Laman

Sabtu, 14 Maret 2020

Sejarah Jakarta (114): Sejarah Kramat Jati, Hutan Jati di Land Tjililitan; Markas Polisi di Land Tjililitan Besar, Pasar dan Bandara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Nama Kramat Jati bukanlah berasal dari nama suatu kompong, Nama Kramat Jati berasal dari suatu nama area di land Tjililitan. Sedangkan nama Cililitan pada tempo doeloe berasal dari nama suuatu kampong di sungai Tjililitan yang bermuara ke sungai Tjiliwong. Dalam perkembangannya land Tjililitan dimekarkan menjadi dua land. Oleh karena luasnya berbeda maka nama dua land disebut land Tjililitan Ketjil dan land Tjililitan Besar. Kampong Tjililitan tempo doeloe berada di land Tjililitan Kecil (sekitar terminal-PG Cililitan yang sekarang).

Pada masa ini nama Kramat Jati ditabalkan menjadi nama kelurahan. Nama Kramat Jati juga ditabalkan menjadi nama kecamatan. Pada tahun 1990 lima kelurahan, yakni Cipinang Melayu, Halim Perdana Kusuma, Kebon Pala, Makasar dan Pinang Ranti dipisahkan dari kecamatan Kramat Jati dan kemudian dibentuk satu kecamatan yang diberi nama Kecamatan Makassar. Kini, Kecamatan Kramat Jati terdiri dari tujuh kelurahan, yakni: Kramat Jati, Batuampar, Balekambang, Kampung Tengah, Dukuh, Cawang dan Cililitan. Kelurahan Cililitan sendiri merupakan pemekaran dari kelurahan Cawang pada tahun 1986. Nama Cililitan seakan yang pertama (nama kampong pertama) dan juga nama yang terakhir ditabalkan sebagai nama kelurahan. Itulah nasib Tjililitan. Pada tempo doeloe bandara Tjililitan dibangun di kampong Kebon Pala di land Tjililitan Besar. Tapi kini bandara Halim Perdana Kusuma berada di kelurahan Halim Perdana Kusuma, kecamatan Makassar.

Lantas mengapa nama Kramat Jati menjadi sangat terkenal dan nama Cililitan lambat laun menjadi sangat tidak dikenal. Itulah pertanyaan yang harus dijawab untuk menyusun sejarah Karamat Jati, suatu area tempo doeloe yang kini menjadi nama kelurahan dan kecamatan dimana terdapat pasar yang terkenal Pasar Kramat Jati. Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*

Hutan Jati di Land Tjililitan

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar