Laman

Kamis, 30 Juli 2020

Sejarah Pulau Bali (19): Apa Ada Pecinan (Chinatown) di Pulau Bali? Komunitas Cina di Pelabuhan Buleleng dan Pelabuhan Sanur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya orang-orang Melayu, Bugis dan Makassar, orang Cina adalah juga pelaut yang handal di lautan. Para pelaut-pelaut ini menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya untuk berdagang. Pusat komunitas utama orang Cina di pulau Bali awalnya hanya berada di Boeleleng. Pelaboehan Boeleleng tempo doeloe dapat dikatakan sebuah pelabuhan internasional. Orang-orang Cina umumnya berasal dari Batavia, Semarang dan Soerabaja. Kapal-kapal asal Tiongkok kerap berlabuh di pelabuhan Boeleleng untuk mengangkut beras ke Macao. Itulah yang menjadi sebab mengapa muncul komunitas Cina di Bali.


  1. Dalam perkembangannya, orang-orang Bali, terutama di selatan (Zuid Bali) tidak menyukai pedagang-pedagang Eropa terutama Belanda. Dampaknya juga tidak terlalu menyukai pedagang-pedagang Inggris. Hanya pedagang Denmark yang pernah bertahan lama, tetapi lokasinya sangat jauh di selatan di (pelabuhan) Koeta. Oleh karena orang Bali bukan pelaut dan radja-radja membutuhkan arus perdagangan maka pilihannya jatuh kepada orang-orang Cina bahkan radja Badoeng memberi lisensi kepada pedagang Cina di Sanoer sebagai sjahbandar (bagi hasil dengan radja). Itulah sebabnya mengapa muncul komunitas Cina di Sanoer.

Lantas apakah ada pecinan (Chinatown) di pulau Bali? Yang jelas di pulau Lombok ada pecinan di kota Ampenan. Pertanyaan ini menjadi penting karena pada masa ini tidak pernah dilaporkan adanya pecinan di Bali. Padahal pulau Bali tempo doeloe sangat intens disinggahi oleh para pedagang-pedagang Cina dari Soerabaja dan Makassar terutama di Boeleleng dan Sanoer. Lalu apakah ada pecinan (Chinatown) di pulau Bali? Pecinan (Chinatown) adalah suatu area di dalam kota yang eksis sejak tempo doeloe hingga ini hari. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

 

Pedagang-Pedagang Cina di Bali dan Lombok

Sejak era VOC hubungan antara Batavia (Jawa) dengan (pulau) Bali terbilang sangat intens.Sebagaimana diketahui hubungan pertama (perjanjian) antara Belanda dan Bali terbilang yang pertama (sejak era Cornelis de Houtman, 1597). Hubungan yang intens ini menyebabkan adanya perdagangan yang intens di Bali. Satu pedagang Cina yang sudah berada di Bali adalah Ong Keeko (lihat Daghregister 5 Agustus 1761).

 

Surat berbahasa Melayu, Goesti Made dari Karangasem en Selaparang kepada Yang Mulia (Hunne Hoog Edelheden) diterima di Batavia pada 26 Januari 1792, tanpa cap. Isi suratnya adalah pemberitahuan pengiriman kapten Tiongkok di kapal yang memuat daging kering, kulit sapi, kayu cendana dan sarang burung...Terakhir kali orang Cina pergi dengan 100 budak Bali.

 

Tunggu deskripsi lengkapnya

Apakah Ada Pecinan (Chinatown) di Pulau Bali?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish).

Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar