Laman

Jumat, 30 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (47): Kuala Kapuas dan Sejarahnya; Pulau Petak di Teluk Barito dan Banjarmasin di Muara Sungai Martapura

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Tengah di blog ini Klik Disini 

Jangan bingung dengan judul artikel ini. Jika bingung itu artinya tidak tahu apa-apa. Oleh karena itu kita ingin mengetahuinya agar kita tidak bingung. Kuala Kapuas berarti suatu (nama tempat di) muara di sungai Kapuas. Pulau Petak berarti pulau berbentuk petak, tidak di daratan, tetapi di tengah perairan di suatu teluk (yang disebut teluk Barito). Banjarmasin adalah suatu nama tempat, tidak di sungai Barito, tetapi di muara sungai Martapura. Dalam hal ini sungai Moeroeng, sungai Doesoen dan sungai Martapura bermuara ke teluk Barito.

Pulau Borneo tempo doeloe tidak seluas pulau Kalimantan yang sekarang. Demikian juga sungai Barito, sungai Mahakam dan sungai Kapuas, tiga sungai terpanjang di Indonesia, lebih pendek pada tempo doeloe. Juga, pulau Borneo tempo doeloe tidak sebulat pulau Kalimantan sekarang. Hal ini karena telah terjadi proses sedimentasi yang terus menerus sehingga teluk (Barito) mernjadi daratan (cikal bakalnya pulau Petak). Oleh karena itu posisi GPS kota Kuala Kapuas dan kota Banjarmasin yang sekarang tidak berada di pedalaman tetapi justru berada di pantai di teluk (Barito) di muara sungai Moeroeng dan muara sungai Martapura.

Lantas bagaimana sejarah Kuala Kapuas?Ada hubungannya dengan suatu kerajaan Dayak, kerajaan penduduk asli Dayak Ngaju di muara sungai Doesoen. François Valentijn mengidentifikasi kerajaan itu sebagai Kerajaan Jathoe. Lalu bagaimana sejarah Kuala Kapuas? Bermula di muara sungai Moerang atau Moeroeng. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Peta 1724

Nama Kuala Kapuas: Kerajaan Jathoe dan Kerajaan Banjarmasin

Di pantai selatan pulau Kalimantan yang sekarang, pada peta-peta Portugis diidentifikasi empat nama tempat, yakni: Puerto Aroe, Paco, Calandua dan Taniampura. Kota Puerto Aroe diduga kuat nama lain dari Martapoera. Kota Paco diduga adalah tempat dimana kota Banjarmasin yang sekarang. Kota Calandua berada diantara muara sungai Kapuas Murung dan muara sungai Barito yang sekarang (Calandua=kuala dua). Kota Taniampura antara muara sungai Kapuas Murung dan muara sungai Kahayan. Kota Taniampura diduga kuat sebagai kata lain Tanjungpura. Martapoera.dan Tandjoengpoera adalah dua kota terawal di pantai selatan pulau Kalimantan.

Puerto Aroe pada jaman Hindu disebut Martapoera. Aroe dalam bahasa India selatan adalah sungai, seperti sungai B-aroe-moen di Padang Lawas (Tapanuli). Puerto dala bahasa Portugis adalah kota. Jadi Puerto Aroe adalah kota sungai. Taniampura atau Tandjoengpoera adalah kota di jaman Hindu (kerajaan yang relokasi ke pantai barat pulau Kalimantan). Belakangan muncul nama-nama yang dikaitkan dengan kerajaan yang disebut Saroenai (S-aroe-nai) di pantai selatan Kalimantan, kerajaan Broenai yang boleh jadi berasal dari B-aroe-nai (di pantai utara Kalimantan) dan kerajaan di Koetai (Mulawarman).

Kota Martapoera.dan kota Tandjoengpoera berada di pantai. Dua kota ini diduga adalah kota koloni orang yang berasal dari India (poera = kota, huta). Mereka datang untuk berdagang dengan penduduk asli Kalimantan (Dayak). Beberapa kota (kerajaan) penduduk asli (Dayak) sebagaimana diidentifikasi François Valentijn (1724) adalah Laue, Lauwe, Lava (Melawi?) dan Jathoe (Ngaju?).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Terbentuknya Kota Kuala Kapuas di Muara Sungai Moeroeng

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar