Laman

Senin, 19 Desember 2016

Willem Iskander (2): Mendirikan Kweekschool Tanobato (1862), Sekolah Guru Terbaik di Hindia Belanda

*Untuk melihat semua artikel Willem Iskander dalam blog ini Klik Disini

Ketika Willem Iskander berangkat ke Belanda bersama AP Godon, namanya hanya disebut di dalam manifest kapal sebagai juru tulis (bediende). Setelah selesai studi, Willem Iskander telah mengganti namanya menjadi Willem Iskander. Di dalam manifest kapal Petronella Catharina yang membawanya pulang dari Amsterdam disebut W. Iskander (Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 27-07-1861).

Nieuwe Rotterdamsche courant:, 27-07-1861
Kapal yang ditumpangi Willem Iskander langsung ke Batavia. Besar kemungkinan Willem Iskander ingin bertemu dengan pejabat pemerintah di Batavia sebelum pulang kampong di Mandailing en Angkola.

Willem Iskander di Batavia terbilang cukup lama sejak tiba pada bulan Juli 1861. Willem Iskander baru kembali ke Mandailing en Angkola dan tiba dengan kapal Batavia di Padang pada akhir Desember 1861. Dalam manifest kapal namanya hanya disebut Iskander (Bataviaasch handelsblad, 24-12-1861).

Bataviaasch handelsblad, 24-12-1861
Willem Iskander satu kapal dengan beberapa pejabat seperti Barthelemij, Theuvenet dan Canne. V. Barthelemij adalah sangat berpengalaman di Tapanoeli,  controleur pertama di Angkola (1939), kemudian Baros (1843) dan Natal (1954). Theuvenet adalah pejabat di Sibolga (1859) dan di Padang Sidempuan (1861). Sementara Canne adalah pejabat di Sumatra’s Westkust yang kelak tahun 1869 menjadi Resident di Tapanoeli. Sebagai Asisten Residen Mandailing en Angkola pengganti AP Godon adalah Zelner, kemudian WA Hennij dan KJ Jellinghaus (1861).

Willem Iskander telah kenal dengan sejumlah pejabat dari Batavia, Padang, Sibolga dan Panjaboengan. Ini mengindikasikan Willem Iskander telah mengkomunikasikan siapa dirinya dan kemungkinan apa yang akan dilakukannnya di Mandailing en Angkola. Yang lebih penting dari interaksi Willem Iskander tersebut boleh jadi Willem Iskander adalah orang Batak pertama yang mampu berkomunikasi dengan baik kepada pihak luar (Eropa/Belanda)..

Selama ini, penduduk Batak di Residentie Tapanoeli dituduh dan di luar terkenal dengan cerita horrornya (de cannibals). Ida Pheiffer yang pernah bekunjung ke Bataklanden 1852 yang juga pernah menulis cerita ini di surat kabar telah menambah ketakutan orang luar memasuki tanah Batak. Bagi orang luar cerita ini menganggap orang Batak masih primitif. Namun, cerita kanibalisme ini kenyataannya tidak pernah dibuktikan (dilihat oleh orang Eropa/Belanda). Buktinya pengaruh Belanda semakin luas dan dalam di Tanah Batak. Bahkan para misionaris yang lebih awal masuk ke Tanah Batak tidak pernah memunculkan cerita ini. Kemungkinan cerita ini beredar ke luar hanya sekadar untuk menakut-nakuti orang luar atau para tetangga yang ingin menarik kuntungan dari cerita ini.

Berita tentang Willem Iskander sudah lama tidak terdengar hingga seorang berinisial A.E.C menulis di surat kabar tentang afdeeling Mandailing dan Angkola dan sukses Willem Iskander sebelum dan selama di Belanda serta saat mendirikan sekolah guru di Tanobato (Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 20-03-1865).

Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 20-03-1865: ‘Izinkan saya mewakili orang yang pernah ke daerah ini. Di bawah kepemimpinan Godon daerah ini telah banyak berubah, perbaikan perumahan, pembuatan jalan-jalan. Satu hal yang penting tentang Godon telah membawa Willem Iskander studi ke Belanda dan telah kembali kampungnya. Ketika saya tiba, disambut disambut oleh Willem Iskander, kepala sekolah dari Tanabatoe diikuti dengan enam belas murid-muridnya, Willem Iskander duduk di atas kuda dengan pakaian Eropa murid-muridnya dengan kostum daerah….Saya tahun lalu ke tempat dimana sekolah Willem Iskandern didirikan di Tanobato…siswa datang dari seluruh Bataklanden…mereka telah diajarkan aritmatika, ilmu alam, prinsip-prinsip fisika, sejarah, geografi, matematika…bahasa Melayu, bahasa Batak dan bahasa Belanda….saya saya sangat puas dengan kinerja sekolah ini’.  

Inisial AEC ini sudah barang tentu telah mengutip juga laporan JA van der Chijs (Inspekteur Inlandsch Onderwijs di Batavia). Chijs menceritakan sangat detail tentang Willem Iskander, bagaimana prospek sekolah tersebut yang dihadiri oleh murid-murid dari semua Bataklanden. Lokasi sekolah yang dipilih di Tanobato.  Chijs yang datang tahun 1864 menunjukan bahwa sekolah ini baru didirikan dua tahun (sejak 1862).

Keberadaan Tanahbato muncul sejak adanya jalan yang menghubungkan Panjaboengan dengan Natal. Diantara kedua tempat ini adalah Tanahbato, sebuah kampong di ketinggian. Sejak 1852 di kampung ini ditempatkan seorang koffij pakhuismeester (juga di Djaga-Djaga dekat Loemoet) dan sejak 1863 di Tanobato seorang pengawas (opziener) menggantikan pakhuis.

Laporan Chijs ini ternyata dikutip/dilansir semua surat kabar di Hindia Belanda dan di Negeri Belanda, seperti di Rotterdam, Amsterdam dan Haarlem, Algemeen Handelsblad dan Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie di Batavia, De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad di Semarang, Sumatra-courant : nieuws- en advertentieblad di Padang.

Seketika berubah semuanya, pandangan orang luar terhadap Tanah Batak, paling tidak di afdeeling Mandailing dan Angkola berubah 360 derajat yang mana 180 derajat kesan primitif menghilang dan 180 derajat tidak diduga telah memiliki sistem pendidikan yang terbaik di Hindia Belanda. Inilah sumbangan fantastis Willem Iskander di Tapanoeli khususnya di afdeeling Mandailing dan Angkola. Iskander Effect tengah bekerja.

Iskander Effect tidak hanya telah mengalami difusi jauh hingga ke pelosok-pelosok terpencil di Tapanoeli, juga mengguncang wilayah-wilayah di Jawa. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 14-11-1868 yang mengutip dari surat kabar Soerabayasch Handelsblad edisi 5 November sangat menyentuh: 
‘Mari kita mengajarkan orang Jawa, bahwa hidup adalah perjuangan. Mengentaskan kehidupan yang kotor dari selokan (candu opium).Mari kita memperluas pendidikan sehingga penduduk asli dari kebodohan’. Orang Jawa, harus belajar untuk berdiri di atas kaki sendiri. Awalnya Chijs mendapat kesan (sebelum ke Tanobato) pantai barat Sumatra mungkin diperlukan seribu tahun sebelum realisasi gagasan pendidikan (sebaliknya apa yang dilihatnya sudah terealisasi dengan baik). Kenyataan yang terjadi di Mandailing dan Angkola bukan dongeng, ini benar-benar terjadi, tandas Chijs.
Rupanya tulisan (laporan) Chijs itu telah menggelinding kemana-mana bahkan di pusat kekuasaan kolonial di Jawa. Afdeeling Mandailing en Angkola telah menjadi ‘kiblat’ perubahan, perubahan yang sangat fundamental di Hindia Belanda.

Laporan Chijs juga mengindikasikan sekolah guru di Fort de Kock gagal total. Menurut Chijs sekolah guru Fort de Kock tidak pantas memakai nama sekolah guru. Sebaliknya sukses besar di Tanobato. Laporan Chijs menggarisbawahi siswa-siswa Tanobato juga belajar tiga bahasa sekaligus. Menurut Chijs di sini (maksudnya Tanobato) bahasa Melayu diajarkan oleh orang non Maleijer, di negara non-Melayu dengan sangat baik. Buku Braven Hendrik yang terkenal di Eropa telah diterjemahkan ke dalam bahasa Mandailing/Angkola.

Bersambung:
Willem Iskander (3): Iskander Effect, Mengubah Pandangan Pemerintah tentang Pendidikan Pribumi di Jawa


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar