Laman

Kamis, 03 September 2020

Sejarah Manado (18): Sejarah Kota Bitung di Timur Laut Sulawesi, Kawasan Ekonomi Khusus; Nama Bitung Populer di Banten

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini

Nama Bitung di Sulawesi (Utara) terbilang unik. Namun tidak demikian di Banten. Nama Bitung di (wilayah) Banten terbilang generik (populer) sejak tempo doeloe. Lantas apakah ada hubungannya? Itu satu hal. Hal lain yang lebih penting adalah bagaimana sejarah Kota Bitung di Provinsi Sulawesi Utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.

Bitung adalah salah satu Kota di Provinsi Sulawesi Utara. Keberadaan Bitung seakan menggantikan keberadaan Kema di masa lampau. Posisi strategis Bitung menyebabkan pelabuhan Bitung berkembang pesat dan populasi penduduknya cepat bertambah sehingga dijadikan sebagai Kota Administratif (lihat Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1975 tanggal 10 April 1975). Perkembangan yang tidak pernah berhenti, akhirnya status kota administratif ditingkatkan menjadi Kota (daerah otonom) yang meliputi luas 304 Km2 yang terdiri dari tiga kecamatan dan 44 buah desa (lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1990). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014, Kota Bitung dijadikan sebagai suatu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Lantas bagaimana permulaannya hingga menjadi kota pada masa ini? Itu berarti diperlukan penulisan sejarah. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, sejarah adalah narasi fakta dan data, maka untuk menulis sejarah Kota Bitung haruslah berdasarkan fakta dan data. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah adalah narasi fakta dan data. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Bitung

Pada Peta 1660 gunung di Bitung (baca: gunung dua sudara) sudah diidentifikasi dengan nama Manembo, sedangkan pulau diidentifikasi sebagai pulau Lambe. Pada Peta 1679 sudah terhubung antara Manado dan Tondano. Sementara Kema terpisah di pantai selatan. Tentu saja nama Bitoeng belum diidentifikasi. Gambaran ini menunjukkan bahwa di Semenanjung Manado tiga nama tempat ini sudah dianggap penting. Di pantai selatan, Kema terhubung dengan Gorontalo.

Pada peta-peta yang lebih baru seperti Peta 1879 Manado dan Kema sudah terhubung dengan jalan raya. Sementara titik dimana Kota Bitung yang sekarang masih kosong, tidak ada nama tempat yang diidentifikasi. Hanya tiga situs penting yang diidentifikasi yakni pulau Lambeh, selat Lambeh dan gunung Twee Gebroeder atau gunung Doea Soedara.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar