Laman

Minggu, 16 Agustus 2020

Sejarah Pulau Bali (38): Puputan dalam Perang Tempo Doeloe di Bali; Apakah Orang Bali Benar-Benar Ingin Berperang?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini

Pada dasarnya tidak ada alasan untuk berperang. Perang sendiri, jika tidak binasa akan menanggung kerugian besar. Masalahnya mengapa para pemimpin Bali tempo doeloe kerap terlibat perang. Apakah orang Bali benar-benar ingin berperang? Tidak, rakyat Bali ingin cinta damai. Namun mengapa kerap terjadi perang di Bali?

Niat orang Bali untuk berperang kali pertama muncul pada tahun 1633. Orang Bali ingin menyerang menyerang Mataram di Banjoewangi. Niat itu mengundang minat Pemerintah VOC untuk berkolaborasi melawan musuh yang sama. Orang-orang Bali (kerajaan) Karangasem juga melancarkan perang di Lombok melawan kerajaan Lombok Selaparang pada tahun 1740. Kerajaan Bali (Boeleleng) berperang dengan Inggris tahun 1815. Diantara kerajaan-kerajaan di Bali juga terjadi perang. Kerajaan-kerajaan di Bali juga berperang dengan Pemerintah Hindia Belanda (1846, 1849, 1906 dan 1908). Perang terakhir di Bali adalah perang kemerdekaan RI melawan NICA-Belanda yang dipimpin I Goesti Ngoerah Rai di Tabanan pada tahun 1946. Habis itu tidak ada lagi perang.

Kejadian perang di Bali cukup banyak dan diantara perang itu dikatakan telah terjadi puputan. Salah satu perkara yang menjadi sebab munculnya perang di Bali adalah soal tawan karang. Semua itu tentu saja terkait satu sama lain. Yang jelas, rakyat (penduduk) Bali sejatinya tidak ingin berperang. Seorang peneliti pernah berpendapat bahwa penduduk Bali memiliki sifat cinta damai yang tergambar dalam diri mereka yang sangat artistik. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Perang dan Puputan

Poepoetan adalah sungai bawah tanah di pantai barat Sumatra (lihat Venloosch weekblad, 10-04-1880). Namun poepoetan di Bali adalah suatu perang hingga orang terakhir. Poepoetan dan penjelasannya pertama kali ditemukan dalam buku yang ditulis AWF Weitzel dengan judul De derde militaire expeditie naar het eiland Bali, 1849 yang diterbitkan oleh penerbit J. Noorduyn en zoon pada tahun 1859.

Pada saat seperti itu kepala, terlebih lagi, dengan semua orang yang ingin mengikutinya, berpakaian serba putih, dan mereka semua berlari sekuat tenaga dengan membawa tombak pendek ke arah musuh. Mereka mati, jika dia menahan serangan itu, sampai orang terakhir. Perkelahian seperti itu disebut poeputan...Di lapangan terbuka mereka biasanya dibagi menjadi pelopor, satu korps utama dengan dua sayap dan satu barisan belakang. Yang disebut pendukung gerakan melingkar, dan selalu berusaha menyerang musuh di belakang atau di sayap. Serangan pertama biasanya dilakukan oleh apa yang disebut amoklaoper melawan diri mereka sendiri sampai mati.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Perang Bali Terakhir

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar