Laman

Jumat, 06 November 2020

Sejarah Kalimantan (62): Sejarah Societeit di Kalimantan, De Kapel Banjarmasin 1882; Organisasi Sosial Kebangkitan Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Selatan di blog ini Klik Disini

Pada era Pemerintah Hindia Belanda hampir semua kota dimana terdapat cukup banyak orang Eropa dibentuk organisasi/klub sosial (societeit). Organuisasi sosial ini menjadi pemersatu orang-orang Eropa yang dapat menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial, olahraga, musik dan bahkan ilmu pengetahuan. Organisasi sosial ini juga didirikan di Kalimantan seperti di Bandjarmasin yang diberi nama Societeit de Kapel.

Organisasi sosial (societeit) pertama didirikan di Batavia tahun 1815 yang diberi nama Societeit Harmonie. Dalam perkembangannya para pensiunan militer juga mendirikan societeit yang disebut Concordia. Organisasi sosial kemudian didirikan di Soerabaja, Padang, Semarang dan Bandoeng. Dalam perkembangannya menyusul di Medan, Makassar. Kota-kota kecil juga didirikan seperti di Buitenzorg, Soekaboemi, Djogjakarta dan lainnya. Dalam pengertian teknis, organisasi sosial (societeit) ini memiliki keanggotaan yang cukup dan AD/ART yang harus mendapat pengesahan dari pemerintah. Dari oragnisasi sosial (societeit) inilah para pemuka pribumi meniru dan mengembangkan sendiri organisasi sosialnya. Organisasi sosial pribumi pertama didirikan di Padang pada tahun 1900 (jauh sebelum organisasi sosial Boedi Oetomo didirikan di Batavia 1908).

Lantas bagaimana sejarah organisasi sosial (societeit) di Kalimantan? Salah satu yang terkenal adalah Societeit De Kapel di Bandjarmasin. Societeit juga didirikan di Pontianak dan Samarinda. Lalu bagaimana pengaruh organisasi sosial dalam kebangkitan bangsa di Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kalimantan (61): Sejarah Kesehatan dan Dokter di Kalimantan; Lulusan Pertama Docter Djawa School di Weltevreden, 1855

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Selatan di blog ini Klik Disini 

Kapan introduksi dokter di Kalimantan untuk pengembangan kesehatan masyarakat. Pertanyaan ini haruslah dikaitkan dengan keberadaan sekolah kedokteran untuk pribumi yang disebut Docter Djawa School. Dokter Eropa untuk orang Eropa-Belanda dan dokter pribumi untuk penduduk pribumi. Lulusan Docter Djawa School inilah yang menjadi ujung tombak pengembangan kesehatan yang sebenarnya di Hindia Belanda.

Sekolah kedokteran pribumi yang disebut Docter Djawa School didirikan pada tahun 1851 di Weltevreden (Batavia). Upaya ini dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda dalam dua hal. Pertama untuk membantu pemberantasan epidemik di berbagai daerah, termasuk wilayah terpencil yang dapat menjangkiti orang Eropa. Kedua untuk membantu militer baik dalam damai maupun dalam perang. Dalam struktur pasukan militer Pemerintah Hindia Belanda terdapat dalam jumlah besar pasukan pribumi penduduk militer Pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu dokter-dokter pribumi yang disiapkan ada juga yang disertakan dalam perang. Sekolah Docter Djawa School ini dikelola oleh Militer Hindia Belanda yang penyelenggaraannya diadakan di rumah sakit militer Weltevreden (kini RSPAD).

Lantas bagaimana sejarah dokter dan pengembangan kesehatan penduduk di pulau Kalimantan? Yang jelas, tidak lama setelah Docter Djawa School meluluskan dokter pertama, terjadi perang di Bandjarmasin yang dipimpin oleh Pangeran Antasari. Lulusan Docter Djawa School yang dikirim ke tempat epidemik, beberapa orang disertakan dalam perang. Lalu bagaimana itu semua bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.