Laman

Rabu, 08 Mei 2019

Sejarah Kota Depok (57): FKN Harahap dan ‘Proklamasi Indonesia’ 11 Agustus 1945 di Belanda; Peran Perhimpunan Indonesia (PI)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini

Di tengah-tengah orang Jepang di Djakarta, proklamasi kemerdekaan Indonesia dilangsungkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Enam hari sebelumnya di Belanda, di tengah-tengah orang Belanda FKN Harahap melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Isi proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut di Belanda dimuat pada surat kabar Het parool, 11-08-1945. FKN Harahap adalah pemimpin Perhimpunan Indonesia di Belanda.

Het parool, 11-08-1945
Sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia hanya dicatat dalam sejarah Indonesia yang terkait dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Djakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan Indonesia ala Perhimpunan Indonesia tidak pernah dikutip sebagai bagian sejarah peroklamasi kemerdekaan Indonesia. Sengaja atau tidak sengaja, terkesan ada reduksi dalam catatan sejarah Indonesia. Padahal proklamasi kemerdekaan Indonesia di Belanda adalah wujud kesadaran bernegara dari para pejuang-pejuang Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia di Belanda.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia di Belanda yang dimuat di surat kabar beroplah luas di Eropa dengan sendirinya dapat dibaca di seluruh Eropa. Bagaimana gagasan proklamasi kemerdekaan Indonesia muncul adalah wujud dari dinamika yang terjadi di Belanda dan peran Perhimpunan Indonesia dalam berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Untuk memahami hal tersebut pada tahun 1945 mari kita telusuri surat kabar yang terbit di Belanda dan majalah Perhimpuann Indonesia.   

‘Proklamasi Indonesia’ di Belanda 11 Agustus 1945

FKN Harahap, pimpinan Perhimpunan Indonesia di Belanda menulis sebuah manifesto yang dimuat pada surat kabar Het parool, 11-08-1945 dengan judul Het tegenwoordig streven der Indonesische beweging (Saat ini Tujuan Gerakan Indonesia).

Manifesto FKN Harahap ini berisi tentang maklumat kemerdekaaan Indonesia. Disebutkannya Indonesia akan meraih kemerdekaan. Indonesia dan Belanda setara. FKN Harahap mengutip pidato Ratu Wilhelmina di Kongres AS di Washington 7 Desember 1942, mengatakan kepada forum seluruh dunia bahwa Indonesia masa depan seharusnya menjadi bagian yang independen dan setara dari Kerajaan Belanda. FKN Harahap mengingkatkan bahwa Orange dan Indonesia tidak memiliki ikatan seperti Orange dan Belanda, dan lebih jauh lagi bahwa Indonesia tidak memiliki monarki yang dilambangkan secara konstitusional.. Kami sangat senang mengatakan bahwa Perhimpoenan Indonesia dapat menyebut pekerjaannya sukses dalam hal ini dan bahwa lapisan besar rakyat Belanda diharapkan juga berusaha keras untuk mencapai tujuan kami itu... Karya Perhimpunan Indonesia. antara lain, pidato yang disampaikan oleh Boerhanoedin, anggota Indonesia dari delegasi Belanda di San Francisco pada tanggal 27 Juni, dimana ia mengatakan: ‘Setelah reformasi politik yang diperlukan telah dilaksanakan, orang Indonesia akan mendapatkan pemerintahan sendiri. Posisi subordinasi dari Orang Indonesia di negara mereka sendiri dan dari Indonesia di Kerajaan Belanda tidak terpikirkan Saya sangat senang bahwa pers Belanda dan juga Perhimpoenan Indonesia dengan jelas menyatakan sudut pandang yang sama. Kami hanya ingin menambahkan kata lain untuk semua ini. Belanda dan Indonesia lebih dari sebelumnya dalam sejarah mereka di pusaran masyarakat...Tanggal 7 Desember 1942 adalah tonggak sejarah Belanda. Semoga tanggal ini juga membawa kami untuk waktu yang lama di pelabuhan negara baru. FKN HARAHAP (Perhimpoenan Indonesia).

Seperti diketahui Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Manifesto FKN Harahap ini seakan-akan enam hari mendahului isi proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur.

Tentu saja Manifesto FKN Harahap yang dimuat di surat kabar yang terbit di Belanda, Het parool, 11-08-1945 tidak sampai beredar di Indonesia karena saat itu adalah pendudukan Jepang di Indonesia, tidak ada hubungan komunikasi antara Indonesia dan Belanda. Tentu saja Proklamasi Indonesia yang dibacakan Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur tanggal 17 Agustus 1945 tidak dapat dipantau di Belanda. Dua proklamasi ini adalah dua hal yang tidak terhubung tetapi memiliki tujuan dan pesan (proklamasi) yang sama: Kemerdekaan Indonesia.

Ada sejumlah perbedaan antara Proklamasi Soekarno dengan Proklamasi FKN Harahap. Secara kontekstual Proklamasi Soekarno berada di bawah pengawasan Pemerintah Militer Jepang, sedangkan Proklamasi FKN Harahap berada di bawah pengawasan Pemerintah Kerajaan Belanda. Teks Proklamasi Soekarno berisi satu paragraf. Teks proklamasi FKN Harahap terdiri dari 17 paragraf. Teks Proklamasi Soekarno dibacakan di depan publik. Teks proklamasi FKN Harahap dimuat di surat kabar utama di Belanda.  

Belanda Dibebaskan Jerman 5 Mei 1945

Ada situasi dan kondisi yang rumit antara Indonesia dan Belanda pada tahun 1945. Indonesia di bawah pendudukan militer Jepang, Belanda di bawah pendudukan militer Jerman. Indonesia dan Belanda dalam situasi jajahan negara asing. Indonesia diduduki Jepang sejak Maret 1942 (menggantikan Belanda). Pada tanggal 15 Mei 1940 Belanda sepenuhnya dikuasai Jerman. Sebelumnya kaum kerajaan Belanda yang didukung Pemerintah Belanda melarikan diri ke Inggris.

Pada tanggal 7 Desember 1942, Ratu Wilhelmina di Kongres AS di Washington, mengatakan kepada forum seluruh dunia bahwa Indonesia masa depan seharusnya menjadi bagian yang independen dan setara dari Kerajaan Belanda. Pidato Ratu di pengasingan ini jelas tidak terduga, karena sejak tiga setengah abad pernyataan serupa ini tidak pernah ada. Belanda dalam posisi lemah, Indonesia juga dalam posisi lemah. Hanya pada saat Belanda lemah, pihak kerajaan Belanda sukarela menyatakan adanya kesetaraan antara Indonesia dan Belanda.

Sementara itu di Indonesia, pada bulan Mei 1943 Soekarno memberi layanan penuh (menggadaikan Indonesia) kepada Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia. Mahasiswa Indonesia di Belanda yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia bereakasi. Pada akhir Mei 1943 di Den Haag, Perhimpunan Indonesia menerbitkan media perjuangan untuk membebaskan Indonesia yang diberi nama Feiten (Fakta).

Jerman yang menguasai Belanda menangkap sejumlah kontributor Feiten. Mereka ditangkap tanggal 3 April 1944 adalah RO Simatoepang, Mr. N Pamontjak, R. Dradjat dan MS Moewalladi dan Tamzil. Oleh karena itu Feiten menghentikan kegiatannya. Pada bulan Juni diputuskan untuk menerbitkan kembali media perjuangan di Leiden.

Setelah sempat berhenti, Feiten diaktifkan kembali. Demi nama alasan keamanan nama majalah Feiten diubah menjadi De Bevrijding. Pada tanggal 8 September 1944 majalah ini juga diterbitkan di Den Haag dan Rotterdam. Untuk alasan keamanan nama-nama kontributor juga disamarkan dengan nama: Henk (RM Irawan); Andre (Imramsjah Achmad Mochtar); Frits (FKN Harahap); Tom (Tamzil); Jan (Moewalladi; Paul (RO Simatoepang); Eduard (Daliloedin Lubis); Guus (Gondho Pratomo); Martin (TM Joesoef).

De Bevrijding, 02-06-1945
Perhimpunan Indonesia dengan nama Indische Vereeniging didirikan pada tanggal 25 Oktober 1908 di Haarlem atas inisiatif Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Pada tahun 1921 Soetomo dkk mengubahnamnya menjadi Indonesische Vereeniging dan menerbitkan majalah Hindia Poetra. Pada era kepengurusan Mohamad Hattta tahun 1924 diubah lagi namanya menjadi Perhimpoenan Indonesia dengan menerbitkan majalah Indonesia Merdeka.   

Pada tanggal 5 Mei 1945 Belanda dibebaskan kembali. Ini sehubungan dengan kemenangan Sekutu atas Jerman. Majalah De Bevrijding tetap eksis. Para pengasuh majalah tidak lagi membuat nama samaran tetapi nama lengkap. Dalam susunan redaksi majalah De Bevrijding terdapat tiga nama, yakni IA Mochtar, FKN Harahap dan M Daroesman.

De Bevrijding, 15-05-1945
Dalam edisi tanggal 15 Mei 1945 De Bevrijding menurunkan beberapa tulisan. Satu tulisan yang dibuat FKN Harahap adalah memuat lagu Indonesia Raya dengan disertai terjemahan bahasa Belanda. Tulisan Indonesia Raya ini seakan ingin mempertegas, saat mana Belanda dibebaskan dari Jerman, FKN Harahap menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia. Menurut FKN Harahap lagu kebangsaan Indonesia ini idealisme yang berapi-api, yang secara umum adalah gerakan yang layak, dalam kasus kita sekarang ini nasionalisme Indonesia. Idealisme muda yang berapi-api ini terkonsentrasi dalam kata-kata: ‘Disanalah akoe berdiri mendjaga pandoe ibukoe’.  

Pada edisi sebelumnya, edisi tanggal 1 Mei 1945 edisi khusus De Bevrijding menurunkan topik Jepang sebagai Fasis. Dalam edisi ini ada empat penulis dua diantaranya FKN Harahap dan Imramsjah Ade Mochtar. Tulisan Imramsjah Ade Mochtar berjudul Het ‘Wang Ching Wei-isme’ in Indonesië: De samenwerking van de Indonesiërs mèt Japan.

Dalam tulisan ini IA Mochtar mengidentikkan Soekarno dan Mohamad Hatta sebagai Wang Ching Wei yang ‘menjual; Tiongkok dan bekerjasama dengan Jepang..perjuangan kita sebelum pendudukan Jepang untuk kemerdekaan yang demokratis kini sebagian pejuang kita telah berkolaborasi dengan Jepang, menyimpang dari garis perjuangan kita...kita tidak membutuhkan Belanda dan Jepang, kita berjuang lewat PBB untuk menentukan nasib kita sendiri...Kita harus mengutuk keras ‘Wang Ching Weisme’ dan begitu Indonesia medeka, yang akan menjadi salah satu tugas pertama kita adalah untuk membersihkan negara kita dari sisa-sisa militerisme Jepang ini.

Sementara itu FKN Harahap menyoroti bantuan Jepang yang diterima oleh sejumlah mahasiswa Indonesia di Eropa/Belanda. FKN Harahap menyayangkan itu..kita harus tetap bertahan meski kita sudah hampir tiga tahun tidak terhubung dengan keluarga di Indonesia... Perhimpunan Indonesia menolak segala godaan yang datang dari pihak Jepang yang datang kesini untuk menawarkan bantuan’.

Di Indonesia banyak revolusioner anti Jepang diantaranya Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap yang saat ini dipenjara di tahanan militer Jepang di Malang. Sementara itu, Soekarno dan Mohamad Hatta telah berkolaborasi dengan Jepang. Sebagaimana di Indonesia, para pemimpin Indonesia di Belanda juga banyak yang ditangkap militer Jerman. Sebagaimana diketahui Jerman terhubung dengan Jepang dalam perang dunia kedua. Dua pemimpin Indonesia di Belanda, Dr. Parlindoengan Lubis dan Sidartawan ditangkap oleh intel/militer Jerman. Sidartawan (ketua Perhimpoenan Indonesia) dieksekusi dan meninggal (lihat Algemeen Handelsblad, 08-12-1942). Sidartawan dieksekusi pada bulan Oktober 1942 (lihat De geus onder studenten, 11-07-1944). Dr. Parlindoengan Lubis setelah ditangkap kemudian ditahan di kamp konsentrasi Jerman/NAZI. Dalam perkembangannya Dr. Parlindoengan Lubis berhasil melarikan diri dari kamp NAZI

Pada tanggal 15 Mei 1945 muncul kembali majalah Indonesia. Dalam edisi itu ditulis Tahun 16. Sementara  majalah De Bevrijding tetap eksis. Majalah De Bevrijding pada tanggal 2 Juni ditulis Nomor 2 Tahun 3 yang mana sebagai redaksi Pamontjak dan Soeripno (alamat redaksi Den Haag dan Leiden). Dalam susunan redaksi majalah Indonesia tiga nama yakni IA Mochtar, FKN Harahap dan M Daroesman (terbit dua minggu sekali, alamat Redaksi Amsterdam). Dalam majalah Indonesia ini terdapat catatan bahwa pada masa pendudukan Jerman namanya De Bevrijding.

Het vrije volk, 10-07-1945
‘De vrijheidsbetogingen te Amsterdam (9 Mei 1945). Demonstrasi besar di Amsterdam dengan mengatasnamakan Perhimpunan Indonesia untuk menuntut kemerdekaan Indonesia yang berkumpul di lapangan Istana Kerajaan. Bendera Merah Putih menjulang diantara demonstrasi. Banyak orang Amsterdam yang mendukung demo ini dengan simpati. Beberapa orang Amsterdam juga ikut naik panggung untuk berbicara untuk mendukung kemerdekaan Indonesia termasuk Wali Kota Amsterdam...F. Harahap telah berpidato, yang mewakili atas nama Perhimpunan Indonesia untuk mengatakan beberapa kata. mengucapkan terima kasih kepada orang-orang Belanda untuk semua dukungan dan simpati ini, yang mana orang Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus memperjuangkan kemerdekaan...’ (lihat Indonesia, 26-05-1945).

Tampaknya setelah berakhirnya pendudukan Jerman di Belanda, majalah De Bevrijding terus diterbitkan sehingga dengan terbitnya kembali majalah Indonesia maka terdapat dua majalah di bawah Perhimpoenan Indonesia di Belanda. Dua majalah ini menjadi sumber satu-satunya bagi orang Belanda tentang situasi dan kondisi di Indonesia. Untuk memperluas jangkauan, dua majalah ini sempat diiklankan di surat kabar di Belanda (lihat Het vrije volk, 10-07-1945).

FKN Harahap kini telah menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia. FKN Harahap menggantikan Stjadjit. FKN Harahap berangkat studi ke Belanda pada tahun 1938 (lihat Soerabaijahsch handelsblad 12-09-1938). Imramsjah Ade Mochtar adalah kelahiran Padang Sidempoean, sementara FKN Harahap adalah kelahiran Depok. FKN Harahap adalah pemain catur, pernah mengalahkan juara catur Belanda Dr. Euwe pada tahun 1933. Perhimpunan Indonesia adalah kelanjutan dari Indische Vereeniging yang digagas oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan di Belanda pada tahun 1908. Jika tahun 1908 dipimpin oleh anak Padang Sidempoean, kini di tahun 1945 dipimpin oleh anak Depok. Kebetulan keduanya bermarga Harahap.

Sekitar bulan Juli dan Agustus semuanya cepat berubah. Pada bulan Juli, majalah De Bevrijding berakhir. Majalah Indonesia pada edisi Juli 1945 tidak ada lagi nama IA Mochtar dan FKN Harahap. Yang muncul sebagai kepala editor ada tiga orang: Daroesman, Joesoef dan Djojoadiningrat, sementara anggota redaksi terdiri dari Gandasoebrata, Razai, Pamontjak dan Oetojo. Direksi dan administrasi: RO Simatoepang dan M Siantoeri. Alamat redaksi di Amsterdam.

FKN Harahap pada tanggal 9 Agustus 1945 akan menikah dengan Mr. Tetilarsih Sedjanadiwirja (lihat Trouw, 03-08-1945). Tidak ada bulan madu. Beberapa hari setelah pernikahan, FKN Harahap menerbitkan sebuah manifesto kemerdekaan Indonesia yang dimuat pada surat kabar Het parool, 11-08-1945. Ini seakan FKN Harahap telah mengakhiri kemerdekaannya sebagai pribadi (dan menikah), dan memulai hasil perjuangan (kemerdekaan dalam bernegara).

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

FKN Harahap, pimpinan Perhimpunan Indonesia di Belanda menulis sebuah manifesto yang dimuat pada surat kabar Het parool, 11-08-1945 dengan judul Het tegenwoordig streven der Indonesische beweging (Saat ini Tujuan Gerakan Indonesia). Dengan memperhatikan menifesto ini sejatinya adalah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Setelah enam hari manifesto kemerdekaan FKN Harahap dimuat di surat kabar di Belanda, pada tanggal 17 Agustus 1945 di Djakarta, Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ini bermula dari suatu desakan dari para pemuda revolusioner di Djakarta setelah mendengar Jepang telah menyerah kepada sekutu.

Setelah menikah (9 Agustus), setelah manifestonya dimuat di surat kabar (11 Agustus) dan setelah Indonesia merdeka (17 Agustus), FKN Harahap mulai istirahat, Namanya mulai jarang muncul. Boleh jadi FKN Harahap bersama istrinya Mr. Tetilarsih Sedjanadiwirja telah melakukan bulan madu. Kepengurusan Perhimpunan Indonesia tampaknya telah dialihkan dari FKN Harahap kepada rekannya yang lain. Pada bulan Oktober diketahui yang menjadi ketua Perhimpunan Indonesia adalah Daroesman (lihat De waarheid, 03-10-1945).

Ada yang hal yang kontras terlihat dalam kepengurusan yang baru di tubuh Perhimpunan Indonesia. Setelah era Roestam Effendi dan Stjadjit, ketua Perhimpunan Indonesia kembali dipimpin oleh orang yang berhaluan komunis. Kepengurusan Perhimpunan Indonesia diantara Roestam Effendi, Stjadjit Soegondo dan Daroesman adalah orang-orang yang berhaluan sosial demokrat yakni Parlindoengan Lubis, Sidartawan dan FKN Harahap. Sementara itu diantara aktivis Perhimpunan Indonesia yang mengelola media (majalah De Bevrijding dan majalah Indonesia) banyak yang berhaluan komunis, seperti Daroesman, TM Joesoef dan Soeripno.

Berkurangnya aktvitas FKN Harahap di kancah politik, boleh jadi bukan karena telah menikah dan adanya tekanan dari kelompok kiri, tetapi lebih pada keinginan FKN Harahap lebih fokus untuk menyelesaikan studi yang selama ini tertunda karena aktif berjuang. Betul apa yang diduga, berita terbaru disebutkan bahwa akhirnya FKN Harahap berhasil menyelesaikan studi. Friesch dagblad, 10-07-1946 melaporkan bahwa FKN Harahap berhasil ujian di Vrije Universiteit, Amsterdam.

Namun FKN Harahap tidak bisa segera pulang ke tanah air. Ini semua karena Belanda kembali datang (menduduki) Indonesia, hubungan Belanda dan Indonesia terputus kembali. FKN Harahap tampaknya kecewa dengan Belanda. Pernyataan Ratu yang dikutipnya di dalam manifestonya yang dimuat di9 surat kabar Het parool, 11-08-1945 telah dilanggar oleh Belanda.

Baru setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada akhir tahun 1949 jalur lalu lintas Belanda-Indonesia terbuka. Para diaspora yang selama ini tidak bisa pulang termasuk FKN Harahap bersama istrinya yang tinggal di Imhofflaan No. 59 Amsterdam bersiap-siap pulang ke tanah air (De Vrije Pers: ochtendbulletin, 31-01-1950).

Surat kabar yang terbit di Djakarta, Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 03-01-1951 melaporkan FKN Harahap kembali di tanah air. Dari Calcutta FKN Harahap dengan pesawat KLM tiba di Bandara Kemajoran.

Di tanah air, FKN Harahap memulai karir sebagai dosen di Akademi Wartawan di Batavia. Akademi Wartawan ini dipimpin oleh Dekan, Parada Harahap. Staf dosen antara lain Hamka, T. Soedjanadiwirja-Harahap, Ds. FKN Harahap dan Prof. dr. R. Beerling (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 18-04-1952). Dalam berita sebelumnya diberitakan bahwa FKN Harahap mengajar mata kuliah Sejarah (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-02-1952)

FKN Harahap lahir di Depok tanggal 5 Maret 1917. Frits pada umur 15 tahun sudah termasuk pemain catur yang disegani. Namun anehnya, Frits bukan pemain catur yang masuk Tim Depok, tetapi Tim dari salah satu klub di Batavia (Bataviaasch nieuwsblad, 19-04-1932). Ayahnya, Emil Harahap adalah pemain catur dari klub Jong Batak di Batavia. FKN Harahap adalah anggota klub catur Satoer Batak (suksesi klub catur Jong Batak). Pada tahun 1934 FKN Harahap berangkat ke Belanda. Di Belanda FKN Harahap yang baru berusia 17 tahun ikut dalam turnamen catur Belanda (Haagsche courant, 18-09-1934). Pada tahun 1935 FKN Harahap kembali ke Belanda untuk mengikuti turnamen catur (Haagsche courant, 09-09-1935). FKN Harahap kembali ke tanah air dan kembali berpartisipasi di Satoer Batak. Untuk beberapa waktu FKN Harahap tidak terdeteksi namanya di dunia catur. Setelah dua tahun berlalu, nama FKN Harahap terdeteksi kembali. De Telegraaf, 19-06-1938 melaporkan bahwa FKN Harahap di Chr. Lyceum, afd. Gymnasium di Haarlem termasuk dari 21 candidaten yang dinyatakan lulus dan mendapat gelar Diploma. FKN Harahap setelah meraih Diploma segera pulang ke tanah air. Namun belum lama di tanah air, FKN Harahap kembali lagi balik ke Belanda. Tentu saja belum sempat ikut klubnya ‘Satoer Batak’ untuk bertanding catur melawan klub lain. FKN Harahap akan melanjutkan studi sarjana di Vrije Universiteit. Soerabaijahsch handelsblad 12-09-1938 melaporkan kapal ss Johan de Witt, Zaterdag van Batavia naar Amsterdam. Di dalam daftar manifest kapal termasuk nama FKN Harahap yang memiliki tujuan akhir di Amsterdam. Beberapa waktu kemudian, surat kabar Haagsche courant, 22-06-1939 melaporkan FKN Harahap di Vrije Universiteit telah berhasil menjalani prop examen. FKN Harahap di Belanda menjadi anggota klub catur Haarlemsch Schaakgezelschap (Haarlem's dagblad, 28-03-1940). Sebagaimana diketahui seperti disebut di atas sejak tanggal 15 Mei 1940 Belanda sepenuhnya dikuasai oleh Jerman. Meski situasinya tidak kondusif, FKN Harahap tetap masih aktif berorganisasi di dalam kampus Vrije Universiteit (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 28-11-1941).  Dalam kepengurusan Senaat van het Studentencorps periode tahun 1941-1942, FKN Harahap menjabat sebagai Abactis (Sekretaris). Setelah tahun-tahun inilah FKN Harahap mulai aktif berjuang demi kemerdekaaan Indonesia melalui Perhimpunan Indonesia.

Pecatur tetaplah pecatur. Permainan catur adalah permainan otak untuk meraih kemenangan. Pada tahun 1955 Pertjasi (Persatoeaan Tjatoer Seloeroeh Indonesia) melakukan kongres di Djakarta (De nieuwsgier, 22-08-1955). Dalam kepengurusan yang baru FKN Harahap menjabat sebagai Wakil Ketua. Namun belum lama, pada tahun 1956 Ketua Pertjasi digantikan oleh FKN Harahap yang sebelumnya adalah Wakil Ketua. Selama kepengurusan FKN Harahap, Pertjasi menjadi anggota FIDE (Federation Internationale Des Echecs). FKN. Harahap menjabat sebagai Ketua Pertjasi hingga tahun 1964. FKN Harahap tidak hanya pelaku sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, juga pengajar ilmu sejarah dan yang terakhir diketahui, FKN Harahap adalah penulis sejarah catur di Indonesia.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar