Laman

Minggu, 07 Februari 2021

Sejarah Kupang (19): Sejarah Asal Nama Provinsi Nusa Tenggara Timur; Nama Pulau Timor Jadi Residentie hingga Nama Provinsi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Provinsi Nusa Tenggara Timur dibentuk dan diresmikan pada tanggal 20 Desember 1958. Sejak itu provinsi Nusa Tenggara Timur tetap eksis dengan nama yang tetap sama hingga ini hari. Sebelumnya Kepulauan Soenda Ketjil dijadikan sebagai satu provinsi. Nama Soenda Ketjil diubah tahun 1954 dengan nama baru Nusa Tenggara (lihat Het vaderland, 22-04-1954).

Pada era eskalasi politik nasional yang memanas karena PRRI-Permesta Provinsi Sumatra Tengah dilikuidasi dan kemudian dibentuk tiga provinsi (Sumatra Barat, Riau dan Jambi). Tidak lama kemudian provinsi Nusa Tenggara dilikuidasi dan kemudian dibentuk tiga provinsi (Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur). Dalam tahun ini jumlah provinsi di Indonesia bertambah sebanyak empat buah. Pada tahun 1957 Residentie Atjeh dipisahkan dari provinsi Sumatra Utara dengan membentuk provinsi Atjeh.

Perubahan status wilayah adalah satu hal, perubahan nama wilayah adalah hal lain lagi. Dua perubahan ini terjadi dalam sejarah (provinsi) Nusa Tenggara Timur. Tentu saja perubahan nama menjadi penting dan demikian juga perubahan status (wilayah) administrasinya juga penting. Okelah. Sejak kapan perubahan-perubahannya bermula. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Benteng di Pulau Solor (1656).

Dari Nama Timor Menjadi Residentie

Tunggu deskripsi lengkapnyaNama Timor sudah sejak lama dikenal (Peta 1517). Namun nama Kupang (Coepang atau Copang) baru dikenal pada tahun 1613. Ini bermula ketika pelaut-pelaut Belanda berhasil mengusir Portugis dari Solor dan orang-orang Portugis mengungsi ke Copang. Namun pelaut-pelaut Portugis terus mengejarnya hingga ke Coepang, dan orang-orang Portugis bergeser ke bagian timur pulau Timor. Sejak saat inilah (1613) orang Belanda membangun pos di Lohajong (pulau Solor) dan Koepang (pulau Timor).

Pedagang-pedagang berbahasa Melayu dari Macassar sebelum kehadiran Portugis sudah berdagang ke pulau Solor dan pulau Timor dengan pusat perdagangan di Batoetara (pulau Komba). Nama Batoetara (batu tara) dan Timor (timur) merujuk pada bahasa Melayu. Sedangkan nama Solor merujuk pada nama Selayar. Seperti halnya Lohajong, pedagang-pedagang asal Macassar membuka pos di pulau Timor yang disebut Kopang. Seperti halnya nama Solor, nama Kopang juga diduga kuat merujuk nama dari Macassar. Benteng di Pulau Timor di Coepang (1656)

Pada era Portugis, pelabuhan yang diperkuat adalah Lohajong di pulau Solor, sedangkan pada era Belanda pelabuhan yang diperkuat adalah Kopang di pulau Timor. Ini ibarat Lohajong dan Solor adalah masa lalu; Kopang dan Timor adalah masa depan. Dalam perkembangannya di Solor dibangun benteng (di Lohajong, benteng Frederik Hendrik) di era Gubernur Jenderal Cornelis van der Lijn. Benteng tersebut rusak akibat gempa bumi pada tahun 1648. Pada tahun 1653 VOC membangun benteng baru pulau Timor di Koepang (Fort Concordia). Benteng Frederik Hendrik di Solor ditutup pada tahun 1657. Dengan semakin diperkuatnya benteng (Concordia) di Koepang, maka dengan sendirinya Kopang menjadi ibu kota wilayah Timor (Groep). Benteng Frederik Hendtik ditempati kembali pada tahun 1667 untuk memperkuat pertahanan di Koepang dari kemungkinan munculnya ancaman pelaut-pelaut Portugis (yang telah diusir VOC dari Ternate 1657).

Berdasarkan Daghtegister 1659 radja di pulau Solor adalah Niey Chily, sementara berdasarkan Daghregister 1683 di Solor berstatus Radja dan di Koepang berstatus bupati (pangeran Coepang). Tampaknya radja Bima dan radja Solor memiliki relasi (berdasarkan Daghregister). Terhadap tiga radja inilah (Bima, Solor dan Koepang) menjalin kerjasama. Ketika pedagang-pedagang berselisih dengan kerajaan Gowa, pedagang-pedagang VOC di Macassar pada tahun 1650 memindahkan posnya ke Bima (tempat Residen VOC berkedudukan). Hal itulah mengapa Bima diidentifikasi dengan status sebagai Coningh, Solor sebagai Vorst dan Koepang sebagai princen (regent).

Benteng Frederik Hendrik pada tahun 1760 ditutup untuk selamanya. Dengan demikian, satu-satunya benteng VOC di Timor Groep hanya di Koepang. Namun dalam perkembangannya dianggap kurang menguntungkan, banyak pedagang-pedagang VOC yang meninggalkan Koepang. Meski demikian pejabat pemerintah VOC masih ada di Koepang. Benteng dijaga oleh pasukan pribumi pendukung  militer VOC (orang Melayu). Sejak 1782 Inggris mengusir VOC dari (pantai barat) Sumatra lalu giliran Prancis melakukan aneksasi di Batavia pada tahun 1795. Sementara itu, minimnya kekuatan militer VOC di Koepang, kesempatan bagi Inggris melakukan aneksasi di Timor dengan melumpuhkan benteng Concordia di Koepang pada tahun 1798.

Amsterdamse courant, 07-08-1798: ‘Berita dari London, tertanggal 24 Juli, ada surat dari Hindia Timur. Kapten Pakenham pada bulan September yang lalu telah mengklaim kudeta Comptoir Belanda Coepang di Groot Timor. Ketika dia ingin pergi ke darat untuk mengatur penyerahan dengan Gubernur Belanda, tiba-tiba seorang pengkhianat ditemukan yang tujuannya adalah agar semua orang Inggris yang datang ke darat dibunuh oleh orang Melayu, yang berakibat jatuh terbunuh dua puluh orang. Akibatnya, situs tersebut diserang atas perintah Kapten Pakenham, kemudian dijarah dan dihancurkan dan sebanyak 200 orang Melayu di dalam benteng itu melarikan diri’

Satu-satunya wilayah yurisdiksi VOC yang masih tersisa hanya tinggal di Ternate. Pasukan pribumi Ternate pendukung militer VOC sangat gigih mempertahankan serangan dari Inggris. Meski demikian, VOC tetap tidak tertolong dan VOC dibubarkan pada tahun 1799. Tamat sudah VOC. Pada tahun 1800 kerajaan Belanda di bawah Prancis mulai merintis pembentukan Pemerintah Hindia Belanda (suksesi VOC) . Pembentukan cabang peerintahan ini baru efektif pada era Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811).

Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Timor sebagai suatu Onder Prefect (dari Prefect atau Province Macassar). Pada tahun 1810 Daendels menempatkan beberapa pejabat di Onder Prefect Timor, seperti boekhoder pada tahun 1812 (lihat Bataviasche koloniale courant, 13-04-1810) dan kemudian Drost (lihat Bataviasche koloniale courant, 21-09-1810).

Pada tahun 1811 Inggris yang berbasis di Calcutta (India), tempat kedudukan Gubernur Jenderal dengan cabang pemerintahan di Bengkolen dan Penang melancarkan invasi ke Jawa dengan melumpuhkan Batavia. Gubernur Inggris di Bengkoelen Raffles diangkat menjadi Letnan Jenderal Inggris yang berkedudukan di Buitenzorg dan Semarang. Di Timor dipersiapkan pemerintahan sementara.

Inggris yang pernah menduduki sejumlah wilayah di luar Jawa seperti di Timor, segera mengisi pos yang telah ditinggalkan oleh orang-orang Belanda. Hal yang pertama dilakukan adalah memindahkan Kapten Grey yang sebelumnaya sebagai komandan sementara di Macassar dipindahkan ke Koepang (lihat Java government gazette, 18-04-1812). Tujuan pemindahan ke Koepang ini adalah untuk membangun garnisun militer di Koepang.

Perdagangan di Timor kembali muncul. Paling tidak produk dari Timor sudah mengalir ke Jawa (lihat Java government gazette, 31-10-1812). Disebutkan kapal dari Timor tiba di Soerabaja pada tanggal 12 Oktober dengan membawa wax dan sandelwood. Perdagangan semakin intens antara Jawa dan Timor, namun muncul masalah besar pada tahun 1815 terjadi letusan dahsyat karena meletusnya gunung Tambora, Pulau Lombok dan pulau Sumbawa lunpuh total dan di pulau-pulau Timor Groep terjadi dampak yang besar (kelaparan) karena beras sangat tergantung dari Lombok dan Sumbawa. Bencana ini menjadi alarm bagi Inggrsi dan pada tahun 1816 Inggris harus menyerahkan Hindia Belanda kepada Belanda. Awal Pemerintahan Hindia Belanda dimulai lagi.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dari Residentie Menjadi Provinsi

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar