Laman

Jumat, 16 Maret 2018

Sejarah Kota Padang (49): Asal Usul Semen di Padang; Pabrik Semen Tertua Indonesia, Sedari Dulu Telah Turut Membangun Negeri


Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disini

PT Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. Demikian tertulis dalam sejarah perusahaan PT Semen Padang. Pabrik ini hinggi kini masih bekerja dengan baik. Ini berarti pabrik semen di Padang sudah berumur lebih dari satu abad.

Bataviaasch nieuwsblad, 13-09-1924
Portland dan Padang sama pentingnya di pelabuhan Rotterdam pada tahun 1850an. Kapal-kapal besar dari Padang dan Portland bongkar muat di Rotterdam. Selain Padang, kapal-kapal yang berlabuh di Rotterdam adalah kapal-kapal dari Batavia, Soerabaja, Samarang, Tjilatjap dan Panaroekan. Kapal dari Padang umumnya di pelabuhan Rotterdam umumnya menurunkan komoditi utama kopi. Dalam perkembangannya, di Padang muncul perusahaan Batubara yang berpusat di Ombilin. Produksi perusahaan batubara di Ombilin ini telah menggeser dominasi produksi batu bara dari Inggris yang selama ini digunakan oleh maskapai-maskapai Belanda. Tidak hanya sampai disitu, perusahaan semen di Padang yang berpusat di Indaroeng juga dibangun. Ketergantungan semen Portland dari Inggris mulai teratasi dengan beroperasinya pabrik semen Padang di Indaroeng.

Bagaimana awal mula munculnya pabrik semen di Padang? Pertanyaan ini tentu menarik untuk ditelusuri. Masalah-masalah yang dihadapi oleh Belanda, baik di Negeri Belanda maupun di Hindia Belanda menjadi faktor penyebabnya. Lantas bagaiman kisahnya?. Mari kita telusuri.

Ekspor Semen Belanda untuk Mengimbangi Impor Semen Portland Inggris

Pada tahun 1924 NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) memasang iklan di sejumlah surat kabar dengan bunyi sangat simpel: Semen Portland Padang, cap Karbouw, harga murah dan semen paling berkualitas. Pengumuman via iklan ternyata semacam penanda dominasi semen portland asal Inggris telah berakhir dan produk semen portland dari Padang mulai tumbuh pesat.

Pada bulan Juli 1869 kapal besar Eleanor berlabuh di Padang. Kapal ini memulai pelayaran dari London membawa beragam komoditi dari Eropa, termasuk semen Portland dari Inggris (lihat Sumatra-courant: nieuws- en advertentieblad, 07-08-1869). Kapal ini diduga kapal terakhir yang membawa muatan semen untuk kota Padang melalui jalur pelayaran lama jarak jauh (via Afrika Selatan). Pada bulan November 1869 Terusan Suez dibuka. Sejak itu, harga semen di Padang menjadi lebih murah dan jumlahnya dari waktu ke waktu semakin banyak yang dibongkar. Dalam perkembangannya, harga semen relatif menurun karena volume yang diangkut dari Eropa semakin banyak karena biaya angkutan semakin murah. Namun persoalannya bagi Kota Padang, semen dari Eropa tidak lagi langsung ke Padang tetapi langsung ke Batavia. Semen Portland Inggris dari Batavia didistribusikan ke beberapa pelabuhan seperti Soerabaja, Padang dan Olehle. Harga lelang semen di Batavia, termahal ke Olehle dan harga termahal kedua ke Padang. Hal ini diduga hanya karena perbedaan biaya angkutan dari Batavia.

Sejak diumumkannya pendirian pabrik semen di Padang tahun 1910, produksi terus bertambah besar dan kualitas semakin meningkat. Oleh karenanya, perusahaan semen di Padang berani mengklaim bahwa kualitas semen Padang adalah yang terbaik

Pabrik semen di Padang didirikan pada Maret 1910. Pemberitahuan ke publik ini dapat dibaca dalam surat kabar Algemeen Handelsblad, 21-03-1910. Disebutkan perusahaan pabrik semen ini bernama NV Nederlandsch-lndische Portland Cement Maatschappij yang berpusat di Amsterdam. Besarnya modal awal sebsar f1.350.000 yang terbagi dalam saham sebanyak 1350 lembar dengan nilai saham per lembar sebesar fÏ.000. Dalam pengumuman ini juga disebutkan para pemegang saham utama serta direksi dan komisaris. Yang menjabat sebagai Direksi adalah Gebroedeers Veth untuk bertindak di Amsterdam maupun di Nederlsndsch Indie. Kepala administratur dijabat oleh Carl C. Lau. Diantara para komisaris, terdapat nama CAA Dudok de Wit Jr dari Firma Dudok de Wit & Co, yakni anak dari Dudok de Wit yang kerap dianggap sebagai Menteri Olah Raga karena kepeduliannya terhadap olahraga. Izin usaha dari Pemerintah Hindia Belanda diberikan pada bulan Juli 1910 bersamaan dengan izin usaha yang diberikan kepada NV Sibolga Caoutchouc Plantage Maatschappij, yang mengusahan perkebunan karet di Afdeeling Padang Sidempoean (lihat De Preanger-bode, 06-07-1910). Perusahaan perkebunan raksasa (perusahan terbesar di Nederlandsch Indie) sudah sejak lama didirikan di Medan, NV Deli Mij yang bahkan sudah beroperasi sejak 1869.

Pada saat pendirian perusahaan semen di Padang ini (1910), berdasarkan studi kelayakan yang dibuat berani mematok harga jual hanya f4. Harga ini sudah sangat murah jika dibandingkan dengan harga lelang semen portland impor dari Inggris di Batavia tahun 1902 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 29-09-1902). Disebutkan harga semen portland asal Inggris di Batavia sebesar f6.84 pengiriman ke Padang dan f6.94 ke Olehle (Atjeh). Harga di Batavia sendiri sebesar f6.04.

Mengapa muncul ide pembangunan pabrik semen di Padang? Tidak diperoleh penjelasan. Satu hal yang muncul di sekitar pendirian NV NIPCM adalah The Wilke Trading Company yang berpusat di Paris akan mendistribusikan semen produksi Belgia merek Condor di Sumatra’s Westkust (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 03-02-1910). Disebutkan bahwa perusahaan perdagangan ini telah mendapat kontrak pengiriman semen sebanyak 10.000 barrel. Anehnya, perusahan perdagangan dan semen merek Condor tersebut tidak dikenal di Nederlandsch Indie yang telah mendapat kontrak untuk kebutuhan pembangunan pertahanan oleh BOW (Dinas PU). Dikatakan tidak dikenal karena tidak pernah digunakan para arsitek. Selama bertahun-tahun para arsitek hanya mengandalkan semen portland (asal Inggris). Apakah persoalan ini yang memicu munculnya gagasan pendirian pabrik semen di Padang? Catatan: survei geologi di Nederlandsche Indie sudah dilakukan sejak lama. Informasi geologi sudah sangat memadai, yang sudah barang tentu seberapa besar kandungan batu kapur/silikat di Indaroeng sudah diketahui.

Perusahaan terus menambah kapasitas produksi. Pada tahun 1927 perusahaan meningkatkan produksinya dengan menambah kilang yang kelima dengan kapasitas 13.000 barrel per hari (De Sumatra post, 23-08-1927). Produksi perusahaan sudah sangat meningkat jika dibandingkan pada saat pendirian yang mana produksi hanya sebesar 150.000 barrel per tahun dan ditingkatkan hingga mencapai 800.000 barrel.

Pada bulan November 1910, area pabrik semen Padang di Indaroeng sedang tahap konstruksi. Gubernur Sumatra’s Westkust, Ballot ketika meninjau lokasi melihat area pabrik semen Indaroeng sudah menyulap medan yang sulit menjadi tampak dari kejauhan bagaikan kota kecil di pegunungan. Lebih-lebih jika semua bangunan telah selesai dibangun, mobil kabel sudah mulai digunakan dari tambang di perbukitan ke pabrik, dan pada malam hari bangunan itu dinyalakan oleh lampu listrik (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-11-1910). Konsesi akan berlaku selama 50 tahun (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 10-12-1910).

Dengan peningkatan volume produksi yang konsisten dengan harga yang relatif lebih murah pada tingkat kualitas yang paling baik, NV NIPCM sesungguhnya telah menghalangi secara alamiah pemasaran semen portland asal Inggris di Nederlandscj Indie. Ini untuk kali kedua, produk asal Inggris rontok di Nederlandsch Indie. Sebelumnya, ketika diketahui bahwa kualitas batubaru Ombilin lebih tinggi kualitasnya jika dibandingkan dengan produksi batubara dari Inggris maka pemasaran produk batubara asal Inggris di Nederlandsch Indie berhenti [lihat dalam blog ini: Sejarah Kota Padang (13): Ombilin dan WH de Greve; Batubara Terbaik Dunia Moda Transportasi Kereta Api dan Kapal Laut].

