Laman

Minggu, 27 September 2020

Sejarah Manado (43): Manado Dipisahkan dari Ternate dan Gorontalo dari Manado; Perang Ternate dan Sisa Kebanggaan VOC

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Residentie Manado awalnya berpusat di Ternate. Itu bermula ketika Ternate (dan Tidore) menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang mana Portugis mengusir Spanyol (tersingkir ke Filipina). Pada tahun 1575 benteng Portugis di Tèrnate dikuasai Baab dari Kesultanan Ternate (Portugis terusir ke Tidore dan membangun benteng di Tidore pada tahun 1578). Lalu giliran Belanda pada tahun 1605 mengusir Portugis dari Amboina. Kerjasama Kesultanan Ternate dan Belanda (VOC) mengakhiri  pengaruh Spanyol di semenanjung Celebes dan pulau-pulau sekitar (Sangihe dan Talaud). Belanda VOC yang telah mendirikan cabang pemerintahan di Ternate (ditempatkannya Residen), lalu sejak 1661 mulai membangun benteng di Manado (benteng Amsterdam).

Kerjasama yang era antara Belanda-VOC dan Kesultanan Ternate menyebabkan Kesultanan Ternate menjadi sangat kuat di wilayah Gouverrnent Maloekoe yang mana Gubernur berkedudukan di Amboina. Selain Resident ditempatkan di Ternate, juga Resident ditempatkan di Banda. Ternate dan Banda adalah pusat perdagangan rempah-rempah yang paling potensial. Memang Portugis dan Spanyol telah berhasil diusir Belanda-VOC dari Hindia Timur, namun musuh VOC-Belanda yang selalu menjadi ancaman adalah Inggris dan Prancis. Perseteruan antara Belanda-VOC dengan Inggris puncaknya pulau Jawa dikuasai Inggris pada tahuan 1811 (berakhir 1916).

Ada satu interval masa sejarah Ternate yang membuat bangga VOC-Belanda. Perang itu terjadi pada tahun 1795. Sejarah ini kurang terinformasikan. Bagaimana itu bisa terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Hal itulah yang membuat positioning Ternate begitu kuat. Namun karena perkembangan yang baru, wilayah Residentie Ternate dimekarkan pada tahun 1823 dengan membentuk Residentie Manado. Kebanggaan VOC-Belanda yang dulu, namun di era Pemerintah Hindia Belanda lambat laun terlupakan dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda seakan membelakangi Ternate karena semakin bersinarnya Manado. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Perang Ternate: Johan Godfried Budach 1796-1799

Setelah VOC-Belanda begitu digdaya di Hindia Timur hampir dua abad, mulai mengalami penuranan dan banyak kelemahan dan permasalahan ketika pesaing semakin kuat dan terus mengancam. VOC-Belanda dalam bayang-bayang British East India Company (Inggris) dan Prancis. Satu per satu wilayah VOC jatuh ke tangan Inggris seperti Ceylon, Malaka, Riouw, Padang, Amboina dan Banda. Boleh jadi di pulau Jawa masih kuat, tetapi provinsi Ternate (yang meliputi Manado) dalam situasi terancam. Itulah posisi VOC-Belanda pada tahun 1795.

Pada tahun 1781, satu skuadron Inggris berangkat dari Madras dialihkan ke pantai barat Sumatra. Langkah Inggris ternyata membuat Belanda ciut dan mulai meninggalkan Padang dan semua pos perdagangan lainnya di pantai barat Sumatra jatuh ke tangan Inggris. Dalam perkembangannya Inggris sudah menyapu habis semua kekuatan Belanda bahkan di pulau-pulai kecil. Setelah itu Sir Stamford Raffles ditempatkan sebagai Gubernur di Benkoelen. Inggris menjadi Radja di pantai barat Sumatra. Sementara itu VOC mulai melemah, perusahaan dagang Inggris di pantai barat Sumatra semakin menguat. Kekuatan Inggris di pantai barat Sumatra cepat meningkat karena kedekatan dengan pusat perdagangan utama Inggris di India (Calcutta). Sehubungan dengan perseteruan antara Inggris dan Belanda (VOC) para pedagang-pedagang Inggris lebih konsentrasi jalur perdagangan selat Sunda (Sumatra, China dan Australia). Inggris pada tahun 1795 membuka cabang pemerintah (setingkat Residen) di Padang.

Pada tahun 1795 Prancis menduduki kerajaan Belanda di Eropa dan juga menduduki Batavia (Oost Indie). Pemerintah VOC diambang kebangkrutan. Sumatra telah diambilalih Inggris, Batavia juga telah diduduki Prancis. Apakah ini tanda-tanda berakhirnya VOC-Belanda? Inggris yang semakin menguat di Sumatra dan Prancis yang tidak berpengalaman di Maluku, menjadi kesempatan bagi Inggris untuk menguasai Ambon (tempat kedudukan Gubernur Maluku) dan Ternate (tempat kedudukan Gubernur Ternate). Residentie Manado berada di Province Ternate. Saat inilah kekuatan Ternate dipertaruhkan ketika Inggris sudah berada di Manado. Perang Ternate siap meletus. Ternate kemudian dalam posisi terkepung.

Inggris mengambilalih Ambon dari Belanda pada tanggal 16 Februari 1796. Paralel dengan penguasaan Ambon ini, Inggris juga telah berada di Kema (Residentie Manado) pada tanggal 23 Februari. Inggris kemudian merangsek ke Banda pada tanggal 7 Maret 1796 dan pada waktu yang sama Inggris sudah menguasai Manado (ibu kota Residentie Manado). Inggris tidak puas hanya di Manado, lalu kemudian menguasai Gorontalo (Residentie Manado) pada tanggal 11 Mei 1797.

Dalam Daghregister 6 Desember 1797 disebutkan bahwa Residentie Manado diambilalih oleh orang Ternate dari Inggris. Namun kapan tepatnya pengambilalihan ini tidak diketahui secara pasti. Namun yang jelas, Residentie Manado adalah wilayah Provinsi Ternate. Jadi, ini adalah soal kedaulatan dan tanggungjawab pemerintah VOC di wilayah Ternate.

Hampir semua properti VOC-Belanda jatuh ke tangan musuh tanpa perlawanan. Memang ketika Inggris tiba di Hindia, di pusat properti VOC-Belanda umumnya tidak dalam kondisi yang baik. Namun ada beberapa benteng masih kuat, masih memiliki garnisun, dan dengan demikian mampu mempertahankan pertempuran panjang, tetapi ada komandan sudah goyah tidak sesuai sumpah dan kewajiban untuk tetap setia dan tidak menyerahkan kekuatan yang dipercayakan kepadanya sampai pertentangan lebih lanjut. Itulah mengapa banyak properti VOC-Belanda telah jatuh dan berpindah tangan (lihat PA Leupe dala Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 1864). Tetapi lain halnya dengan Ternate, tidak menyerah dan bahkan berbalik dapat merebut Manado kembali yang sempat dikuasai oleh Inggris. Menurut PA Leupe, pembelaan Ternate oleh Gubernur Budach yang dibantu oleh garnisun kecil tapi berani yang sebagian besar terdiri dari pribumi dan oleh para pedagang yang baik. Baik serangan musuh, maupun bahaya kelaparan tidak mampu menggoyahkan keberanian Ternate yang terkepung. Upaya mempertahankan itu jelas menempati halaman yang terlalu bagus dalam sejarah kepemilikan Hindia Timur milik VOC-Belanda pada saat begitu banyak tindakan pengecut dan ketidaksetiaan.

Siapa yang memiliki keberanian dan kesetiaan itu adalah Gubernur Ternate dan penduduk (kesultanan) Ternate. Gubernur Johan Godfried Budach mendapat dukungan penuh dari penduduk Ternate untuk mempertahankan setiap jengkal tanah dari incaran Inggris yang terus merajalela. Penduduk dan serdadu Ternate yang dipersenjatai juga di dalamnya terdapat serdadu yang berasal dari Makassar dan Manado.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Manado Dipisahkan dari Ternate 1823, Gorontalo Dipisahkan dari Manado (Sulawesi Utara) 2000

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar