Laman

Senin, 04 Desember 2017

Sejarah Kota Surabaya (11): Sejarah Kota Tua Surabaya; Riwayat Sungai Surabaya, Kapan Hari Kota Surabaya Sebenarnya?

*Semua artikel Sejarah Kota Surabaya dalam blog ini Klik Disini.


Setelah adanya perjanjian antara Pakubuwono II dan VOC pada tanggal 11 November 1743, yang mana Surabaya diserahkan kepada VOC maka keberadaan Kota Surabaya mulai intens diberitakan dan terdokumentasikan. Sejak tahun-tahun inilah Kota Surabaya lambat laun tumbuh dan berkembang. Garis continuum inilah yang akan dipelajari hingga kita menemukenali Kota Surabaya yang sekarang.

Peta Kota Surabaya, 1867
Penulisan nama ‘Surabaya’ dalam sistem pencarian (searching) ditulis dalam berbagai versi. ‘Sourabaya’ muncul pada era awal (1700an); ‘Soerabaja’ dan ‘Soerabaija’ (pertengahan 1800); ‘Surabaja’ (akhir 1800); Yang tidak diduga, penulisan nama ‘Surabaya’ yang sekarang, justru sudah muncul pada awal 1800. Penulisan nama kota ini sangat penting dalam navigasi pencarian data. Penulisan nama ‘Batavia’ tidak terlalu masalah, sebagaimana penulisan nama ‘Medan’ dan nama ‘Padang’. Sedikit agak berbeda penulisan nama ‘Samarangh’, ‘Samarang’ dan ‘Semarang’. Sementara untuk nama ‘Bandung’, penulisan ‘Bandong’ dan ‘Bandung’ muncul awal 1800 dan ‘Bandoeng’ pada pertengahan 1800. Sedangkan penulisan nama ‘Macassar’ muncul pada pertengahan 1700, ‘Makassar’ atau ‘Makasser’ pada awal 1800 dan ‘Makassaar’ pada pertengahan 1800.

Berita-berita dan dokumentasi (teks, sketsa, peta dan foto) ini akan menjadi data dan informasi yang penting untuk menyusun kembali kronologi sejarah Kota Surabaya. Berita pertama tentang Kota Surabaya muncul pada tahun 1744 (lihat Bataviase nouvelles, 12-10-1744). Surat kabar pertama VOC yang terbit di Batavia ini memberitakan kedatangan pedagang-pedagang VOC di Soerabaya setelah penaklukan Cartosoera (Surakarta) dan menemukan Kota Surabaya sudah habis terbakar.

Kronologi sejarah perkembangan Kota Surabaya ini akan dideskripsikan dalam sejumlah artikel. Mari kita mulai dari artikel pertama.

Kota Tua Surabaya di Sisi Sungai Soerabaja

Peta Soerabaja, 1695
Peta modern tertua Kota Surabaya yang berhasil ditelusuri terbit pada tahun 1867. Peta ini menggambarkan Kota Surabaya yang penampilannya masih dapat dipahami pada masa ini. Kota Surabaya tampak dibentengi oleh air yang mengitari kota. Di tengah kota sebelah kanan (lihat peta) terdapat sungai Pakirigan. Sungai ini tampak masih seperti aslinya, berkelok-kelok. Sementara persis di tengah kota terlihat aliran sungai yang di hulu terkesan berbelok-belok tetapi di hilir terkesan lurus (kanal) menuju laut. Sungai yang lurus ini disebut Kali Mas (kanal menuju laut). Sejak itulah nama sungai Soerabaja berganti menjadi Kali Maas.

Seorang pembaca menulis Kali Mas adalah nama sungai Soerabaya yang baru (Delftsche courant, 16-08-1867). Kali Mas mengacu pada kanal besar yang dibuat di Batavia yang disebut (pelabuhan) Kali Besar. Kali adalah terminologi Melayu/Betawi? Sementara Maas adalah marga orang Eropa yang diduga arsitek pembangunan kanal sungai Soerabaja. Kanal eks sungai Soerabaja ini kemudian disebut Kali Maas. Dalam perkembangannya nama mengealami reduksi menjadi hanya ditulis Kali Mas saja.

Peta Soerabaja, 1695
Kali Mas ini adalah kanal baru yang dibuat untuk pelabuhan kanal menggantikan sungai Soerabaya sebagai moda transportasi. Sungai Soerabaya di bagian hulu di sodet dengan membangunan kanal setengah melingkar di arah barat kota dan membuangnya (kembali) ke Kali Maas. Kanal ini awalnya sungai kecil. Oleh karena airnya dibelokkan ke Kali Maas maka aliran sungai ini di hilir (hingga ke laut) menjadi tidak berfungsi. Sungai ini kemudian disebut Kali Mati. Peta Soerabaja 1695

Pada Peta 1695 di tengah kota Soerabaja adalah sungai Soerabaja dan di sebelah timur sungai Pakirigan. Di sebelah barat terdapat sungai yang lebih kecil yang merupakan cabang sungai Soerabaja. Sungai yang lebih kecil ini bercabang dan aliran airnyanya masuk kembali ke sungai Soerabaja. Sungai cabang sungai Soerabaya dan anak cabangnya ini yang dibentuk kanal sisi barat kota. Dalam pembangunan kanal ini, sungai yang menuju ke laut ini ‘dikebiri’ sehingga disebut Kali Mati. Soal kali mati ini juga ditemukan di Batavia. Sungai Tjiliwong di sekitar Masjid Istiqlal yang sekarang disodet lalu dibuat kanal menuju Hrmoni lalu menuju Jalan Hayam Wuruk. Pada era selanjutnya, sungai Tjiliwong ini (disodet lagi) dialihkan melalui Pasar Baru dan Jalan Goenoeng Sahari. Sungai Tjiliwong yang asli (dari Masjid Istiqlal) menuju Mangga Doea akhirnya mati. Eks sungai Tjiliwong antara Masjid Istiqlal ini dengan Maangga Doea kemudian diatasnya rel kereta api ruas antara Stasion Djoeanda dan Stasion Mangga Doea.

Kanal yang lain di arah timur kota dibuat dengan setengah melingkar. Oleh karenanya, dua kanal (yang membentuk lingkaran kota ini) seakan kota Soerabaja dikelilingi air. Namun sesungguhnya pembangunan kanal (berbentuk lingkaran itu) dimaksudkan untuk fungsi drainase dan fungsi pertahanan.

Kota Soerabaja yang dibentengi dengan kanal melingkar inilah yang pada masa kini dikenal sebagai kota tua. Disebut kota tua, karena di sekitar itulah awal pertumbuhan dan perkembangan kota sejak era VOC hingga meluas ke segal penjuru. Situs penting di kota tua ini adalah perkampungan penduduk asli, perkampungan orang Tionghoa dan benteng VOC/pemukimanan orang Eropa/Belanda. Situs penting lainnya di sekitar itu adalah kantor residen, pangkal kanal Kali Mas, Jembatan Merah, stasion kereta api dan sebagainya/

Origin Kota Soerabaja: Kapan Hari Jadi Kota Surabaya?

Sejarah sebuah kota merujuk pada suatu titik waktu di masa lampau yang menjadi patokan asal-usul munculnya kota (origin kota). Rujukan ini pada masa kini dijadikan sebagai penanda hari jadi sebuah kota. Disebutkan bahwa Hari Jadi Kota Surabaya adalah tanggal 31 Mei 1293. Tanggal ini menjadi tanggal tertua keempat hari lahir dari kota-kota di Indonesia.

Yang tertua adalah Kota Palembang yang mengklaim hari jadi tanggal 17 Juni 683, Kota Salatiga tanggal 24 Juli 750 dan kemudian Kota Banda Aceh mengklaim hari jadi pada tanggal 22 April 1205. Sementara Kota Probolinggo 4 September 1359 dan Kota Cirebon pada tanggal 31 Desember 1388; Kota Bogor mengklaim tanggal 3 Juni 1482 dan Kota Jakarta mengklaim hari jadi pada tanggal 22 Juni 1527; Kota Semarang tanggal 2 Mei 1547; Kota Ambon tanggal 7 September 1575; Kota Medan pada tanggal 1 Juli 1590 dan Kota Makassar 9 November 1607. Kota Djogjakarta sendiri hanya mengklaim pada tanggal 7 Oktober 1756.

Pertanyaannya adalah bagaimana Kota Surabaya mengklaim hari jadi pada tanggal 31 Mei 1293? Hal ini juga pertanyaan ini berlaku bagi kota-kota lain. Kita memang tidak perlu pada aturan baku. Namun yang perlu dipertanyakan adalah dasar logis penetapan hari jadi itu sendiri. Apakah ada buktinya dan bagaimana membuktikannya? Apakah bukti yang ada memiliki relevensi dengan maksud penetapan hari jadi kota itu sendiri yang merujuk pada origin kota.

Peta Soerabaja 1719
Dalam peta kuno (sketsa) bertahun 1695 pos perdagangan VOC (bendera merah putih biru) terdapat di sisi barat sungai Soerabaya. Ini mengindikasikan belum muncul nama Kali Mas. Sementara jika dibandingkan peta (sketsa) Kota Surabaya pada tahun 1719, benteng (casteel) dan pemukiman Eropa/Belanda serta pemukiman penduduk asli Jawa (pribumi) berada di sisi timur sungai Surabaya. Sedangkan di sisi barat sungai Surabaya adalah pemukiman orang-orang Tionghoa. Ini mengindikasikan bahwa pada awalnya pos VOC berada di sisi barat sungai yang kemudian menjadi pemukimanan Tionghoa (atau dengan kata lain pos VOC awalnya dididirikan di pemukiman Tionghoa).

Benteng/Casteel Soerabaja 1708
Casteel (benteng) Sourabaya ini sudah dipetakan pada tahun 1708 oleh G van Broekhuysen. Benteng ini dikelilingi oleh kanal air persergi empat yang mana terdapat dua pelabuhan. Benteng ini terdiri dari dua bastion. Benteng ini diduga telah dibangun jauh sebelum tahun 1708. Berdasarkan Almanak 1846 disebutkan pedagang VOC Hurdt dan Poleman pada tahun 1678 melakukan ekspedisi ke Kediri. Sejak penaklukan Kediri diduga sebagai awal rencana pembangunan benteng di Soerabaya (relokasi dari pemukiman Tionghoa ke sisi barat sungai). Pada Peta 1695 terlihat ada jalur dari Soerabaya ke Kediri (di pedalaman). Ini mengindikasikan ekspedisi ke Kediri dilakukan dari Soerabaja.

Kota Soerabaja (Lukisan Johannes Rach 1775)
Sejak adanya benteng di Soerabaya (1708), pemukiman orang-orang Eropa semakin meluas ke hilir yang kemudian tampak menyatu dengan pemukiman penduduk asli (Jawa) sebagaimana dapat dilihat pada peta/sketsa tahun 1719. Pemukiman orang-orang Tionghoa berada di seberang sungai Surabaya.

Peta Soerabaja 1787
Lanskap Kota Surabaya tidak banyak berubah hingga beberapa dekade kemudian sebagaimana tampak dalam peta/sketsa tahun 1787. Namun demikian, kota tampak semakin terpetakan dengan baik. Satu hal dalam peta tahun 1787 ini sudah teridentifikasi pasar dan kraton Bupati Soerabaya yang berada di area pemukiman penduduk asli.

Dengan mengacu pada pertumbuhan dan perkembangan kota tersebut, kita kembali menanyakan sejak kapan bermula (origin) Kota Soerabaja. Apakah tanggal 31 Mei 1293 atau bukan? Berdasarkan Peta 1695 kampung Soerabaja sudah ada. Peta ini dibuat sehubungan dengan kedatangan (koloni) VOC di hilir kampong Soerabaja. Artinya, origin Kota Surabaya bukan dimulai dari kedatangan orang-orang Eropa/Belanda. Sementara itu sebelum adanya koloni Belanda sudah ada perkampungan penduduk asli (kraton/Bupati) dan perkampungan orang-orang Tionghoa. Namun perkampungan mana yang lebih dulu ada: perkampungan orang-orang Tionghoa atau pekampungan penduduk asli?

Peta Soerabaja, 1695
Masih pada Peta 1695 teridentifikasi Masjid Ampel dan (perkampungan) pemukiman Ampel  di hilir perkampungan penduduk asli (kraton/Bupati) dan juga di hilir benteng VOC atau. Perkampungan Ampel ini berada di sisi sungai Pakiringan (yang dikatakan sebagai cabang (anak) sungai Soerabaja. Jika dikaitkan perkampungan Ampel di masa lampau, kita akan merujuk pada tokoh penting di masa lampau yakni Sunan Ampel yang disebutkan lahir pada tahun 1401. Ini berarti ada jarak waktu satu abad dengan klaim hari jadi Kota Surabaya (tahun 1293). Jika Sunan Ampel sebagai orang pendatang, boleh jadi nama kampung Ampel sudah sejak lama ada. Diriwayatkan Sunan Ampel datang untuk menyebarkan agama Islam.  Dengan posisi kampung Ampel dan Sunan Ampel (yang berada di dekat perkampungan Tionghoa yang baru) boleh jadi perkampungan penduduk asli (kraton/Bupati) sudah ada lebih dahulu karena penduduk asli inilah yang menjadi target penyebaran agama. Dengan demikian, perkampungan asli yang kelak disebut Kampong Soerabaja besar kemungkinan sudah ada jauh sebelum kedatangan Sunan Ampel. Sangat masuk akal, bahwa hari jadi Kota Surabaya di sekitar tahun 1293. Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah bagaimana menetapkan hari (tanggal), bulan dan tahun kelahiran tersebut? Bukti-bukti apakah yang dirujuk pemilihan/penetapan tanggal 31 Mei 1293 ini? Apakah ada suatu kejadi atau peristiwa yang terjadi pada tanggal 31 Mei 1293? Jika ada bukti otentik, boleh jadi penetapan hari jadi kota Surabaya memang benar adanya pada tanggal 31 Mei 1293.   

Namun persoalanannya tidak sesederhana tersebut cara menetapkan hari jadi suatu organisasi? Sebab hari jadi kota Surabaya berbeda dengan hari jadi Provinsi Jawa Timur. Hari Jadi Provinsi Jawa Timur mengacu pada awal bertugas Residen (Soeryo) memulai kerja di Soerabaya pada tanggal 12 Oktober 1945. Apakah ini masuk akal? Sebab sebelumnya sudah ada kejadian atau peristiwa yang mana sejak tanggal 1 Januari 1929 status Residentie Oost Java ditingkatkan dan diresmikan menjadi Province Oost Java. Residenti Soerabaja sendiri dibentuk pada tahun 1812.

Lantas apakah hari jadi tanggal 31 Mei 1293 merujuk pada Kota Surabaya? Sebab Soerabaya sendiri dibentuk menjadi kota (gemeente) pada tanggal 1 April 1905. Kota yang dimaksud pada tahun 1905 dengan kota yang dipahami pada masa ini secara defenitif kurang lebih sama: kota sama dengan kota pradja (gemeente).

Apakah pada tanggal 31 Mei 1293 Soerabaya sudah berbentuk kota? Sulit dijelaskan. Lantas apakah yang dimaksud hari jadi merujuk pada origin kota (asal muasal) yang membentuk kota? Disinilah letak persoalannya. Persoalan ini semakin runyam jika diperbandingkan antar kota.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

1 komentar:

  1. wahhh,, lengkap artikel tentang sejarah surabaya
    semoga bermanfaat untuk semua
    salam

    BalasHapus