Laman

Minggu, 21 Maret 2021

Sejarah Papua (36): Papua 1963, Merebut Papua Merebut Indonesia; Papua Bagian Tidak Terpisahkan Kemerdekaan Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Perang kemerdekaan Indonesia (1945-1949) adalah perang seluruh rakyat Indonesia melawan Belanda (NICA) semata (tidak dengan Inggris). Semua wilayah Indonesia dari Sabang hingga Merauke dimana Belanda bercokol harus direbut oleh seluruh bangsa Indonesia (tanpa terkecuali, termasuk di wilayah Papua bagian barat). Batas perang kemerdekaan itu adalah disepakatinya gencatan senjata yang dilanjutkan ke meja perundingan (KMB) antara wakil-wakli Indonesia dan wakil-wakil Belanda (di Den Haag, Belanda). Dalam perundungan itu, Indonesia menang, Belanda mengakui kedaulatan (wilayah) Indonesia. Saat Piala (plakat) diserahkan kepada Indonesia, sesungguhnya ada bagian dari Piala itu yang dicopot (yakni wilayah Papua bagian barat). Oleh karena itu, pereng kemerdekaan Indonesia Jilid II digulirkan kembali (untuk merebut wilayah Papua bagian barat). Genderang itu digaungkan Presiden Sukarno pada tahun 1950 (lihat……).

Seperti halnya Manado, Maluku dan Nusa Tenggara Timur, wilayah Papua adalah bagian integral dari seluruh Indonesia (sejak Hindia Belanda). Berbeda dengan Timor Timur (negara Timor Leste) yang secara historis berada di luar VOC maupun Hindia Belanda kerena defacto dan dejure berada di bawah yurisdiksi Portugis. Idem dito, wilayah Papua Timur (negara Papua Nugini) secara defacto dan dejure di luar VOC maupun Hindia Belanda (Inggris, Jerman dan Australia). Demikian juga dengan Borneo Utara (Portugis dan Inggris). Oleh karena itu, ketika Timor Timur ingin bergabung dengan Indonesia, maka posisi wilayah Timor Timur sifatnya diintegrasikan ke Indonesia. Ibarat tubuh manusia hidup, pulau-pulau seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan (minus Borneo Utara), Sulawesi, Maluku, Papua (minus Papua Nugini) dan Nusa Tenggara (minus Timor Timur) adalah fungsi tubuh itu sendiri yang dibawa dari lahir. Sedangkan Timor Timur (saat diintegrasikan 1974-1999) ibarat fungsi badan lain yang dicangkokkan ke dalam tubuh Indonesia sendiri. Dengan demikian, wilayah Papua (minus Papua Nuguni) bagian tidak terpisahkan dalam merebut Kemerdekaan Indonesia (seutuhnya).

Lantas bagaimana sejarah Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid II di Papua? Seperti disebut di atas, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia tetapi sengaja tidak menyerahkan alias menyandera wilayah Papua. Jelas perang ini adalah Perang Seluruh Ralyat Indonesia terhadap Belanda tanpa terkecuali, termasuk panduduk yang berada di Papua bagian barat. Hasilnya, wilayah Papua bagian barat berhasil direbut tahun 1963. Lalu mengapa, Belanda menyandera wilayah Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Papua Bagian Tidak Terpisahkan Kemerdekaan Indonesia

Antara Belanda dan Indonesia bagaikan dua bangsa yang masing-masing (sebagaian) saling benci tapi (sebagian yang lain) rindu. Perang (kemerdekaan) antar kedua bangsa yang melelahkan (sejak 1945) akhirnya disepakati gencatan senjata dan berujung pada perundingan (KMB) di Den Haag. Hasil perundingan yang berakhir 2 November 1949, isinya sebagai berikut:

  • Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja kepada Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut, dan karena itu mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.

  • Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan pada Konstitusinja; rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Keradjaan Nederland.

  • Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30 Desember 1949

Isi perjanjian itu terkesan pihak Belanda ingin memaksakan keinginannya. Niat Belanda itu dipahami oleh Indonesia. Sebab yang penting, Belanda bersedia mengakuai kedaulatan Indonesia. Tentu saja orang Indonesia tidak bodoh. Ini semacam game theory. Artinya, Indonesia tahu maksud Belanda, tetapi tidak perlu diprotes dulu, sebab Indonesia secara diam-diam tentu saja punya maksud yang berbeda. Beberapa maksud tersembunyi Belanda antara lain, Belanda hanya mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS), bukan (NK)RI dan Belanda secara kasat mata jelas menyandera (wilayah) Papua. Ini dapat dilihat pada keterangan tambahan mengenai hasil tersebut adalah sebagai berikut:

  • Serah terima kedaulatan atas wilayah Hindia Belanda dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua bagian barat.

  • Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan pemimpin kerajaan Belanda sebagai kepala negara

  • Pengambilalihan utang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat

Dalam proses perundingan ini, Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat negara terpisah karena perbedaan etnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan mengenai hal ini. Karena itu isi Pasal 2 mengindikasikan bahwa Papua bagian barat bukan bagian dari serah terima dan soal ini akan diselesaikan dalam waktu satu tahun ke depam.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Merebut Papua Merebut Indonesia: Papua Dibebaskan 1963

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar