Laman

Selasa, 01 Desember 2020

Sejarah Riau (21): Sejarah Pulau Singkep Kota Dabo; Penghasil Timah Berkualitas, Perairan Rawan Bajak Laut di Era Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini 

Pulau Singkep berada di ujung selatan (kepulauan) Riau. Pulau Singkep sudah dikenal sejak lama. Pada era Hindia Belanda, pulau Singkep sebagai salah satu sentra produksi timah yang penting.  Posisinya yang berada di jalur navigasi laut dari Jawa (Batavia) ke Singapoera kerap menjadi sasaran bajak laut trans-nasional. Penduduk (pulau) Singkep adakalanya menjadi korban, Namun seiring dengan perkembangan industri pertambangan situasi kawasan menjadi lebih aman.

Nama pulau Singkep yang terkenal tempo doeloe, kini juga dijadikan nama kecamatan di pulau Singkep di kabupaten Lingga. Awalnya kecamatan Singkep yang beribukota di Dabo, kemudian dimekarkan dengan membentuk kecamatan Singkep Barat, kecamatan Singkep Pesisir dan kecamatan Singkep Selatan. Kekayaan timah pulau Singkep tempo doeloe telah menjadi berkah ekonomi, pembangunan jaringan trasportasi jalan dan juga pembangunan lapangan terbang. Namu seiring dengan menyusutnya deposit timah dan berakhirnya perusahaan pertambangan besar di pulau Singkep (PT Timah), sisa pertambangan menjadi masalah.

Begaimana sejarah (pulau) Singkep dan terbentuknya kota Dabo? Tentu saja sudah ditulis. Namun narasi sejarah akan tetap ditulis sejauh fakta dan data baru tersingkap. Lalu apa pentingnya sejarah Singkep? Jelas bukan karena kampong halaman kawan lama saya, tetapi Singkep adalah bagian dari Sejarah Menjadi Indonesia. Lantas bagaimana sejarahnya bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Riau (20): Pulau Panyengat; Raja Ali Haji dan Elisa Netscher; Riwayat Bahasa Melayu Kweekschool Padang Sidempuan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Riau di blog ini Klik Disini

Pulau Penyengat tempo doeloe disebut Pulau Mars. Mengapa? Karena pulau yang lebih besar sudah disebut Pulau Bintang. Lalu pulau yang lebih kecil di dekat Pulau Mars disebut Pulau Venus. Nama Pulau Bintang kemudian mengalami reduksi dan hanya disebut Pulau Bintan (idem dito nama pulau Batang menjadi Batam). Perubahan nama pulau Mars menjadi Penyengat mengindikasikan era Portugis berakhir. Di pulau Penyengat inilah kemudian mendudukkan Sultan Muda (Riau) Lingga sementara Belanda membangun ibu kota (fort) di suatu tanjung yang disebut Tandjoeng Pinang (kini ibu kota pulau Bintan dan ibn kota Riau).

Meski nama era Portugis berakhir, dengan diubahnya nama pulau Mars dan nama pulau Venus, tetapi sesungguhnya masih ada yang tersisa dengan nama Riau sendiri. Nama Riau berasal dari era Portugis yang disebut Rio dan ditulis Rheo. Rio dalam bahasa Portugis adalah sungai. Nama Rheo adalah suatu nama tempat di sungai yang beruara ke teluk yang sempit. Kota Rheo atau Riouw ini adakalanya disebut Kota Lama setelah didirikannya kota Tandjong Pinang. Dalam perkembangannya nama Rheo atau Riouw sebagai nama tempat menghulang sehubungan dengan semakin populer nama Riouw dijadikan sebagai nama wilayah (seperti halnya Tapanoeli, Padang, Batavia, Banten dan sebagainya).

Lantas bagaimana sejarah Pulau Penyengat? Bermula dari kedudukan Soeltan Moeda Riouw-Lingga yang kemudian muncul seorang tokoh sastrawan Melayu yang kini dikenal Raja Ali Haji. Lalu seorang sarjana bahasa Belanda muncul bernama Mr Elisa Netscher yang mendapat hoki yang kemudian diangkat menjadi Residen Riouw ((1861-1870) dan kemudian menjadi Gubernur Sumatra’s Westkust (1870-1878). Pada tahun 1875 seorang pegawai di Panjaboengan yang menyukai sastra Batak ingin menjadi guru. Resident Netscher menyetujuinya. Guru baru itu bernama Charles Adrian van Ophuijsen yang kemudian menjadi guru di sekolah guru (kweekschool) Padang Sidempoean (1881-1889) yang mana lima tahun terakhir sebagai direktur sekolah. Charles Adrian van Ophuijsen adalah penyusun tatabahasa bahasa Melayu (cikal bakal tatabahasa Indonesia). Bagaimana semua itu bisa terhubung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.