ini terus eksis dan saling dipertukarkan.  

Bersambung:

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar