Laman

Minggu, 01 Juli 2018

Sejarah Kota Depok (47): Onderneming Tempo Doeloe; Pondok Tjina, Sawangan, Tapos, Tjimanggis, Tjinere dan Tjitajam


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini
 

Pada era kolonial Belanda, di Depok dan sekitarnya adalah wilayah pertanian (onderneming). Perusahaan-perusahaan pertanian yang ada terdapat di wilayah antara Batavia hingga Buitenzorg. Perusahaan-perusahaan tersebut sudah lama tidak beroperasi, namun situsnya hingga tahun 1980an masih terlihat di beberapa tempat. Pada saat ini sudah sangat sulit menemukannya. Berdasarkan data onderneming tahun 1938, di wilayah Kota Depok yang sekarang ditemukan sejumlah perusahaan pertanian (onderneming) sebagai berikut: Pondok Tjina, Sawangan, Tjinere, Tapos, Tjimanggies dan Tjitajam.

Brinkman's cultuur-adresboek voor NI, 1937
Informasi ini bersumber dari Brinkman's cultuur-adresboek voor Nederlandsch-Indie, 1937. Buku Brinkman's ini berisi nama-nama onderneming di seluruh Indonesia (baca: Hindia Belanda). Setiap onderneming dideskripsikan komoditi yang diusahakan, nama pemiliki, perwakilan, dan administratur perusahaan. Juga disajikan alamat perusahaan dan lokasi dimana lahan yang diusahakan.

Fungsi lahan-lahan onderneming ini secara perlahan menghilang karena tekanan kepadatan penduduk di sekitar Jakarta dan berubah fungsi menjadi pemukiman. Lahan-lahan yang subur tersebut semakin cepat berkurang seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pembangunan perumahan-perumahan.

Artikel terkait dengan artikel ini adalah Sejarah Kota Depok (30): Sejarah Cibubur dan Tanjung Timur; ECC Ament, Anak Pemilik Land Tandjong Oost di Landhuis Tjiboeboer; Sejarah Kota Depok (21): Sejarah Cilodong dan Keluarga Riemsdijk; Land Tjilodong, Abraham Pieter Kijdsmeir Menikahi Wanita Pribumi; Sejarah Kota Depok (20): Sejarah Tapos, Cilangkap dan Cimpaeun; Kini Menjadi Satu Wilayah Administrasi Bernama Kecamatan Tapos; Sejarah Kota Depok (19): Sejarah Sawangan dan Onderneming Sawangan; Ibukota Particuliere Landerien Berada di Landhuis; Sejarah Kota Depok (18): Sejarah Cinere, Bermula di Land Tjinere Milik St. Martin; Raden Adipati Aria Soeria di Redja, Regent van Chirebon; Sejarah Kota Depok (17): Sejarah Tanjung Barat, Tandjong West Tetangga Depok di Westerweg; Bagaikan Frisia Timur, Howdy!; Sejarah Kota Depok (16): Sejarah Cimanggis, Nama Awal Land Yemans; Lauw Tek Lok dan Rumah Tua Cimanggis; Sejarah Kota Depok (15): Sejarah Pondok Cina di Tepi Sungai Tjiliwoeng; Lauw Tjeng Siang dan Situs Rumah Tua Pondok Cina.

Onderneming Pondok Tjina

Onderneming Pondok Tjina mengusahakan tanaman karet. Pemilik dan administratur onderneming Pondok Tjina adalah Lauw Koei Liong. Akses terdekat stasion kereta api Pondok Tjina.

Landhuis Pondok Tjina (1902)
Lahan-lahan onderneming Pondok Tjina adalah sepanjang jalan Margondo sekarang di seputar wilayah Pondok Tjina. Lahan-lahan kebun karet tersebut termasuk kampus Universitas Indonesia. Sisa-sisa tanaman karet di dalam kampus Universitas Indonesia masih ditemukan hingga sekarang,

Di dalam lahan onderneming biasanya terdapat landhuis, suatu bangunan yang menjadi pusat administrasi pengelolaan lahan pertanian. Lokasi landhuis ini biasanya berada di tempat strategis yang umumnya berada di tengah area lahan ondernemingr. Di sekitar landhuis ini biasanya terdapat gudang, pabrik pengolahan/penggilingan, bangunan yang digunakan untuk pekerja dan bangunan-bangunan lain yang digunakan untuk pengelolaan usaha.

Onderneming Sawangan

Onderneming Sawangan mengusahakan tanaman karet dan tanaman padi. Pemilik Countess M. de Renesse Breidbach dan Countess E. d'Ursel. Brussels. Administratur onderneming adalah Baron de Crombrugghe de Looringhe. Akses terdekat stasion kereta api Depok.

Onderneming TAPOS c.a

Het nieuws van den dag voor NI, 20-07-1925
Onderneming TAPOS c.a. mengusahakan tanaman karet. Pemilik onderneming adalah NV. Cult.  Mij. ‘Tapos’. Perwakilan di Batavia adalah Tan Vam Hok. Administrateur adalah Tan Tjeng Fo. Telefoon Batavia 1273. Alamat kereta api di Depok. Cara mudah untuk diakses adalah 24 Km dari Station Buitenzorg.

Onderneming Part Land Tjimanggis

Onderneming Part Land Tjimanggis berada di lahan partikelir Tjimanggis. Onderneming ini mengusahakan tanaman karet. Pemilik onderneming adalah NV Mij. tot Expl. V/h Land Tjimanggis. Perwakilan dan administratur adalah LD Phoa. Alamat kereta api di Depok.

Onderneming Tjinere

Onderneming Tjinere mengusahakan tanaman karet. Pemilik dan administratur onderneming Tjinere sama dengan onderneming Pondok Tjina yakni Lauw Koei Liong. Akses terdekat stasion kereta api Pondok Tjina dengan jarak 8 Km. Juga mudah diakses dari Kebajoran.

Brinkman's cultuur-adresboek voor NI, 1937
Onderneming Tjinere terbilang produktif. Luas onderneming Tjinere seluas 80 Ha. Pasca perang kepemilikan onderneming Tjinere berada dibawah NV Harapan. Tidak diketahui jelas apakah NV Harapan pemiliknya Lauw Koei Liong. Onderneming Tjinere mampu menghasil produksi sebanyak 8 ton per bulan. Setelah pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda, onderneming Tjinere dengan izin pemiliknya NV Harapan di Djakarta telah dioperasikan kembali oleh sekitar 50 mantan gerilyawan (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 13-01-1951).

Onderneming Tjitajam

Onderneming Tjitajam mengusahakan tanaman karet. Pemilik adalah NV Land- en Tuinb. Ondern. Tjitajam di Batavia. Perwakilan adalah Tan Vam Hok. Administratur onderneming adalah Dachlan. Alamat kereta api di Depok. Cara mudah mengakses adalah 1.5 Km dari stasion Tjitajam.

Landhuis Tjitajam (1902)
Pada mulanya land Tjitajam dan land Tjinere dimiliki oleh St. Martin (beberapa tahun setelah C. Chastelein membuka lahan di Depok). Dua lahan tersebut diberikan kepada Sersan St, Martin di era VOC karena berhasil meredakan kerusuhan di Banten. Namun beberapa tahun kemudian St. Martin dikabarkan meninggal muda (belum berkeluarga). Oleh karena itu dua lahan itu (diambil kembali) menjadi milik pemerintah. Setelah sekian lama, sehubungan dengan terbukanya akses di wilayah barat sungai Tjiliwong dengan adanya pembangunan rel kereta api yang mulai beroperasi 1873, lahan Tjinere dan lahan Tjitajam dijual ke publik. Berita penjualan dua lahan ini ditemukan pada surat kabar Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 17-12-1877. Disebutkan harga jual lahan Tjinere sebesar f227.000 dan harga jual lahan Tjitajam sebesar f294.000. Luas lahan Tjinere adalah 4.000 bouws, sementara luas lahan Tjitajam lebih luas dari lahan Tjinere.

Onderneming Tjitajam termasuk onderneming yang sukses, Salah satu administraturnya yang terkenal adalah JE de Voogt. Pada tahun 1932 JE de Voogt dikabarkan meninggal dunia di Belanda pada usia 61 tahun (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 03-06-1932). JE de Voogt datang ke Hindia Belanda tahun 1888 dan bergabung dengan Senembah Mij di Deli yang berpusat di Tandjong Morawa sebagai asisten. Dari Deli Voogt pindah ke onderneming kopi di Pare-Pare. Pada tahun 1910 bergabung dengan onderneming Rotterdam di Lampong sebagai administratur. Setelah dari Lampong, Voogt bergabung dengan onderneming Tjitajam dan kemudian onderneming Tjinere hingga tahun 1928 (karena kembali ke Belanda). JE de Voogt telah menjadi planter selama 40 tahun di Hindia Belanda.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
 


1 komentar: