Laman

Senin, 12 Desember 2016

Sejarah Jakarta (11): Surat Kabar Pertama Bataviaasche Nouvelles (1744); Bataviaasch Genootschap dan Pers Belanda



Bataviaasch Genootschap didirikan. Lembaga pengetahuan VOC ini didirikan tahun 1778 di Batavia (Tanggal 24 April). Pada saat ini kantor semacam institusi VOC yang disebut Dagh-Register masih aktif melakukan pencatatan tentang Hindia Timur, khususnya dinamika di Batavia.

Hollandsche historische courant, 11-01-1785
Satu catatan Dagh Register yang berhasil ditemukan adalah catatan tentang kedatangan seorang Tionghoa di Batavia dari Angkola tahun 1701. Catatan-catatan lainnya belum pernah ada yang dilaporakan. Namun semua catatan Dagh Register sejak 1624 sudah diekstrak di dalam berbagai volume (volume 1624 hingga volume 1782). Oleh karena itu, catatan parsial (dalam bentuk asli) tentang satu hal hanya catatan tentang Tionghoa tersebut.

Lembaga pengetahuan baru telah muncul. Yang kemudian disebut Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Lembaga ini tentu di awal pendiriannya belum efektif bekerja. Hasil pertama mereka adalah sebuah prosiding yang dipublikasikan dan dijual secara komersol (lihat Hollandsche historische courant, 11-01-1785) Lembaga ini diduga baru efektif bekerja di era pemerintahan colonial Belanda (VOC bangkrut lalu diakuisisi Kerajaan Belanda dengan membentuk Pemerintah Hindia Belanda tahun 1799).

Pada era Inggris (1811-1816) nama Batavian Literary Society muncul, Gubernur Jenderal Inggris, Raffles termasuk salah satu anggota (kehormatan) dan duduk sebagai Presiden Kehormatan (di atas Vice President). Raffles adalah penulis handal, bukunya yang terkenal adalah Th History of Java. Salah satu anggota kehormatan adalah William Marsden, penulis buku The History of Sumatra yang diterbitkan pertama kali tahun 1811. Meski demikian nama Bataviaasch Genootschap tetap eksis (lihat ava government gazette, 03-04-1813). Dengan kata lain ada dua lembaga yang berbeda anggota dan bahasa.

Pada masa selanjutnya, sumber-sumber yang dapat dijadikan rujukan selain Dagh Register adalah beberapa surat kabar yang terbit di Belanda (Amsterdam, Haarlem, Rotterdam dan Leyden). Surat kabar semasa VOC tidak ditemukan di Batavia. Dua sumber tersebut (dagh register dan surat kabar di Belanda) menjadi sumber data terpenting.

Surat Kabar Terbit di Batavia

Bataviasche koloniale courant, 05-01-1810
Surat kabar di Batavia adalah Bataviasche koloniale courant. Surat kabar ini terbit pertama kali dengan edisi pertama tanggal 5 Januari 1810. Di dalam edisi perdana ini terdapat kutipan suatu dokumen pemerintah (General Reglement) yang menunjukkan aturan umum (general reglement) yang dibuat oleh Gubernur Jenderal Daendles setelah dua tahun menjabat untuk menetapkan beberapa nama tempat yang dijadikan sebagai patokan (check poin) jaringan jalan pos yang menghubungkan semua wilayah di Jawa (dimana orang-orang Eropa tinggal).

Satu hal yang menarik dalam pembagian wilayah (distrik) ini hanya disebutkan nama tempat Bantam, Batavia, Semarang dan Surabaya. Hal ini terkait dengan penarikan garis dari satu tempat ke tempat lain sebagai jalan pos. Ini berarti belum ada pembagian wilayah administrasi sebagaimana nanti Jawa dibagi tiga wilayah: West, Midden dan Oost.

Setelah surat kabar yang (diduga) dimiliki oleh Pemerintah Hindia Belanda tersebut (Bataviasche koloniale courant) surat kabar lainnya mulai bermunculan, salah satunya surat kabar di era pendudukan Inggris (1811-1816) yaitu  Java government gazette.

Middelburgsche courant, 01-11-1766
Surat kabar di era VOC Bataviaasche Nouvelles dikabarkan muncul tahun 1744 (empat tahun setelah peristiwa pembantaian Tionghoa di Batavia). Namun surat kabar ini berhenti. Penerbitan surat kabar ini baru muncul lagi tahu 1766 (lihat Middelburgsche courant, 01-11-1766). Keberadaan surat kabar VOC ini dilaporkan surat kabar di Belanda (seperti Middelburgsche courant, Leydse cournt, Rotterdam courant, Oprechte Nederlandsche courant) yang kerap mengutip berita di Hindia Belanda. Surat kabar ini kemudian tidak terdeteksi lagi sejak 1800. Setelah beberapa tahun kemudian baru muncul Bataviasche koloniale courant tahun 1810. Ini berarti menandakan pers Hindia Belanda (pemerintah) menggantikan pers era Hindia Timur (VOC). Bataviaasche Nouvelles yang beroperasi selama 60 tahun masih sempat nongol pada tahun 1820 seperti lansir surat kabar Leydse courant eedisi 09-04-1821.

Bataviaasch Genootschap

Lembaga seni dan ilmu pengetahuan Bataviaasch Genootschap makin lama makin intens dan popularitasnya mulai menonjol. Lembaga ini menjadi lembaga yang paling bergengsi diantara orang-orang Belanda. Era pedagang (VOC) telah lama berlalu. Sekarang, Bataviaasch Genootschap umumnya diisi oleh pejabat-pejabat pemerintah yang berdedikasi dalam seni dan ilmu pengetahuan di Hindia Belanda. Memang tidak semua pejabat yang bisa berkontribusi, namun paling tidak mereka selalu membaca laporan-laporan dari lembaga ini di dalam konteks tugasnya masing-masing di daerah, terutama daerah-daerah yang baru, seperti Sumatra’s Westkust dan afdeeling Mandailing dan Angkola di Tapanoeli.

Di dalam Almanak 1819, salah satu hal penting yang dicatat sebagai dokumen Negara adalah Kamus Belanda-Melayu. Di dalam buku Almanak ini bahasa melayu yang dianggap penting dan kerap digunakan dalam sehari-hari oleh pejabat diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda.

Contohh volume Dagh Register (1624-1629)
Lembaga ini menjadi semacam LIPI sekarang. Tentu saja perguruan tinggi belum ada. Namun secara berkala para ahli dan guru besar di Belanda dikirim atau diundang oleh Bataviaasch Genootschap. Para guru-guru besar di Belanda juga mengirim mahasiswanya untuk melakukan studi ke Hindia Belanda atau para guru besar dan para ahli berkolaborasi dengan lembaga yang lain seperti lembaga keagamaan. Pemerintah sendiri juga merekrut sejumlah para ahli di bidangnya untuk melakukan tugas-tugas khusus di bidang ilmu pengetahuan di daerah-daerah baru atau daerah-daerah yang sama sekali belum dimasuki oleh pemerintah. Mereka ini di datangkan dari Beanda dan Jerman.

Beberapa ahli yang terkenal diantaranya Jung Huhn, 1850 (geologi dan botani), N. van der Tuuk, 1855 (linguistic) ke daerah Tapanoeli.

Para pejabat juga aktif menulis sebagai bagian dari tugas-tugasnya di daerah baru. Tidak semua pejabat mampu mengekstrak laporan tahunan atau loporan selama bertugas ke dalam bentuk tulisan yang dapat disumbangkan ke Bataviaasch Genootschap. Salah satu pejabat daerah di daerah baru, terpencil (saat itu) dan terbilang cerdas adalah Asisten Residen Mandailing en Angkola, TJ Willer yang mempublikasikan tulisannya di Bataviaasch Genootschap pada tahun 1846 (catatan: pemerintahan di afd. Mandailing dan Angkola dibentuk tahun 1840).

Sumatra-courant, 16-06-1887

Bataviaasch Genootschap oleh anggotanya telah mengekstrak Dagh Register, suatu kronik yang sangat rinci antara tahun 1624 hingga 1808 ke dalam berbagai volume. Hasilnya telah dipublikasikan. Namun volume yang diterbitkan tidak lengkap karena banyak dokumen dagh register di masa lampau yang rusak atau hilang (sengaja atau tidak sengaja). Para peneliti sejarah yang tergabung dalam Bataviaasch Genootschap berterimakasih kepada nenek moyang meeka yang begitu tekun mencatat begitu lama sehingga Dagh Register terbilang arsip paling lengkap tentang Asia (termasuk di dalamnya Jepang) sebagaimana dilaporkan Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 16-06-1887. Secara khususnya catatan yentang Hindia Belanda antara lain Batavia, Jawa, Sumatra’s Westkust, Jamby, Palimbang, Tarnaten, Amboina, Banda, Makasar, Solor dan Timor, Kalimantan dan Atchin. Sayang pada tanggal 29 Maret 1808 Daendles menghentikannya.

Pers Hindia Belanda Berkembang

Pers Hindia Belanda muncul setelah didahului oleh surat kabar pemerintah (Bataviasche koloniale courant masih terbit hingga tahun 1874). Surat kabar yang lahir sebelum Bataviasche koloniale courant tamat dan setelahnya adalah surat kabar yang dikelola para investor. Surat kabar tersebut terbit di berbagai kota, seperti Batavia, Semarang, Soerabaja, Padang, Medan dan Bandoeng.

Algemeen Handelsblad, Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, Bataviaasch handelsblad, Soerabaijasch handelsblad, Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad (1859), De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad. Kemudian menyusul Deli Cournat, Sumatra post,  De Preanger-bode dan lain sebagainya.

Pemahaman terhadap Hindia Belanda semakin komprehensif dengan terbitnya berbagai surat kabar di Hindia Belanda ini. Surat kabar berbahasa melayu juga mulai teridentifikasi, namun umumnya masih terbatas di kalangan orang-orang Tionghoa.

Willem Iskander Pengarang Buku Pribumi Pertama

Saat pers Hindia Belanda mulai berkembang, seorang anak afdeeling Mandailing en Angkola (Residentie Tapanoeli) pada tahun 1857 berangkat studi ke Belanda. Setelah menyelesaikan studinya dan mendapat akta guru lisensi Eropa pada tahun 1861 pulang ke kampong halamannnya melalui Batavia. Siswa pribumi pertama yang studi ke Belanda ini pada tahun 1862 mendirikan sekolah guru swasta di Tanobato.

Semasih di Batavia, Willem Iskander berkonsultasi dengan percetakan/penerbitan untuk menerbitkan bukunya yang di tulis selama studi di Belanda. Buku-buku inilah yang menjadi bahan ajarnya di sekolah guru (kweekschool) Tanobato. Buku-buku tersebut ditulis dalam bahasa Batak dengan huruf latin. Buku Willem Iskander terbitan tahun 1862 diduga buku pertama yang dituis seorang pribumi yang dicetak oleh penerbit di Batavia. Belasan bukunya yang diterbitkan dan yang terkenal buku berjudul Siboeloes-boeloes, Siroemboek-roemboek (terbit tahun 1871).

Dalam tempo singkat guru yang bernama Willem Iskander tersebut berhasil meluluskan banyak guru berkualitas dan menjadi guru-guru di seluruh pelosok afd Mandailing dan Angkola. Pada tahun ketika setelah sekolah ini didirikan sekolah guru ini diakuisisi pemerintah dan dijadikan sekolah guru negeri. Dan dalam beberapa tahun saja sudah menjadi sekolah guru terbaik di Hindia Belanda.

Pada tahun 1874 sekolah guru Tanobato ditutup karena Willem Iskander kembali studi ke Belanda tahun 1875 untuk mendapatkan akta kepala sekolah Eropa. Dia akan menjadi kepala sekolah guru di Padang Sidempuan yang akan dibuka tahun 1879. 


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar