Laman

Sabtu, 19 Oktober 2019

Sejarah Sukabumi (11): Sejarah Pendidikan di Sukabumi dan Kweekschool Bandoeng 1866; Sekolah Pertanian dan Sekolah Polisi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Pendidikan modern (aksara Latin) pada dasarnya baru dimulai pada era kolonial Belanda. Seperti di berbagai tempat, pemerintah kolonial Belanda juga menintroduksi pendidikan modern di Soekaboemi. Dalam hal ini, pemerintah selain menyediakan fasilitas pendidikan bagi orang Eropa/Belanda, pemerintah juga menyelenggarakan pendidikan bagi penduduk (pribumi). Pemerintah mendatangkan guru-guru dan juga membangun prasarana pendidikan seperti bangunan sekolah.

Sekolah Polisi di Soekaboemi (1927)
Kota Soekaboemi memiliki dua sekolah khusus, yakni sekolah pertanian dan sekolah polisi. Sekolah pertanian di Soekaboemi hanya berlangsung pada era kolonial Belanda. Sekolah polisi yang mulai diselenggarakan di Kota Soekaboemi pada tahun 1927, dapat dianggap memiliki garis continuum dengan penyelenggaran Sekolah Calon Perwira (SECAPA) Sukabumi (kini diubah dan disebut Sekolah Pembentukan Perwira/STUKPA).   

Lantas sejak kapan introduksi pendidikan modern dimulai di Sukabumi? Lalu seperti apa perkembangan selanjutnya hingga menemukan wujudnya seperti yang sekarang. Lalu mengapa di Soekaboemi diadakan sekolah pertanian dan sekolah polisi? Meski pertanyaan-pertanyaan ini tentu saja tidaklah terlalu penting, tetapi untuk mengetahuinya tentu saja tidak ada salahnya. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Introduksi Pendidikan di Soekaboemi

Pada tahun 1870 pemerintah pusat mendirikan sekolah pemerintah untuk penduduk di sejumlah tempat utama di Jawa dan Madura termasuk di Soekaboemi (lihat  Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 22-10-1870). Sekolah di Soekaboemi tersebut merupakan satu-satunya sekolah di Afdeeling Soekaboemi, Pendirian sekolah pemerintah untuk pribumi juga untuk kali pertama di Tangerang dan Buirenzorg.

Java-bode, voor Nederlandsch-Indie, 22-10-1870
Pendirian sekolah pemerintah ini di Residentie Preanger tampaknya bersamaan dengan reorganisasi pemerintah yang dilakukan tahun 1870 yang mana dalam hal ini status Controleur Soekaboemi ditingkatkan menjadi Asisten Residen. Pada saat reorganisasi ini seorang Controleur ditempatkan masing-masing di Tjitjoeroek (barat) dan di Njalindoeng (selatan). Sekolah-sekokah pemerintah sudah lebih dahulu diselenggarakan di Bandoeng, Tjinadjoer, Chirebon, Sumadang dan Limbangan. Keberadaan sekolah untuk penduduk di (kota) Tjiandjoer sudah diberitakan pada tahun 1860 (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 18-07-1860). Disebutkan pada hari kedua kunjungan Gubernur Jenderal di Tjiandjoer melakukan peninjauan ke sekolah pribumi dan sejumlah bangunan lainnya. Gubernur Jenderal esoknya dijadwalkan ke Soekaboemi untuk bertemu para tokoh setempat.

Satu faktor kesulitan dalam mendirikan sekolah pemerintah untuk penduduk adalah ketersediaan guru. Sebagaimana diketahui sekolah guru (kweekschool) di Bandoeng baru dibuka pada tahun 1866. Boleh jadi pembukaan sekolah pemerintah di Soekaboemi, gurunya adalah lulusan pertama Kweekschool Bandoeng yang diangkat pemerintah sebagai guru pemerintah (semacam ONS). Faktor kesulitan lainnya adalah ketersediaan sarana sekolah, kemauan penduduk usia sekolah untuk bersekolah, dukungan orangtua dan goodwill pemerintah daerah (controleur atau Asisten Residen).

Sebagai perbandingan, di Afdeeling Mandailing en Angkola, Residentie Tapanoeli pada tahun 1860 sudah terdapat enam buah sekolah pemerintah dimana dua diantaranya berada di kota Padang Sidempoean (onderafdeeling Angkola). Kweekschool pertama didirikan di Soerakarta pada tahun 1851 (di wilayah Jawa) dan yang kedua didirikan di Fort de Kock tahun 1856 (di wilayah Sumatra), Pada tahun 1857 seorang lulusan sekolah dasar di Afdeeling Mandailing en Angkola melanjutkan studi ke Belanda untuk mendapatkan akta guru. Setelah lulus tahun 1860 dan kembali ke kampongnya, pada tahun 1862, guru tersebut Sati Nasution alias Willem Iskander mendirikan sekolah guru di Tanobato (Afdeeling Mandailing en Angkola). Keberhasilan Kweekschool Tanobato diapresiasi pemerintah dan dinegerikan pada tahun 1865. Bersamaan dengan penegerian Kweekschool Tanobato, pegiat pendidikan di Preanger seperti KF Holle menginisiasi pendirian sekolah guru di Bandoeng yang kemudian dibuka pada tahun 1866. Dalam hubungan ini ada persamaan antara Afdeeling Tjiandjoer dan Afdeeling Mandailing en Angkola yang sama-sama wilayah dimana kebijakan koffiestelsel diterapkan. Perbedaannya adalah di Afdeeling Tjiandjoer ada bupati (regent) yang bersedia diangkat, sedangkan di Afdeeling Mandailing en Angkola tidak ada yang bersedia (terjadi solidaritas diantara para pemimpin lokal). Para pemimpin lokal di Afdeeling Mandailing en Angkola terus berjuang menekan pemerintah sehingga salah satu wujudnya adalah penyediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan oleh pemerintah. Sebaliknya Bupati Tjiandjoer (seperti bupati-bupati lainnya di Regentschappen Preanger) terkesan lebih menekan penduduk daripada memperjuangkan kesejahteraan penduduknya. Yang memperjuangkan adanya sekolah dan sekolah guru di Regentschappen Preanger pada dasarnya bukan pemerintah pusat (dan pemerintah lokal) melainkan para pengusaha swasta (para planter) seperti KF Holle cs yang melihat penderitaan penduduk (akibat koffiestelsel). Inilah sebab mengapa perluasan jangkaun pendidikan di Preanger terutama di Afdeeling Soekaboemi agak telat (dan di Soekaboemi baru dimulai tahun 1870). Pada tahun 1870 Afdeeling Mandailing dan Angkola sudah surplus guru dan dokter dan banyak yang dikirim ke wilayah lain, sebaliknya di Afdeeling Soekaboemi justru masih kekurangan guru dalam jumlah banyak (dan belum ada terdeteksi dokter lokal).

Pembukaan sekolah pemerintah untuk penduduk di Soekaboemi pada tahun 1870 merupakan langkah baru dalam pengembangan sosial di Afdeeling Soekaboemi. Selama ini pemerintah di Afdeeling Soekaboemi masih terfokus dalam hal kebutuhan kolonial antara lain pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan irigasi. Disamping para investor swasta mulai berdatangan, pemerintah juga masih intens dalam pengembangan perdagangan dan perekonomian dalam mendukung penerimanan pemerintah, bahkan kebijakan koffiestelsel (yang dimulai sejak era van den Bosch, 1830-1833) masih dpertahankan di sejumlah wilayah seperti di district Djampang Tengah, district Djampang Koelon dan district Palaboehan.

De locomotief, 31-05-1871
Ekonomi kopi sudah berlangsung lebih dari satu abad di Preanger (Priangan) bahkan sejak era Gubernur Jenderal van Riebeeck. Pengangkutan komoditi hingga tahun 1871 masih mengikuti jalur perdagangan lama (lihat  De locomotief, 31-05-1871). Untuk wilayah Regentschap Tjiandjoer arau komoditi dari dan ke Palaboehan. Kopi diangkut ke Palaboehan dari gudang-gudang kopi pemerintah di Patjet, Tjikalong, Njengked, Tjibeber, Soekanagara, Gekbrong, Soekaboemi, Tjikembar, Tjiheulang, Tjaringin, Bodjong Menteng, Pasawahan, Tjikawoeng dan Sagaranten, sementara pengangkutan garam dari Palaboehan ke gudang garam pemerintah di Soekaboemi dan Tjiandjoer. Untuk wilayah Bandoeng dan sekitar menuju pelabuhan Tjicao (sungai Tjitaroem di Krawanga) dan untuk wilayah Soemedang dan sekitar menuju pelabuhan di Carang Sambong.

Era baru (pemerintahan baru) Asisten Residen Soekaboemi (sejak 1871) adalah lembaran baru dalam upaya pemerintah untuk pengembangan sosial di Afdeeling Soekaboemi. Asisten Residen pertama Soekaboemi adalah Mr. AM Oudemans (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-04-1871). Diharapkan dengan peningkatan status pemerintahan di Afdeeling Soekaboemi ini, dari Controleur menjadi Asisten Residen dapat segera masalah-masalah sosial (kesehatan dan pendidikan) lebih terperhatikan. Untuk mendampingin Asisten Residen diangkat patih (lihat De locomotief, 23-12-1871). Patih ini sebelumnya adalah wakil Bupati (hak Bupati semakin menyempit),

Dalam reorganisasi pemerintahan yang dilakukan pada tahun 1870, di Afdeeling Mandailing en Angkola yang terjadi hanya perubahan ibu kota yang seelumnya di Panjaboengan (onderfadeeling Mandailing) ke Padang Sidempoean (onderafdeeling Angkola). Yang sebelumnya Asisten Residen berkedudukan di Panjaboengan dan Controleur di Padang Sidempoean, pada tahun 1870 dirokade Asisten Residen di Padang Sidempoean dan Controleur di Panjaboengan (tukar tempat). Afdeeling Mandailing en Angkola sendiri sudah berstatus Asisten Residen sejak permulaan adanya pemerintahan pada tahun 1840.

Pembukaan sekolah untuk pribumi, meski terbilang terlambat, sesungguhnya bukanlah yang terakhir. Masih banyak kota-kota di Jawa yang belum memiliki sekolah. Di kota Madioen sekolah untuk pribumi baru dibuka pada tahun 1874 (lihat  Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-05-1874).

Pada tahun 1874 Pemerintah merealisasikan untuk peningkatan mutu sekolah pribumi dengan mengirim sejumlah guru muda studi ke Belanda dan akan ditempatkan di sekolah guru (kweekschool). Tiga yang dikirim adalah Banas Lubis dari Residentie Tapanoeli, Raden Adi Sasmita dari Residentie Preanger dan Raden Soerono dari Residentie Soeracarta. Untuk membimbing tiga guru muda ini selama belajar di Belanda, pemerintah menunjuk Willem Iskander yang juga diberi beasiswa untuk studi di Belanda untuk mendapat akta kepala sekolah. Selama Willem Iskander studi ke Belanda, Kweekschool Tanobato ditutup dan Willem Iskander direncanakan sepulang studi dari Belanda akan diangkat menjadi direktur sekolah guru yang lebih besar di Padang Sidempoean yang akan dibuka pada tahun 1879. Keempat guru pribumi ke Belanda pada bulan Mei tahun 1874.

Sekolah Pertanian dan Sekolah Polisi

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar