Laman

Jumat, 29 Juni 2018

Indonesia di Piala Dunia (5): Riwayat Hidup Pemain Sepak Bola Indonesia di Piala Dunia di Prancis, 1938; Latar, Karir dan Masa Tua


*Lihat semua artikel Sejarah Indonesia di Piala Dunia di blog ini Klik Disini 

Indonesia (baca: Hindia Belanda) pernah berpartisipasi di Piala Dunia 1938 di Prancis. Ada sebanyak 17 pemain yang berangkat ke Prancis. Pertandingan Indonesia melawan Hungaria dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1938 di stadion Kota Rheims. Sebelas pemain yang diturunkan adalah Mo Heng, Samuels, Hukom, Anwar, F. Meeng, Nawir (c), Pattiwael, Zomers, Darmadji, Taihitu dan Hong Djien.

Bataviaasch nieuwsblad, 07-06-1938
Sebanyak 16 negara. Format turnamen sisten knock-out. Indonesia kalah dari Hungaria dengan skor 0-6; dan Belanda kalah dari Cekoslawakia 0-3. Dua tim langsung angkat koper. Namun kedua tim melakukan pertandingan sendiri frieendly match di Amsterdam pada tanggal 22 Juni 1938. Skuad Indonesia: Mo Heng, Hukom, Samuels, Nawir (c), Meeng, Anwar, Hong Djien, Soedarmadji, Zomers, Pattiwael dan Taihitu. Indonesia kalah 2-9. Pencetak gol Indonesia adalah Pattiwael dan Taihitu.

Dua pertandingan tersebut adalah dua pertandingan tim Indonesia di Eropa yang secara resmi tercatat dalam FIFA dan KNVB.  Selanjutnya hingga ini hari tidak pernah terjadi. Ini mengindikasikan mereka ini adalah pemain-pemain Indonesia yang pertama dan yang terakhir bermain di dalam pertandingan resmi di Eropa. Namun sangat disayangkan riwayat para pemain ini tidak tercatat dengan baik. Padahal mereka adalah duta sepak bola Indonesia di level sepak bola bergengsi: Piala Dunia. Untuk itu, artikel ini mendeskripsikan riwayat para pemain-pemain tersebut.

Nama-nama 17 pemain Indonesia Piala Dunia 1938
Pembentukan tim nasional Indonesia diawali dengan menyelenggarakan turnamen antar perserikatan (kota) di bawah federasi NIVU di tiga wilayah (West Java, Midden Java an Oost Java). Pelatih tim nasional Mastenbroek melakukan pemantauan pemain. Kemudian dilakukan lagi turnamen segitiga dari tiga wilayah. Dari turnamen ini terbentuk kandidat sebanyak 25 pemain. Lalu kemudian tim nasional ini melakukan uji coba di Bandoeng, Soerabaja dan Batavia sehingga jumlah pemain mengerucut enjadi 17 pemain (yang akan dibawa ke Prancis). Sebelum bertanding melawan Hungaria di Rheiems, timnas Indonesia melakukan uji coba di Medan, di Den Haag dan di Haarlem.

Dr. Achmad Nawir

Mohamad Nawir alias Achmad Nawir masuk sekolah menengah di Batavia (Koning Willem III School) tahun 1924.  Mohamad Nawir pada tahun 1929 tercatat sebagai pemain basket andalan sekolahnya. Mohamad Nawir bermain satu tim dengan Meeng. Pada 1929 Mohamad Nawir diterima di sekolah kedokteran Nederlandsch Indie Arts School (NIAS) di Soerabaja. Pada tahun 1931 (saat mana Nawir di NIAS) tercatat sebagai pemain sepak bola. Dalam komposisi Tim SVB (Soerabaijasch Voetbal Bond) Nawir sebagai gelandang kiri (lihat De Indische courant, 20-03-1931). Sejak itu nama Nawir dikenal sebagai pemain klub HBS Soerabaja.

De Indische courant, 03-06-1936
Di lingkungan sekolah, nama Achmad Nawir ditulis sebagai Mohamad Nawir. Akan tetapi namanya selalu ditulis Nawir (saja) sebagai pemaian sepak bola apakah di klub, perserikatan atau tim sepak bola kampus NIAS. Sejauh penelusuran yang bisa dialukan, nama (Mohamad) Nawir tidak pernah ditemukan dengan nama Achmad Nawir. Namun pada masa ini kita hanya mengetahui nama Achmad Nawir.

Dalam pembentukan tim nasional Indonesia pada tahun 1938, Achmad Nawir dari klub HBS Soerabaja didaulat sebagai kapten tim. Saat itu, Achmad Nawir masih kuliah sebagai mahasiswa tingkat akhir di NIAS. Achmad Nawir lulus kuliah di NIAS pada tahun 1939.

Achmad Nawir hanya memiliki satu klub dalam karir sepak bola: HBS Soerabaja. Nama Achmad Nawir baru muncul kembali pada tahun 1948 (era perang kemerdekaan). Disebutkan Achmad Nawir sebagai penasehat perserikatan Soerabaja (SVB). Dalam perjalanannya, perserikatan SKVB diintegrasikan ke perserikatan SVB. Lalu SVB plus SKVB bertransformasi menjadi nama perserikatan baru yang disebut Persibaja (federasi VUVSI/ISNIS) dan lalu kemudian Persibaja berafiliasi dengan federasi PSSI (1949). Yang memainkan peran kuat dalam proses transformasi dari federasi VUVSI/ISNIS ke federasi PSSI ini adalah Dr. Achmad Nawir.

Pasca pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda (1950an) Dr. Achmad Nawir membuka klinik Dokter Praktik di Soerabaja. Klinik yang dipimpin Dr. Achmad Nawir ini terbilang cukup besar dan sangat terkenal (bahkan di kalangan orang Eropa/Belanda juga).Klinik ini cukup lama eksis dimana Dr. Achmad Nawir berperan. Nama Achmad Nawir (di Soerabaja) masih terdeteksi di publik hingga tahun 1957. Masih pada tahun 1957, pada kejuaraan antar perserikatan di Padang, Achmad Nawir sebagai anggota komite pemilihan pemain terbaik (Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 01-08-1957). Komite itu termasuk Basir Isa, Toni Pagaenik dan Mochtar Siregar.

Suvarte Soerdarmadji

Suvarte Soedarmadji memulai karir sepak bola di Soerabaja. Nama Soedarmadji sebagai pemain sepak bola muncul kali pertama tahun 1935 (Soerabaijasch handelsblad, 29-04-1935). Ini bermula dari suatu pertandingan antara klub dari Batavia melawan tim gabungan Soerabaja (Soerabaja Voetbal Unie) yang berintikan pemain-pemain klub Tiong Hoa. Dalam tim ini terdiri dari Eropa/Belanda, Tionghoa dan tiga pribumi. Disebutkan dua pribumi berasal dari SIVB yakni Achmad dan Sordarmadji. Pertandingan berakhir dengan 3-1 untuk kemenangan tim Soerabaja. Pemain terbaik dalam pertandingan tersebut adalah Hok Gie (kiper) dari tim Soerabaja.

Nama Soedarmadji cukup banyak. Ada yang mahasiswa sekolah hukum dan juga ada yang di sekolah kedokteran di Batavia. Nama Soedarmadji juga terdapat di sekolah BAS sore di Soerabaja. Soedarmadji masuk tahun 1931 di BAS afdeeling Bouwkunde. Pada tahun 1932 Soedarmadji naik ke kelas dua (De Indische courant, 03-06-1932). Soedarmadji lulu tahun 1934 (De Indische courant, 23-06-1934). Sejak itu nama Soedarmadji semakin kerap diberitakan sebagai pemain sepak bola di Soerabaja.

Soedarmadji mulau tercatat sebagai sepak bola klub HBS tahun 1935 (De Indische courant, 20-05-1935). Ini berarti Soedarmadji menjadi satu klub dengan Nawir (yang sudah bergabung sejak 1931). Soedarmadji menjadi bagian dari Tim SVB Soerabaja dalam melawan tim luar negeri Shanghai (De Indische courant, 31-07-1935). Dalam tim utama terdapat nama Nawir, Soedarmadji dan Hong Djien (klub Tiong Hoa).

Muncul pendapat bahwa setiap pemain bebas bermain untuk SVB dan SIVB. Akan tetapi menurut SVB ada baiknya setiap pemain memilih di perserikatan mana yang bersangkutan bermain. Hal ini karena ditemukan sejumlah pemain ada kalanya berbain untuk DVB dan juga bermain untuk SIVB (De Indische courant, 11-11-1935). Soedarmadji selain bermain di klub HBS juga terdapat di klub Selo (perserikatan SIVB). Sejak itu tampaknya bermain untuk klub(-klub) SVB yang dalam hal ini HBS. Ini terlihat pada saat menjamu tim Belanda, Soedarmadjia termasuk salah satum tim inti kesebelasan NIVU (De Indische courant, 23-12-1935). Dalam formasi tim inti juga termasuk Nawir dan Hong Djien. Pertandingan antara dua tim nasional ini berakhir 2-2 (De Indische courant, 02-01-1936). Dalam kejuaraan antar kota tahun 1936 tim Soerabaja menjadi juara dimana pada pertandingan terakhir Soerabaja mengalahkan Batavia dengan skor 4-2 (3-1). Pada penghujung babak pertama Soedarmadji membuat gol (De Indische courant, 03-06-1936).

Soedarmadji menjadi salah satu pemain yang terpilih unuk mengikuti Piala Dunia 1938 di Prancis. Tujuh belas pemain yang dipilih  (hanya) tiga perserikatan di Jawa yang terdiri dari delapan orang Belanda, tiga orang Ambon, dua orang Sumatra, satu orang Jawa dan tiga orang Tionghoa (Soerabaijasch handelsblad, 25-05-1938). Jika hanya disebut satu orang Jawa itu berarti adalah Soedarmadji.

Tiga orang Ambon adalah Isaac Pattiwael, Hans Taihitu dan Meeng. Tiga orang Tionghoa adalah Mo Heng, Hong Djien dan Tan See Han. Dua orang Sumatra sudah barang tentu adalah Achmad Nawir dan Soetan Anwar. Dalam sejumlah tulisan Soetan Anwar disebut berasal dari Minangkabaoe, tetapi Achmad Nawir belum diketahui secara jelas. Namun demikian ada dugaan kuat bahwa Achmad Nawir berasal dari Tapanoeli. Ini hanya didasarkan semata-mata karena nama Nawir era itu yang terdeteksi di media hanya ditemukan pada nama orang Tapanoeli, seperti: Nawir Harahap sebagai kepala pemerintahan regional di Bengkoelen dan anggota dewan (gemeenteraad) di Padang;  Nawir Harahap salah satu tokoh republik yang ditangkap dan ditahan di Sibolga pada era perang kemerdekaan (Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 22-09-1948); Nawir Harahap lulus Recht School di Batavia (De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 11-10-1955).

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber ang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

1 komentar: