Laman

Rabu, 21 Agustus 2019

Sejarah Tangerang (26): Oentoeng Djawa dan Tangerang, JP Coen dan Amsterdam; Abel Tasman dan Ontong Java di Solomon


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini

Pulau Untung Jawa berada di Teluk Jakarta, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pulau Untung Jawa (Oentoeng Djawa) bukanlah sekadar pulau. Pulau Oentoeng Djawa (Ontong Java)  memiliki sejarah yang penting. Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen pada bulan Oktober 1618 mengubah kantor perusahaan VOC menjadi benteng, tidak hanya untuk mempertahankan diri dari dari kolaborasi Banten dan Inggris, tetapi juga menjadi basis untuk menduduki Jacatra (Batavia). Benteng Ontong Java ini tepat berada berhadapan dengan de Qual, muara sungai Tangerang (kampong Moeara).

Pulau Untung Jawa dan Kampong Muara di Teluknaga, Tangeramg
Setelah membangun benteng Batavia (yang dimulai tahun 1619), dalam perkembangannya, untuk memperkuat pertahanan Batavia, sejumlah benteng dibangun yakni: Fort Nordwijk, Riswijk, Angke, Jacatra dan Onrust. Dari benteng (pulau) Onrust ini kemudian VOC membuka ruang untuk pembangunan wilayah di daerah aliran sungai Tangerang. Pintu masuk ke wilayah Tangerang melalui de Qual (Moera). Setelah benteng Tangerang kemudian dibangun benteng di hilir di Moeara (Fort de Qual) dan juga membangun benteng di hulu (Fort Sampoera) di Serpong. Fort Tangerang adalah cikal bakal Kota Tangerang yang sekarang. Pada era Gubernur Jenderal Antonio van Diemen (1636-1645) memerintahkan Abel Jansen Tasman untuk memetakan benua Australia dan pulau-pulau di lautan Pasifik (1642-1643). Satu penemuan Abel Jansen Tasman yang penting adalah pulau anak benua Australia yang kemudian diberi nama Pulau Tasman. Penemuan penting lainnya adalah pulau atol di Kepulauan Solomon. Untuk mengingat pentingnya pulau Oentoeng Djawa bagi Jan Pieterszoon Coen, nama pulau atol di Pasifik penemuan Abel Jansen Tasman diberi nama pulau Ontong Java. Sejak itu, nama pulau Oentoeng Djawa di dekat muara sungai Tangerang diganti menjadi pulau Amsterdam (sejak pengakuan kedaualatan Indonesia, pulau penting itu namanya dipulihkan kembali menjadi pulau Untung Jawa).

Lalu bagaimana kisah selanjutnya antara pulau Oentoeng Djawa (Ontong Java) dengan muara sungai Tangerang, Moeara (de Qual)? Yang jelas pada masa ini tidak mungkin lagi terjadi pelayaran dari pulau Ontong Java (Ontoeng Djawa) ke kampong Moeara (de Qual). Mengapa? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Mookervaart dan Kalimati

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar