Laman

Jumat, 23 Desember 2016

Sejarah Jakarta (13): Nama-Nama Kampong Tempo Doeloe di Batavia (Jakarta)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Nama-nama kampong di Jakarta (Batavia) sudah ada sejak doeloe, era VOC. Kemudian Era Hindia Timur (VOC) berganti menjadi era Hindia Belanda (Pemerintah Kerajaan Belanda) pada tahun 1799. Antara tahun 1799  hingga tahun 1811 dapat dianggap era transisi yang juga diantaranya terjadi pendudukan Inggris (1811-1816). Era transisi ini membedakan era lama (sarikat dagang) dan era baru (pemerintahan colonial). Pada era VOC ibukota berada di Batavia  lama (sekitar casteel) sedangkan pada era pemerintah Hindia Belanda sudah bergeser ke Batavia baru (yang sekarang).

Era VOC

Nama-nama situs penting di era Batavia lama yang masih eksis di era Batavia baru, antara lain (Almanak 1819): Kasteel (Kota Intan), Vierkant (pabean), Groot River (Kali Besar), Diestpoort (Pintu Kecil), Nieuwpoort (Pintu Besar), Buiten de Boom (Luar Jembatan) dan Molenvlier. Pada era VOC ini sudah teridentifikasi nama-nama kampong di Batavia. Nama-nama kampong terawal dicatat di Batavia seperti Kampong Bandan dan Kampong Heemraden, Kampong Pisang, Kampong Borrong (Loear Batang) dan kemudian semakin bertambah.

Beberapa tahun sebelumnya sudah dicatat nama-nama kampong di Batavia dan sekitar (berdasaekan Almanak 1815). Di Batavia dimana terkonsentrasi orang-orang Cina dikepalai oleh seorang Majoor (Lie Tieuwko) dan dibantu oleh enam luitenant. Untuk pemimpin pribumi adalah Majoor orang Moor (Haied Lebe Ibnoo Candoo), Komanadan orang Bali di Kampong Krokot (Mohamad Japar Jenal Babandam), di Kampong Ankay (Mohamad Jedar Ismael Soojara), di Kampong Pakojan (Bojeng Abdoel Majeed), di Gustee Ankay (Mohaad Ching). Tampaknya orang-orang Bali yang sudah ada sejak awal era VOC sudah beragama Islam. Komandan orang Makassar  dan orang Busgis di kampong Patooakan dan kampang Bugis (Kamalodin), di kampong Jacatra dan kampong Macassar (Abdoel Manap).Komandan orang Malajoe di kampong Malajoe (Jaman Andoella). Komandan orang Ambon di kampong Ambon (Mohamad AbdoelKadeer), Komandan orang Sumbawa di kampong Tambora (Baharan). Komandan orang Paranakan (Chinese Natives of Batavia) adalah Alimoedin. Komandan orang Jawa di kampong Manggadoea (Abdoel Somad), di kampong Patoeakan (Mohamad Sahedan) dan di kampong Loear Batang (Hauwas Kertjaya). Dari daftar ini jelas bahwa penduduk pribumi di Batavia dan sekitar dominan orang-orang yang berasal dari Jawa, Bali, Makassar, Bugis, Sumbawa, Melayu dan Ambon. Mereka ini umumnya adalah pasukan pribumi pendukung militer VOC yang tidak kembali ke kampong asal dan menetap di Batavia dan sekitar dengan membuka lahan pertanian (yang menjadi cikal bakal munculnya nama-nama kampong tersebut). Mereka inilah bersama orang Moor dan orang Paranakan (Cina) plus orang Soenda yang datang dari pedalaman yang mendukung terbentuknya komunitas pribumi awal di Batavia (yang boleh dikatakan sebagai orang Betawi yang sekarang).

Dalam perkembangannya nama-nama kampong yang teridentifikasi di Batavia dan sekitar semakin banyak (lihat Peta 1825):

Bagian Barat Batavia: Djacatra, Djambattan Doea, Djambattan Lima, Goesti, Sawa, Doerie, Boegis, Kapoelian, Soekaboemi, Pisang, Baroe/Baroo, Rawa, Tandjong, Pamanggisan, Tommang, Silipie, Koabamboe, Kebon Dalam, Baroe, Gallong, Rawa, Tamboeran, Pedjompongan, Bendoengan, Boekoenang, Doekoe, Boeloe, Bingan, Dapos, Rontakan, Tjidodol, Goenong, Snahan, Jaman, Batoechepper, Anke, Jacatra.

Bagian Selatan Batavia: Peljote (Petojo?), Diemet, Tjidang, Menting, Slemba, Tjikenie, Kramat, Doekoe, Bazaar Baroe, Kare, Koenang Tiga, Panggilingan, Kwitang, Menting Pisang, Pagansang, Doerin, Panjoran, Dalam, Matraman, Kebon Manggis, Oetang Kaijoe, Tanarenda, Balie, Magran, Jawa, Malajo, Lalen, Pangadegan, Lengkong, Tandjong, Baroe, Bedara Tjina, Pataroeman (Petamburan?), Tanabang.

Bagian Timur Batavia: Kampong Malajo (Melayu), Bidara Tjina, Meester Cornelis, Djacatra, Kebon Nanas, Tjipinang Lobang Boaja, Tjipinang, Rawa Bankee, Pisangan, Rawa Mangoon, Kedong Ratoe, Tana Baroe, Pedongkelan, Kandang Sampi, Lembo, Stot, Bandan, Poelo Nanka, Malajoe, Pagansan, Padoerenan. Toekangan, Pakoeboerang, Tjakong, Kajotingi, Rawa Ratee, Jatti Nagara, Tano Koja, Baroe, Pondok Gede, Peesing, Gonong Sahare, Tandong Poora, Pacojan dan Sonthar (Sunter).

Era Pemerintah Hindia Belanda

Era pemerintahan Belanda yang efektif mulai tahun 1810 baru sekadar mengidentifikasi nama-nama daerah di seluruh Hindia Belanda.  Awalnya dibentuk Residentie (Province), seperti: Bantam, Batavia, Preanger, Tjeribon dan sebagainya. Pada masa ini (1865) Residentie Batavia terdiri dari tujuh afdeeling (semacam kabupaten): Tangerang, Batavia, Weltevreden, Meester Cornelis, Tandjong, Tjibinoeng dan Buitenzorg.

Afdeeling Stad en voorsteden: Batavia, de hoofdstad der Residentie en van geheel Nederlandsch Indië, in 1619 door den Gouverneur Generaal J. P. Koen gesticht op de plaats van het oude Jakatra, aan de Baai van Batavia, en sedert dien tijd steeds meer Zuidwaarts uitgebreid, zoodat zich aan die zijde een aantal voorsteden gevormd hebben, waar de meeste Europeanen wonen. De voornaamste van deze voorsteden zijn : Molenvliet; Noordwijk, Rijswijk, met het hôtel van den Gouverneur Generaal; Konings plein; Batoe toelis; Pasar baroe; Parapattan; Tanah-abang (Tanabang); Weltevreden, met het Paleis van Weltevreden en het Plein van Waterloo; Kramat: Struiswijk; Goenoeng Sari; Tanah njonja, en andere meer door Inlanders bewoond. De stad met hare voorsteden telt 63.000 inwoners, waaronder ongeveer 3.000 Europeanen en 17.000 Chinezen, welke laatsten in eene afzonderlijke wijk, de Chinesche kampong, in het Zuid-Westen der stad wonen. Afdeeling Tangërang : Tangërang, de hoofdplaats der Afd. Aan den Grooten weg en de rivier Tji-Dani. Afdeeling Meester Cornelis: Meester Cornelis, hoofdplaats der Afd., ruim een uur ten Zuiden van Weltevreden: Bekassi, aan de Tji-Lingsi en den Krawangschen weg. Afdeeling Buitenzorg: Buitenzorg, de hoofdplaats der Afd. met een buitenverblijf van den Gouverneur Generaal en een Gouvernements plantentuin. Op eenigen afstand van deze plaats vindt men nog enkele overblijfselen der hoofdstad van het oude rijk Padjadjaran (lihat Dr. Hollander, 1869).

Kampong-kampong yang sudah ada di era VOC terus berkembang. Beberapa kampong yang sebelumnya tidak teridentifikasi sudah mulai terbentuk. Kampung-kampung lama dan kampong-kampung baru ini kemudian diadministrasi menjadi suatu kampong resmi (pemerintahan terendah). Kampong-kmapong ini dikelompokkan menjadi beberapa onderdistrict (semacam kecamatan).

Pada tahun 1900, Batavia (Afdeeling Stad en voorsteden: District Batavia dan District Weltevreden) terdapat enam onderdistrict, yakni: Manggabesar, Pendjaringan, Tandjong Priok, Gambir, Tanahabang dan Senen. Nama-nama kampong yang termasuk ke dalam onderdistrict tersebut adalah sebagai berikut (lihat W. J. van Gorkom, 1912):

Manggabesar: Manggabesar, Klenteng, Kebondjeroek, Patjebokan, Sawahbesar, Djawa, Kroekoet, Petodjo ilir, Petodjo sawah, Doeri, Tanah Sreal, Tandjong Kramat, Angke, Djembatan 5 koelon, Djembatan 5 wetan, Blandongan dan Pintoebesie.

Pendjaringan: Pedjagalan (Pekodjan), Baroe oedik, Loear Batang, Pendjaringan dan Manggadoea.

Tandjong Priok: Goenoeng Sahari, Antjol, Tandjong Priok, Bangliauw, Soenter, Kemajoran wetan, Kemajoran koelon, dan Boengoer.

Gambir: Parapattan Kebon sirih, Pengarengan, Kondangdia, Parapattan Gang timboel, Pedjambon, Tjikini, Menteng, Gang Chassé, Kebon Klappa, Petjenongan, Gang Troentji, Noordwijk dan Pegangsaan.

Tanahabang: Bali Tanahbang, Kebon Djaë, Petodjo oedik, Pasarbahroe karet, Passar baroe Tanahbang, Petamboeran (Djati), Kotta bamboo, Petodjosawah, Karet Padoerenan, Karet Bendoengan, Karet Passerbaroe, Bendoengan, Petoendoean, Djepang, Pekambangan, Pemangisan dan Glongbahroe.

Senen: Ketapang, Kwitang, Kramat Lontar, Gang Kadiman, Djagal, Tanah Tinggi, Tjempakapoetih, Soemoer batoe, Oetan Pandjang, Kramat Tanah Tinggi, Kramat Poelo, Kramat Lontar, Salemba besar dan Kemandoran.

Afdeeling Meester Cornelis terdiri dari district Kebajoran, district Meester Cornelis dan district Bekasi. Di Afdeeling Meester Cornelis, afdeeling Tangerang dan afdeeling Buitenzorg terdapat sejumlah tanah-tanah partikelor (landhuis). Landhuis tersebut antara: Kampong Melayu, Tjemanggis, Tandjong, Sringsing, Tjenere, Sawangan, Depok, Pondok Tjina, Pondok Terong (Tjitajam), Bodjong Gede, Tjebenong, Sementara itu (Peta 1914), tanah partikelir yang masih tersisa di afdeeling Afdeeling Stad en voorsteden (Batavia dan Weltevreden) adalah Lampong Kodja Koelon, Pesing Kampoeng Bali, Tanag Njonja Kampong Djagal dan Tanah Commandant.

Sensus 1930

Dari hasil Sensus 1930 di Jawa dan Madoera terdapat Pada tahun 22.000 nama desa, 1515 kecamatan, 431 kabupaten, 88 kabupaten (regentschappen), 38 afdeeling (residentie) dan 5 daerah (gewest) [lihat Alphabetisch Register van de Administratieve-(Bestuurs-) en Adatrechtelijk Indeeling van Nederlandsch-Indie. Deel I: Java en Madoera. Door W. F. Schoel. Landsdrukkerij, Batavia, 1931].
Nama-nama yang disebut sebelumnmya di afdeeling Batavia tidak berubah kecuali nama kampong/desa.wijk dam kamandoran. Afdeeling Batavia (sesuai Sensus 1930) terdiri dari dua regentschappen: Batavia dan Meester Cornelis. Afdeeling Batavia dan afdeeling Buitenzorg termasuk Gewest West Java.  Regentschappen Batavia terdiri dari tiga district: Batavia, Weltevreden dan Tangerang. Regentshappen Meester Cornelis terdiri dari tiga district: Meester Cornelis, Bekasi dan Tjikarang. District Batavia terdiri dari onderdistrict: Penjaringan, Tandjong Priok dan Manggabesar serta Duizendeil (pulau-pulau). District Weltevreden: Pasar Senen, Tanah Abang dan Gambir. Nama setingkat desa adalah kampong, kamandoran dan wijk. Wijk antara lain Lenteng Agoeng, Kramat, Kroekoet, Kwitang, Mampang Tegal Parang, Maroenda, Matraman, Pasar Baroe, Pendjaringan, Petodjo, Pisangan, Pondok Tjabe Ilir, Rawa Bangke, Salemba, Senen, Slipi, Solitude, Tanah Abang, Tanah 80, Tanah Tinggi, Tandjong Priok, Tjempaka Poetih, Toegoe Christen. Untuk nama kampong bedakan berikut ini: Kresek (kpg.), Teloeknaga (o.d.), Mawoek (d.), Batavia (r.), Batavia (a.), W. J. (g.) dan Kresek, (da.), Kresek (o.d.), Balaradja (d.), Batavia (r.), Batavia (a.), W. J. (g.). Nama kampong lainnya adalah Krawatji. Nama-nama kamandoran seperti Babakan, Babelan, Balekambang, Balong-Balong, Bamboeapoes, Baroe, Basar, Batoeampar, Batoedjaja, Bekasi, Bendoengan, Blokang, Bodjong, Bodjongnangka, Bodjong rangkas, Bodjongrangkon, Bodjongrawalele, Boelaktemoe, Bogor (juga ada desa), Djajalen, Djagawana, Djarakkosta, Djati, Djati kramat, Doekoeh, Doewaratus, Gandaria, Gedong, Kalibatadoerentiga, Kemang, Klender, Loebangboeaja, Makassar, Malaka, Moearaberes, Moendjoel, Oedjoengmenbteng, Oetankajoe, Paal Sigoenoeng, Pakajon, Pangdegan, Panggilingan, Doeren sawit dan sebagainya. Sedangkan setingkat Regetschappen adalah Gemeenten dan Kota. Nama-nama gemeente antara lain: Batavia, Meester Cornelis dan Buitenzorg. Sedangkan nama-nama kota antara lain: Krawang, Poerwakarta, Serang dan Soebang.

*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

8 komentar:

  1. assalamu'alaikum maaf sebelumnya mau tanya lagi. kira2 kalau daerah kwitang itu pada waktu zaman belanda penyebutannya apa ya mas/mba?
    atau mungkin mas/mbak tau mengenai penyebutan habib pada masa belanda?
    sebelumnya terimakasih :)

    BalasHapus
  2. Dari era VOC namanya sudah disebut Kwitang. Jembatan Kwitang adalah jembatan pertama dibangun oleh Belanda. Sebutan Habib sudah sejak lama ada di Arab. Sebutan Habib di era Belanda baru populer di era Pemerintahan Hindia Belanda (1830an). Ini sehubungan dengan pemimpin-pemimpin komunitas (Arab, Tionghoa, Melayu, Moor dan sebagainya) dilibatkan dalam penmerintahan lokal di Batavia.
    Demikian Dina.
    Terimakasih

    BalasHapus
  3. Selamat pagi, saya mau bertanya, apakah nama-nama kampung di wilayah onderdistrict itu diambil dari W. J. van Gorkom (1912) sebagaimana yang disebutkan di atas?
    Apakah yang dimaksud adalah Gorkom, W. J. van. (1913). Ongezond Batavia, Vroeger en Nu. Batavia: Javanche Boekhandel & Drukkerij?

    Saya butuh sekali rujukan/data bibliografis atas informasi mengenai nama-nama kampung yang Bapak sebutkan di atas. Mohon bantuannya. Terima kasih.

    nb: Saya sangat mengapresiasi blog Bapak ini. Apa yang Bapak tulis sangat membantu saya dalam menelusuri sejarah Batavia abad ke-19. Saya sedang melakukan penelitian yang ada kaitannya dengan kampung-kampung di Batavia pada era tsb. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul, Ibu Nona Devi sudah benar mengutip edisi 1913. Judul buku lengkapnya sebagai berikut:Ongezond Batavia, Vroeger en Nu: Noodzakelijkheid van een organieken stedelijken Gezondheidsdienst door W. J. van GORKOM. BATAVIA, JAVASCHE BOEKHANDEL & DRUKKERIJ, 1913. Untuk edisi 1912 adalah edisi majalah/jurnal. Judulnya dua edisi sama. Waktu menulis artikel itu saya mengambil umur yang lebih tua (1912).
      Terimakasih atas apresiasinya
      Selamat meneliti
      akhir mh

      Hapus
  4. Selamat sore bapak... Saya benar-benar mengapresiasi Blog ini, karena berisi sejarah kota jakarta dan sekitarnya. Saya ingin mengetahui tentang kampung Krukut , Pondok Labu... Bisakah bapak memberitaahukan kepada kami tentang sejarah Kp Krukut beserta masyarakat yang mendiami lokasi tersebut... terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya secara spesifik belum menulis Krukut, tetapi secara sepintas sudah disinggung di beberapa artikel dalam blog ini. Namun jika memang memerlukan datanya, silahkan pertanyaan tentang Krukut yang akan diajukan dikirim via email pada alamat email yang dicantumkan pada laman Read Me di atas.
      Terimakasih
      selamat belajar sejarah

      Hapus
  5. Selamat malam pak matua, sejujurnya saya sangat senang dan apresiasi penuh semua isi Blog ini, terlebih lagi saya memang menekuni bidang sejarah kampung, ada yang mau saya tanya mudah2an masih bisa dijawab oleh pak matua... Saya orang kemayoran jakarta. Dan sYa sangat ingin mengetahi apakah kampung kemayoran sudah ada dipeta sejak era VOC atau era hindia belanda. Dan apakah ada peta yang menunjukan nama kampung kemayoran sebelum tahun 1800. Terimakasih pak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya belum pernah ketemu peta sebelum 1800
      Kalau ketemu akan saya kabari di artikel ini. Terimakasih

      Hapus