Laman

Jumat, 09 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (14): Sejarah Karimata, Nama Pulau Jadi Nama Selat; Penghubung Pantai Barat Kalimantan dan Pulau Belitung

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Barat di blog ini Klik Disini 

Nama Karimata bukanlah nama baru, tetapi nama yang sudah eksis sejak jaman kuno. Nama Karimata adalah sebuah pulau di pantai barat pulau Borneo yang diidentifikasi P Cherimata (lihat Peta 1601). Singkatan P diduga adalah pulo atau poelau. Jika merujuk pada peta-peta Portugis pulau diidentifikasi sebagai ilha. Nama pulau ini dieja berbeda dari satu waktu ke waktu: Crimataja (Peta 1657), Crimata (Peta 1705), Crimataja (Peta 1724). Hingga tahun 1724 ini di Hindia Timur hanya tiga buah selat yang diidentifikasi: Soenda, Malacca dan Palambuan (Blambangan).

Nama Karimata yang berada diantara pantai barat pulau Kalimantan dan pulau Belitung hingga ini hari masih eksis, sebagai nama pulau dan juga nama selat. Nama pulau Karimata juga digunakan sebagai nama kawasan (kepulauaa) di sekitar pulau Karimata. Kepulauan ini berada di wilayah kabupaten Kayong Utara, provinsi Kalimantan Barat. Pada tahun 2011 kecamatan Pulau Maya Karimata dimekarkan (dipecah) dengan membentuk kecamatan Kepulauan Karimata yang terdiri dari desa Pelapis, desa Betok Jaya dan desa Padang dengan ibu kota di (desa) Pelapis (Perda Kabupaten Kayong Utara No 3 Tahun 2011). Pada saat pembentukan kecamatan Kepualauan Karimata jumlah penduduk sebanyak 4.126 jiwa. Ibu kota kabupaten Kayong Utara (peekaran dari kabupaten Ketapang, 2007) berada di Sukadana (satu dari dua kerajaan terbesar di jaman kuno di pulau Borneo setelah kerajaan Bandjarmasin).

Lantas apakah ada sejarah (pulau) Karimata? Sudah tentu karena namanya sudah dicatat sejak baheula. Lalu apa pentingnya sejarah Karimata? Tidak hanya karena namanya sudah ditabalkan sebagai nama selat, tetapi lebih dari itu. Besar dugaan pulau Karimata yang terletak jauh di tenga lautan lebih tua dari pulau Maya (diduga hasil bentukan sedimentasi). Oleh karena itu pulau Karimata sudah begitu penting sejak jaman kuno sebagai penanda navigasi (pealayaran). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Pulau Karimata

Nama pulau Karimata terhubung dengan pantai barat Borneo (Kalimantan). Boleh jadi karena letak pulau ini jauh di lautan masih bisa dilihat mata maka namanya disebut Karimata. Namun sejak kapan pulau ini diberi naa tidak diketahui. Yang jelas pulau ini tepat berada di hadapan kerajaan besar tempo doeloe, kerajaan Soeccadana (satu dari tiga kerajaan besar pada era VOC).

Pulau Karimata atau pulau-pulau kecil lainnya terpisah dari pantai di laut dalam. Berbeda dengan pulau Karimata, dua pulau besar (sekarang satu diantaranya pulau Maya) adalah pulau yang menempel ke daratan (pantai) yang diduga suatu pulau yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi. Pulau besar ini namanya berbeda dari satu masa ke masa yang lainnya. Pada Peta 1665 yang dibuat Johannes Vingboons terlihat ada perbedaan kedalaman antara laut di seputar pulau Karimata dengan kedalaman air di seputar pulau Maya. Oleh karena itu pulau Karimata dapat dikatakan suatu pulau yang sudah eksis sejak jaman lampau (bahkan sebelum terbentuknya pulau Maya). Hal itulah yang menyebabkan nama pulau Karimata tidak tergantikan dalam navigasi pelayaran (internasional) sejak era Portugis.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Mengapa Disebut Selat Karimata

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar