Laman

Sabtu, 28 November 2020

Sejarah Singapura (7): Sejarah Malaka di Pantai Barat Semenanjung Malaya; Orang Melayu Era Portugis, Belanda dan Inggris

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini

Nama Malaka di Semenanjung Malaya adalah nama besar yang sudah eksis sejak lama. Malakan adalah kota pelabuhan di pantai barat Semenanjung Malaya yang terus eksis pada berbagai rezim (Portugis, Belanda dan Inggris). Posisi strategis Malaka di selat Malaka (yang berhadapan langsung dengan pantai timur Sumatra) tidak hanya diminati oleh orang Portugis, tetapi juga oleh orang Belanda dan orang Inggris.

Begitu besar minat Portugis terhadap Malaka, pelaut-pelaut Portugis merebutnya pada tahun 1511. Tamat sudah kerajaan Malaka, lalu digantikan oleh Portugis sebagai pusat perdagangannya di Hindia Timur. Kedatangan orang-orang Belanda sekitar satu abad kemudian juga membuat minat Belanda untuk memiliki Malaka. Setelah Belanda mengalahkan Portugis di Aboina pada tahun 1605, Belanda yang menjadi perusahaan raksasa yang berbasis di Batavia merebut Malaka dari tangan Portugis pada tahun 1643.  Inggris yang sudah mulai menguasai Semenanjung Malaya, juga sangat tertarik untuk memiliki Malaka namun tidak dengan jalan perang dengan Belanda tetapi melalui perundingan damai pada tahun 1824 di London. Minat Inggris terhadap Melaka dipenuhi Belanda dengan pertukaran (tukar guling dengan milik Inggris di pantai barat Sumatra, Bengkoelen).

Bagaimana sejarah Malaka? Tentu saja sudah banyak ditulis. Namun sejauh ditemukan fakta dan data baru, penulisan narasi sejarah Malaka tetap penting. Lantas bagaimana sejarah Malaka sehingga begitu penting diperebutkan antar bangsa antar generasi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah intetrnasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Malaka

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar