Laman

Jumat, 11 Desember 2020

Sejarah Singapura (27): Sejarah Nama Kuno Tumasik, Tumasek dan Temasek? Apakah Nama Temasek Valid Negara Singapoera?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disi

Dalam The encyclopaedia of Islām (1913-1938) disebut nama Temasek tercatat dalam sumber (literatur) Cina, Jawa dan Melayu. Pertanyaannya: sumber apa saja dan tahun berapa dicatat? Yang jelas nama Singapoera baru teridentifikasi dala peta-peta VOC (Belanda), letaknya tidak di di suatu teluk di selatan pula (cikal bakal Kota Singapoera) melainkan di daratan Semenanjung Malaya (Malay Peninsula) yang dipisahkan oleh selat sempit dengan pulau (Singapoera). Cikal bakal Kota Singapoera di teluk yang dimaksud baru teridentifikasi pada era Inggris.

Nama Temasek dipertukarkan dengan dengan nama yang ditulis sebagai Tumasik atau Tumasek. Nama Tumasek ditemukan dalam sumber Jawa buku Negarakertagama (1365). Ini termasuk salah satu sumber tertua yang mengindikasikan nama Temasek. Namun pada masa ini nama Temasuk tidak unik, karena nama Tumasek juga disebut sebagai suatu nama tepat di Brunai. Lantas mengapa muncul klaim nama Temasek di (pulau) Singapoera, sementara nama Tumasek juga terdapat di pantai utara Borneo (Brunai). Lalu tempat yang mana yang dimaksud dalam buku Negarakertagama?

Apa pentingnya sejarah nama Temasek? Hal itu karena Kota Singapoera yang sekarang diklaim tempo doeloe memiliki nama Temasek dan sumber Jawa mencatat ada nama Tumasek. Itu satu hal. Hal lain yang lebih penting adalah dimana sesungguhnya posisi GPS Temasek atau Tumasek tersebut? Adanya nama tempat Tumasek di Brunai menambah pentingnya mencari tahu dimana nama Temasek berada. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Dimana permulaan itu berada menjadi tugas baru kita. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah internasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Temasek, Tumasik dan Tumasek

Nama-nama tempo doeloe sangatlah sulit menemukan relasi dengan nama yang muncul belakangan atau nama yang masih eksis. Hal itu juga tentang nama Temasek. Dalam buku Negarakertagama (1365) jelas disebut nama Tumasik. Nama dalam buku ini tampaknya telah turun temurun disalin dalam berbagai kidung seperti Kidung Harsa Widjaja yang ditulis CC Berg yang diterbitkan Nijhoff tahun 1931. Dalam kidung ini disebut nama-nama Bali, Tatar, Tumasik, Sampi, Koci, Gurun, Wandan, Tahjung-Pura, Dompo, Palembang en Makasar. Namun kapan kidung ini dibuat tidak diketahui secara pasti. Hal ini karena kidung ini diturunkan dari generasi ke generasi.

Dalam tulisan Brandes dan Krom (1920) tentang kitab Pararaton nama Temasek yang merujuk pada sumpah Gajah Mada tentang nama-nama tempat Gurun (pulau Penida), Seran (Seram), Tanjung pura, Haru (pantai timur Sumatra), Pahang, Dompo (Sumbawa), Bali, Sunda (Sunda Kalapa), Palembang dan Tumasik. Dalam kurung adalah catatan penulis. Para peneliti kuno (Brandes dan Krom) tampaknya, seperti yang mereka katakan tidak berhasil mengindentifikasi dua nama yakni Tandjoengpoera dan Tumasik.

Pada peta-peta Portugis diidentifikasi nama Taniampoera di barat daya pulau Borneo. Kota Taniampoera ini diduga adalah Tandjoengpoera. Dalam peta-peta sesudahnya (VOC) tahun 1659 di pulau Borneo nama Taniampoera menghilang tetapi muncul empat nama penting: Bandjermasin, Soecadana dan Borneo. Dalam tulisan lain Soecadana ini adalah suksesi kerajaan Tandjoengpoera. Lantas apakah Tumasik dalam catatn kuno Jawa mengarah kepada nama Borneo?

Nama Tandjoengpoera diduga satu era dengan nama-nama yang menggunakan kata ‘poera’ seperti Martapoera (selatan Borneo), Soekapoera (pantai utara Jawa) dan Telainapoera (pantai timur Sumatra) serta Indrapoera (pantai barat Sumatra). Besar dugaan nama Singapoera muncul sejaman dengan tempat-tempat tersebut. Lalu apakah nama Singapoera dan Tumasik adalah dua tempat yang berbeda?

Dalam laporan Mendes Pinto (1535) dalam pelayarannya dari Malaca ke Kingdom of Pan (diduga kerajaan Pahang) tentu saja melewati ujung semenanjung Malaya. Namun Mendes Pinto tidak mencatat nama Johor maupun Singapoera. Nama-nama yang dicatatnya adalah Celantan (diduga Kelantan) dan Borneo (diduga Broenai) serta Pullo Timano, Patava (diduga Pattaya) dan Kingdom of Siam serta Taucampura (diduga Tandjoengpoera). Dari catatan ini nama Tandjoengpoera masih populer, sementara nama Singapoera sudah meredup.

Dalam peta-peta VOC (Belanda) diidentifikasi nama Singapoera tidak jauh dari (kerajaan) Johor. Singapoera diidentifikasi bukan di pulau tetapi di pantai daratan semenanjung Malaya yang dibatasi selat sempit dengan pulau. Sementara Johor sendiri berada di sisi timur sungai Johor. Pulau masih tampak kosong dan diduga tidak seluas sekarang. Seperti kita lihat nanti, Kota Johor Bahru yang sekarang tepat berada di posisi Singapoera yang lama, sedangkan Singapoera yang baru berada di pantai selatan pulau (Singapoera). Besar dugaan kraton Johor telah relokasi ke Singapoera (kemudian disebut Johor Bahru).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Apakah Nama Temasek Valid Negara Singapoera Sekarang?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar