Laman

Kamis, 28 Januari 2021

Sejarah Kupang (1): Sejarah Pulau Timor Bermula di Kupang; Sejarah Terbentuknya Timor Portugis (Asal Usul Timor Leste)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Kupang adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada masa lampau, kota (pelabuhan) terpenting di pulau Timor adalah Coepang (baca: Kupang). Di kota pelabuhan ini sudah sejak lama ada orang-orang Portugis. Untuk meratakan jalan antara Bali dan Amboina (pulau Seram), orang-orang Belanda mengusir orang-orang Portugis dari Coepang, Orang-orang Portugis kemudian menyingkir ke bagian timur pulau dan mendirikan tempat yang baru (kini Kota Dilli). Itulah awal sejarah awal Provinsi NTT (Indonesia) dengan ibu kota Kupang.

Sejarah Kupang dalam hal ini adalah bagian dari Sejarah Menjadi Indonesia. Sejarah Kupang dalam blog ini adalah serial artikel berbagai aspek tentang sejarah awal Nusa Tenggara Timur (NTT). Sesungguhnya lebih tepat judul serial artikel ini adalah Sejarah Timor daripada Sejarah Kuapang. Namun untuk menghindari duplikasi dengan Sejarah (negara) Timor Leste dalam konteks Sejarah Menjadi Indonesia, maka pilihan terbaik diberi judul Sejarah Kupang untuk menggambarkan sejak awal sejarah Nusa Tinggara Timur (Indonesia). Meski demikian, beberapa artikel dalam serial artikel Sejarah Kupang (NTT-Indonesia) akan mendeskripsi sejarah yang ada di (negara) Timor Leste. Dalam blog ini sudah diupload berbagai serial artikel sejarah berbagai kota atau wilayah di Indonesia seperti Sejarah Jakarta, Sejarah Depok, Sejarah Bali, Sejarah Lombok (NTB) dan Sejarah Ambon (Maluku). Diproyeksikan, setelah serial artikel Sejarah Kupang ini akan dilanjutkan serial artikel Sejarah Ternate, Sejarah Papua dan Sejarah Australia. Lantas mengapa Sejarah Australia? Seperti halnya, Sejarah Singapura, dalam blog ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang lebih luas tentang sejarah nusantara (Sejarah Menjadi Indonesia).

Pertanyaan pertama tentang sejarah Nusa Tenggara Timur haruslah dimulai dari Kupang. Hal itulah mengapa artikel pertama dalam serial artikel Sejarah Kupang ini dimulai dari Kupang. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Nah, permulaan ini dimulai dari Kupang. Dari Kupang narasi fakta dan data Sejarah Nusa Tenggara Timur dimulai (bahkan Sejarah Tior Leste sendiri). Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe dengan artikel pertama tentang sejarah asal-usul (kota) Kupang.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Kupang: Portugis vs Belanda

Membandingkan Kota Ambon dan Kota Kupang seakan kembar secara geografis. Mengapa posisi pelabuhan berada di titik GPS yang sama. Jarak Ambon dan Coepang sangat berjauhan dengan penduduk yang berbeda, Bukan faktor kebetulan (random). Tampaknya ada yang menentukan. Orang-orang Portugis. Maybe! Bagaimana bisa dijelaskan. Penyelidikan sejarah diperlukan, terhadap sejarah orang-orang yang pernah di masa awal di Ambon dan di Coepang.

Sejarah suatu tempat, tidak berdiri sendiri. Sejarah suatu tempat terkait dengan sejarah di tempat lain. Dalam penyelidikan sejarah, tidak cukup hanya dengan menggambarkan sejarah tempat itu dalam bingkai dengan menggunakan kaca mata mikroskop. Kita hanya akan mendapatkan gabar kecil sebatas bingkai. Untuk mendapatkan gambar yang besar tentang keutamaan suatu tempat kita juga harus menggunakan kacamata teleskop, Dengan mengunakan dua sudut pandang itu kita akan mendapatkan keseluruhan sejarah di tempat tersebut. Dalam konteks spasial inilah kita melihat asal kota Kupang di pulau Timor dalam dimensi ruang dan waktu.

Sejak orang-orang Portugis merebut Malaka di Semenanjung pada tahun 1511, ekspansi pelaut dan para pedagang Portugis tidak hanya memandang Sumatra, tetapi juga menyebar ke ssegala penjuru angin. Itu dimulai pada tahun 1524 suatu ekspedisi Portugis yang dipimpin oleh George Menesez tiba di pelabuhan Boernai (nama yang kemudian dicatat orang Portugis sebagai nama pulau Borneo, kini Kalimantan; Boernai sendiri kini Brunei). Dari pelabuhan Boernai inilah kemudian pelaut-pelaut Portugis menemukan jalan ke Ternate (jalur perdagangan rempah-repah).

Jalan yang ditemukan adalah jalur navigasi pelayaran yang telah dirintis oleh orang-orang Moor sejak lama dari Semenanjung. Kota Malaka awalnya adalah kota India bernama Malaya (merujuk pada nama India gunung Himalaya) yang menjadi suatu kerajaan. Pada era inilah orang-orang Moor menemukan jalan ke pelabuhan perdagangan di Malaya dengan membentuk koloni di selatan Malaya. Koloni orang-orang Moor ini kemudian disebut orang di Malaya dengan nama Moear atau Muar yang merujuk pada nama Moor. Orang-orang Moor beragama Islam berasal dari Afrika Utara yang pernah menaklukkan wilayah Spanyol dan sebagian wilayah Portugal. Orang-orang Moor dapat dikatakan adalah pendahulu (predessor) orang-orang Portugis menemukan jalan ke Semenanjung dan kemudia merebut kota Malaka (sebutan orang-orang Moor pada nama Malaya) dan orang-orang Portugis mencatatnya sebagai Malacca. Nama Malaka atau Malacca menjadi nama kota dan nama Malaya tetap abadi sebagai nama wilayah.

Kota Ternate (jauh sebelum terbentuk kota Tidore) di pulau kecil pada dasarnya adalah kota yang dibangun oleh para pedagang-pedagang tangguh Moor (yang berbasis di Semenanjung) untuk berdagang dengan penduduk asli di pulau kecil (pulau Ternate) dan penduduk asli di pulau besar. Pulau besar ini dicatat orang-orang Portugis dan diidentifikasi dalam peta-peta mereka yang datang kemudian sebagai pulau Batachini del Moro (merujuk pada nama Moor). Wilayah Batachini del Moro di pulau besar tersebut kemudian dikenal sebagai Pulau Halmahera (disesuaikan dengan sebutan penduduk asli). Dari kota Ternate inilah perdagangan Portugis meluas ke selatan hingga Amboina dan Banda.

Berdasarkan catatan Tome Pires, orang-orang Portugis di Malacca sudah terhubung dengan pantai utara Jawa di pelabuhan Zunda (pelabuhan kerajaan Pakwan-Padjadjaran). Tidak lama kemudian, orang-orang (kerajaan) Demak merebut pelabuhan Zunda. Orang-orang Demak yang sudah terhubung dengan Ternate dalam perdagangan, meneruskan mata dagangan mereka ke orang-orang Portugis di Malacca. Sehubungan dengan tumbuh berkembangnya pelabuhan Banten, orang-orang Portugis menjadikannya sebagai basis utama di pantai utara Jawa (besar dugaan karena atas dasar kedekatan jarak dengan Malacca). Pedagang-pedagang Demak tidak lagi ke Malacca dan cukup sampai di pelabuhan Zunda dan Banten. Dalam catatan Mendes Pinto, pada tahun 1539 pelabuhan Zunda adalah otoritas Demak tetapi di bawah wilayah yurisdiksi Banten. Pantai utara Jawa (Dema, Chirebon dan Banten) adalah satu aliansi (politik).

Hubungan yang erat antara orang-orang Portugis di Malacca dengan pantai utara Jawa hubungan lalu lintas perdagangan antara Jawa dan Semenanjung makin intens. Kawasan perdagang orang-orang Portugis tidak hanya semakin meluas di pantai utara Borneo, pantai utara Celebes dan Molucca (Ternate, Amboina dan Banda) juga semakin ekspansif ke utara hingga Macao (sebab orang-orang Spanyol sudah menemukan jalan ke Filipina dan juga harus berbagi di Molucca (yang berpusat di Tidore).

Nama Maluku besar dugaan memiliki asosiasi dengan nama Molucca, nama yang dicatat dan diidentifikasi dalam peta oleh orang-orang Portugis. Oleh karena Ternate adalah awal perdagangan orang-orang Moor, diduga kuat nama Maluku diturunkan dari nama Malaka di Semenanjung. Seperti halnya nama Malaka menjadi Malacca, nama Maluku yang diperkenalkan oleh orang-orang Moor dicatat dan diidentifikasi oleh orang-orang Portugis sebagai Molucca. Wilayah Maluku (Moor) atau Molucca (Portugis) ini mulai dari utara Tidore dan Batachini del Moro (Halmahera) hingga pulau-pulau di selatan seperti Seram, Buru, Saparua, Banda hingga Kei dan Aroe serta Tanibar.

Relasi perdagangan di Ternate atau Maluku terhubung ke utara-barat dan ke selatan-barat. Hubungan perdagangan utara-barat adalah orang-orang Portugis (ke Malacca) yang telah sejak lampau yang dirintis orang-orang Moor; sedangkan hubungan perdagangan selatan-barat adalah navigasi pelayaran orang-orang Demak (ke Malacca) yang diduga telah terbentuk sejak zaman kuno (sejak era Majapahit). Dalam konteks spasial inilah muncul ke permukaan (perdagangan internasional) nama Timor dengan pelabuhan utama di Coepang.

Jepara (suksesi Demak) tidak hanya sibuk di Jawa bagian timur dan wilayah pedalaman Jawa, Jepara sebagai perpanjangan tangan Demak, memperluas wilayah perdagangan ke pulau-pulau di timur pulau Jawa. Besar dugaan bahwa pedagang-pedagang Demak mulai kalah bersaing di Maluku dengan orang-orang Moor dan Portugis dan karena itu lebih intens di Jawa (pedalaman). Pengaruh perdagangan Jepara sudah semakin meluas tidak hanya di pantai utara Bali (Boeleleng) juga pedagang-pedagang Jepara sudah membentuk koloni di Lombok dan Sumbawa di Bima. Hanya sejauh ini orang-orang Demak-Jepara (dari barat). Pulau Sumbawa terhubung dengan Gowa-Tallo di selatan (pulau) Celebes dan Gowa-Tallo terhubung dalam perdagangan dengan Jawa (Demak-Jepara) sejak jalur navigasi perdagangan Demak ke Ternate.

Ekspansi Jepara hingga pulau Sumbawa dan berhenti di Bima diduga kuat karena ekspansi perdagangan orang-orang Portugis di Maluku yang berpusat di Ternate, Amboina dan Banda sudah mencapai pulau Timor dan sekitar (yang kini menjadi wilayah NTT dan Timor Leste), Dalam konteks spasial yang baru inilah kemudian pelabuhan Coepang mulai berkembang. Di kawasan ini tidak hanya pedagang-pedagang Portugis tetapi juga pedagang-pedagang Melayu (Semenanjung) yang menjadi partner perdagangan orang-orang Portugis. Sebagaimana kita lihat nanti, munculnya pengaruh perdagangan orang-orang Gowa-Tallo (terutama di pulau Flores) adalah wujud dari perluasan dari Bima (pulau Sumbawa).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kupang Ibu Kota Tua: Nusa Tenggara Timur

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar