Laman

Selasa, 18 Agustus 2020

Sejarah Pulau Bali (41): Sejarah Salak Bali, Sejarah Salak Padang Sidempuan; Mengapa Gunung di Bogor Diberi Nama Salak?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini

Salak Bali begitu terkenal, lebih terkenal dari salak Condet (Jakarta). Namun salak Padang Sidempuan kurang dikenal di Bali (boleh jadi karena jaraknya yang jauh). Sejatinya salak tertua di Indonesia hanya ditemukan di beberapa tempat seperti di Bali dan di Angkola (Padang Sidempuan). Begitu tuanya, tidak ada yang yang tahu sejak kapan budidaya salak muncul di Bali dan Padang Sidempuan (Angkola).

Di Bogor terdapat gunung Salak. Nama salak juga dijadikan nama hotel. Namun sejatinya tidak ada salak di Bogor. Penamaan salak untuk gunung di Bogor tidak dihubungkan dengan tanaman salak. Tanaman salak di Indonesia hanya ditemukan di sedikit tempat. Dua tempat dimana salak ditemukan sejak baheula adalah di Bali dan di Padang Sidempuan. Salak pondoh di Djogjakarta adalah jenis salak varietas unggul yang diintroduksi oleh pemerintah untuk dikembangkan masyarakat. Salak pondoh ini berkembang pesat di lereng gunung Merapi di wilayah Sleman. Sentra salak lainnya berada di Tasikmalaya.

Lantas bagaimana sejarah salak Bali? Tentu saja harus disandingkan dengan salak Padang Sidempuan. Hal ini karena wilayah itu terbilang sentra salak tertua di Indonesia. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Pulau Bali (40): Sejarah Kopi Bali di Kintamani; Mengapa Orang Bali Menolak Menanam Kopi Sejak Era VOC-Belanda?

 

 *Untuk melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada sejarah kopi Bali? Ada, Bagaimana sejarah kopi Bali? Nah, itu dia. Sejauh ini kurang terinformasikan. Okelah, sambil seruput kopi, kita coba cari tahu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Sebab menurut mereka, sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri maupun para penikmat kopi akan menciptakan imajinasinya sendiri.

Sejarah kopi di Indonesia bermula sejak era VOC. Itu dimulai di Kedaoeng, daerah aliran sungai Tangerang (sungai Tjisadane). Tokoh yang mengintroduksi kopi tersebut--yang bibitnya dari Malabar, India—adalah Abraham van Riebeeck tahun 1710 (Gubernur Jenderal VOC 1709-1713). Dari Kedaoeng kemudian menyebar ke Depok (land miliki Cornelis Chastelein) lalu ke land Bodjong Gede (land milik Abraham van Riebeeck). Sukses pertama kemudian dilanjutkan ke hulu sungai Tjisadane, sungai Tjiliwong, Tjilengsie dan Tjitaroem hingga ke Priangan (Preanger(. Pada tahun 1724 bupati Semarang sudah mulai menaman kopi di daerah aliran sungai Semarang (hingga meluas ke Banaran).

Pada masa kini kopi Kintaani Bali cukup populer. Lantas bagaianana itu bermula? Yang jelas orang Bali sejak era VOC menolak menanam kopi. Apa sebab? Itu adalah satu hal. Hal lain adalah bagaimana kopi Kintamani bisa muncul dan tetap bertahan hingga ini hari? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memicu kita untuk mencari jawab. Seruput kopi tidak akan enak jika sejarah kopi yang diminum tidak mengetahui sejarahnya. Sambil seruput kopi kita lacak ke sumbernya.