Peta 1934
Batubara Ombilin juga membantu suksesnya pabrik semen, karena bahan batubara juga digunakan untuk proses pembakaran batu kapur/silikat.  Rel kereta api yang sudah sejak lama digunakan gerbong mengangkut batubara juga digunakan untuk menyalurkan hasil produksi semen ke palabuhan Emmahaven untuk diekspor ke pelabuha-pelabuhan lainnya. Untuk memghasilkan energi listrik dibangun turbin pembangkit listrik dekat pabrik yakni dengan membuat pipa air sepanjang 1 Km dengan kemiringan dari ketinggian 80 meter di atasnya. Air ini didatangkan dengan membangun kanal air sepanjang 13 Km dari sungai Loebuk-Prakoe (De Sumatra post, 13-02-1912). Proyek ini menjadi terkesan sangat kompak, proyek hasil rancangan Ir. Carl Lau. Apalagi area pabrik ini terhubung dengan tambang-tambang dengan menggunakan mobil kabel yang bahkan jauhnya 13 Km.

Masa Depan PT Semen Padang

Pabrik semen di Padang pada dasarnya telah beroperasi selama kurang lebih satu abad. Ratusan bahkan ribuan maskapai (maatschappij) telah didirikan selama pemerintahan Hindia Belanda. Di Residentie West Sumatra (sebelumnya bernama Province Sumatra’s Westkust) telah didirikan belasan perusahaan pertanian (perkebunan, onderneming), perusahan pertambangan batubara dan sejumlah perusahaan jasa (pelabuhan, transportasi kereta api, perdagangan, media, pecetakan, makanan dan sebagainya). Semua itu pada akhirnya bangkrut atau ditutup. Namun pabrik semen di Padang tetap eksis meski dengan bendera yang berbeda: dari NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij menjadi PT Semen Padang. Inilah keutamaan pabrik semen Padang, heritage Sumatra Barat. 

De Preanger-bode, 19-05-1910
Dalam statuta NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij disebutkan bahwa perusahaan bertujuan: Untuk mengoperasikan pabrik semen portland dan untuk memperdagangkan produk yang dihasilkan, baik di Hindia Belanda maupun di luar negeri, untuk melakukan pekerjaan beton atau beton bertulang, untuk mengajukan atau mengambil alih satu atau lebih otorisasi untuk melakukan penyelidikan dan penelusuran, dan untuk meminta atau mengambil alih satu atau lebih konsesi untuk pertambangan, kapur atau mineral lainnya, untuk memanfaatkan konsesi tersebut dan untuk melakukan perdagangan terkait; hak pembelian, pengambilalihan dan penerimaan untuk perusahaan memperoleh izin, hak dan konsesi, atas namanya sendiri atas nama atau berkombinasi dengan pihak ketiga dan pemindahtanganan lisensi, hak dan konsesi, untuk mengatur dan berpartisipasi dalam kemitraan lain, yang seluruhnya atau sebagian tercantum di atas menetapkan tujuan; segala sesuatu dalam arti luas dan tunduk pada kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Banyak pabrik-pabrik yang dibangun sejak era kolonial Belanda sudah rontok. Diantara yang masih bertahan hanya beberapa di bidang pengolahan hasil perkebunan. Hal ini karena produk yang dihasilkan mendapat saingan dari produksi di negara lain.

De Telegraaf, 17-11-1938
Untuk produksi semen tidak pernah dilaporkan gulung tikar. Produksi semen adalah produk dalam negeri yang memiliki competitive advantage. Selain itu, industri semen dalam negeri diatur pemerintah sedemikian rupa, sehingga antara satu pabrik dengan pabrik lainnya tidak saling menghancurkan. Dengan kata lain, produksi semen akan terus berlanjut, pabrik semen Padang akan terus beroperasi selama pemerintah dan penduduk Indonesia tetap membangun. Foto: oven pembakaran yang panjangnya 110 meter yang di latar depan pipa penyedot debu untuk dibuang keluar (De Telegraaf, 17-11-1938).

Kini, PT Semen Padang yang mengoperasikan pabrik semen di Padang berada di bawah para direksi baru yang kompeten. PT Semen Padang yang kini berada di bawah manajemen PT Semen Indonesia Tbk, peran direktur baru sangat strategis. Pada awal pendirian pabrik semen di Padang peran direktur dijalankan oleh Hoofd Administrateur, Carl Lau. Untuk sekadar diketahui yang menginisiasi pabrik semen di Padang adalah Carl Lau. Siapa Carl Lau? Dia adalah seorang Jerman, seorang sarjana sipil yang sebelumnya memiliki kegiatan bisnis pertambangan emas di Sumatra. Carl Lau dapat disejajarkan dengan orang asing lainnya seperti Jung Huhn dan Hasskarl perintis kina di Preanger, Lampard (Inggris) dan Ris (Swis) perintis karet di Sumatra Timur, Hallet (Belgia) perintis kelapa sawit di Sumatra Timur dan tentu saja Carl Lau sendiri, perintis pabrik semen di Padang. Carl Lau sudah memulai bisnis di Padang sejak 1892. Dapat dikatakan, Carl Lau dalam karir bisnisnya benar-benar seorang Padanger (warga Padang), seperti halnya Jansen (Deli Mij) sebagai Medaner (warga Medan). Direktur PT Semen Padang yang sekarang juga benar-benar seorang Warga Padang (Padanger), seorang yang sangat paham di dalam perusahaan maupun diluar di sekitar lingkungan pabrik. Tidak hanya itu, sebagaimana Carl Lau, sang perintis adalah seorang insinyur sipil, kini perusahaan pabrik semen di Padang, PT Semen Padang kembali dipimpin oleh seorang insinyur sipil: Ir. Yosviandri.

De Sumatra post, 01-03-1912
Tantangan sekarang tidak terlalu berat jika dibandingkan pada awal pengoperasian pabrik semen Padang. Carl Lau, sebagai Kepala Administratur pada awal pendirian pabrik semen di Padang sangatlah sibuk, harus bolak-balik Amsterdam-Padang-Batavia dalam proses pendirian legal usaha, bagaimana proses mengawali pembukaan lahan Indaroeng, memulai membangun pabrik, mambangun fasilitas pendudkung lainnya, dan juga memulai menambang batu-batuan kapur/silikat dari bukit-bukit yang terjal dengan memasang baru mobil kabel (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 10-12-1910), membangun instalasi listrik dan dimulainya uji coba pabrik pada tanggal 27 November 1911 yang dilakukan beberapa hari dan hasilnya memuaskan dan minggu depan akan memulai kegiatan manufaktur (Algemeen Handelsblad, 05-12-1911). Akhirnya pabrik semen di Padang dibuka oleh Gubernur Ballot. Disebutkan pekerjaan konstruksi yang dimulai pada bulan Juni 1910 selesai dalam waktu 18 bulan.  (De Sumatra post, 13-02-1912). Hasil produksi, selain di Pantai Barat Sumatra (West Sumatra dan Tapanoeli) dengan merek (tjap) Karbouw juga dipasarkan di Oost Sumatra oleh Van Nie & Co sebagaimana diiklankan surat kabar Sumatra Post yang terbit di Medan. Disebutkan awal Maret ini akan tiba batch pertama (De Sumatra post, 01-03-1912). Tidak hanya sampai disitu. Dengan melihat prospektus usaha yang menjanjikan, beberapa bulan setelah pabrik beroperasi, manajemen melakukan pinjaman (loan) dengan bunga lima persen sebesar f800.000 yang dibagi menjadi 800 lembar obligasi dengan masing-masing nilai f1.000. Dari tanggal 1 Desember selama lima tahun dapat dikonversi menjadi saham. Penawaran obligasi ini akan dilakukan tanggal 10 Mei 1912 (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 06-05-1912). Ini berarti kekuatan keuangan perusahaan akan menjadi f2.150.000 (penjumlahan saham awal f1.350.000 plus obligasi f800.000). Dengan kata lain jumlah saham pada tahun 1917 menjadi 2.150 lembar saham.  

Namun demikian, persoalan yang masih tersisa pada masa ini bukan masalah teknis dan keekonomian (efisiensi) tetapi lebih pada masalah eksternalitas (efektivitas). Semoga ke depan, PT Semen Padang terus berinovasi untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya kepada warga kita di Padang. Selamat bekerja Bung Yos*. Salam dari Depok.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja..*ketika menulis artikel ini saya teringat beberapa kali pertemuan kita di Rawamangun tahun 1995.

4 komentar:

  1. Izin ambil gambar dan mengirimkannya di media sosial, Pak. Terima kasih.

    BalasHapus
  2. kenapa di pakai Kerbau dipakai sabagai icon dr Logo Cement Padang ini ? Terimakasih.

    BalasHapus
  3. Sangat bermanfaat untuk pengetahuan anak muda zaman sekarang!!!

    BalasHapus