Laman

Jumat, 15 Mei 2020

Sejarah Bogor (58): Kampong Tanah Sareal Kini Jadi Nama Kecamatan; Diakuisisi oleh Pemerintah untuk Bangun Jalan Jembatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini

Nama Tanah Sareal tidak hanya di Bogor tetapi juga di Jakarta. Nama kampong Tanah Sareal tempo doeloe di Buitenzorg kini dijadikan nama kecamatan di Kota Bogor. Sementara nama kampong Tanah Sareal tempo doeloe di Batavia kini menjadi nama kelurahan di kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Kecamatan Tanah Sareal (yang kini masuk Kota Bogor) awalnya dibentuk dari pemekaran kecamatan Kedung Halang (Kabupaten Bogor).

Kampong Tanah Sareal, Buitenzorg (Peta 1900)
Pada masa ini Kecamatan Tanah Sareal terdiri dari 11 kelurahan, yaitu: Cibadak,    Kayu Manis, Kebon Pedes, Kedung Badak, Kedung Jaya, Kedung Waringin, Kencana, Mekarwangi, Sukadamai, Sukaresmi dan Tanah Sareal. Diantara nama kelurahan ini nama paling tua adalah kampong Kedong Waringin (since 1701), lalu disusul kampong Kedong Badak (since 1745) dan baru kemudian menyusul nama-nama kampong Tanah Sareal (1810) dan kampong Kebon Pedes.

Lantas apa hebatnya kampong Tanah Sareal di Buitenzorg dibandingkan kampong Tanah Sareal di Batavia? Yang jelas sebagian lahan dari land Kedong Badak dibeli pemerintah untuk pembebasan lahan dalam rangka pembangunan jalan dan jembatan di Buitenzorg. Area Tanah Sareal ini kemudian seakan terjepit diantara land Kedonghalang dan land Kedongbadak. Sebagai bagian dari district Buitenzorg, kemudian Pemerintah Hindia Belanda memasukkan kampong Tanah Sareal menjadi bagian wilayah Gemeente (Kota) Buitenzorg. Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bogor (57): Alun-Alun Kota Bogor di Tiga Lokasi; Pindah ke Empang dan Kini Dibangun di Taman Ade Suryani Nasution


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini

Alun-alun kota biasanya tidak berubah sepanjang waktu. Lantas apakah ada aloon-aloon Kota Bogor? Ada. Akan tetapi kurang terinformasikan. Bahkan jika dihitung masa kini, ketika Kota Bogor membangun alun-alun kota, sesungguhnya pembangunan alun-alun kota yang baru ini adalah relokasi yang kedua kali. Apa sebab sesungguhnya yang terjadi? Banyak kepentingan. Relokasi yang pertama dari tengah kota ke pinggiran di Empang untuk mengusir penduduk pribumi dari tengah kota. Relokasi yang kedua (sekarang) kembali ke tengah kota. Tidak dalam rangka mengusir warga kota, tetapi harus menggusur Taman Ade Irma Suryani Nasution dan patung Kapten Muslihat.

Aloon-Aloon kota Buitenzorg (Peta 1880)
Kapten Muslihat adalah pahlawan yang mempertahankan Kota Bogor dari perang kemerdekaan Indonesia. Kapten Muslihat gigur pada tanggal 25 Desember 1945 pada usia masih muda 19 tahun. Komandan Kapten Muslihat adalah Kolonel Abdul Haris Nasution (Panglima Siliwangi). Ade Irma Suryani Nasution adalah putri Jenderal Abdul Haris Nasution. Ade Irma Suryani Nasution gugur pada tanggal 6 Oktober 1965 pada usia 5 tahun. Ade Irma Suryani Nasution terbunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G 30 S/PKI) dengan sasaran tembak Jenderal Abdul Haris Nasution. Untuk mengabadikan nama mereka Pemerintah Kota Bogor membangun Taman Ade Irma Suryani Nasution dimana di dalamnya dibangun patung Kapten Muslihat. Taman Ade Irma Suryani Nasution tidak hanya di Kota Bogor tetapi juga terdapat di Kota Cirebon dan kota Kebayoran Baru, Jakarta.

Mengapa begitu penting keberadaan alun-alun kota? Banyak kegunaan. Kegunaan yang pertama adalah mempercantik ruang spasial kota. Kedua, untuk dijadikan ruang sosial warga kota. Ketiga, untuk dijadikan tempat monumen tertentu (biasanya monumen yang terkait perjuangan bangsa). Lantas seperti apa alun-alun kota Bogor terdahulu? Nah, itu dia. Itu penting karena dapat dibandingkan dengan alun-alun Kota Bagor yang baru. Untuk menambah pengetahuan dan untuk meningkatkan wawasan sejarah nasional Indonesia, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.