Laman

Minggu, 04 April 2021

Sejarah Australia (19): Asal Usul Perth, Kota Besar Pantai Barat Australia; Mengapa Orang Belanda Terusir oleh Orang Inggris?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disin

Kota Perth di pantai barat Australia sesungguhnya kota baru Inggris. Wilayah pantai barat Australia sudah sejak zaman lampau (era VOC) sudah dihuni oleh orang-orang Belanda dengan mendirikan pos perdagangan di beberapa titik (umumnya sekitar muara sungai). Migrasi orang-orang Inggris ke Australia pantai timur Australia, lambat laun merangsek ke pantai barat Australia. Ini ibarat Amerika yang bermula di pantai timur dan kemudian berkembang ke pantai barat Amerika (California). Begitu luasnya Hindia Timur (baca: Indonesia) migrasi Belanda seakan tertahan di Indonesia, tidak sempat meluber ke pantai barat Australia. Arus inggris yang ke pantai barat Australia ini menyebabkan orang-orang Belanda menjadi minoritas (dan akhirnya punah).

Selain soal Inggris versus Belanda di Australia, mengapa pantai timur Australia lebih cepat berkembang yang berpusat di Sydney daripada pantai barat Australia. Orang-orang Inggris memulai koloni di pantai timur (disebut New South Wales), dan lalu pelabuhan Port Jackson cepat berkembang, demikian juga kawasan Sydney. Hal itu karena Port Jackson menjadi hub perdagangan utama di pantai timur ke arah lautan Pasifik yang meliputi Nieuw Zeeland  (Selandia Baru) dan pulau-pulau di Pasifik. Sementara pantai barat Australia bukan sebagai hub perdagangan utama (semasa orang-orang Belanda) tetapi justru hanya feeder perdagangan yang berpusat di Batavia (Jawa). Selain itu, daratan pantai timur Australia lebih luas dan lebih subur relatif terhadap pantai barat Australia. Orang Inggris, luas dan kesuburuan lahan serta pusat perdagangan menjadi faktor-faktor penting mengapa pertumbuhan dan perkembangan ekonomi lebih pesat di wilayah koloni Inggris daripada wilayah koloni Belanda di pantai barat.

Lantas bagaimana sejarah asal usul (kota) Perth? Sudah barang tentu sudah ada yang menulisnya. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejauh data baru ditemukan, penulisan narasi sejarah kota Perth dan wilayah pantai barat Australia tidak pernah berhenti. Lalu apa pentingnya sejarah kota Perth? Yang jelas wilayah pantai barat Australia sejak awal telah terhubung dengan Indonesia (baca: Hindia Belanda) di Batavia. Pada wilayah inilah terbentuk kota Perth, tumbuh dan berkembang. Okelah kalau begitu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pantai Barat Australia dan Nama Perth

Sebelum terbentuk kota dan diberi nama Perth di Australia, nama Perth sebagai nama tempat di Inggris sudah lama eksis. Paling tidak keberadaan kota Perth di Inggris ini diberitakan pada tahun 1661 (lihat Tijdinghe uyt verscheyde quartieren, 26-02-1661). Nama tempat Perth ini di Inggris (kini di Skotlandia) hingga kini masih eksis, namun bukan kota besar tetapi nama kota kecil, sedangkan kota Perth di Australia adalah suatu kota besar. Kota Perth di Skotlandia kini hanyalah sebuah ibu kota dari suatu county (setingkat kecamatan).

Pada tahun 1661 pedagang-pedagang Belanda sudah tersebar di Hindia Timur (baca: Indonesia). Ini bermula ketika pelaut-pelaut Belanda tiba kali pertama di Banten dan Bali pada tahun 1593. Pada tahun 1619 pedagang-pedagang Belanda yang tergabung dalam VOC merelokasi pos perdagangan utama dari Amboina ke Batavia (kini Jakarta). Sejak VOC di Batavia, pedagang-pedagang Belanda semakin tumbuh dan berkembang. Pada tahun 1661 pelaut-pelaut Inggris sudah mulai memasuki Hindia Timur dengan menempatkan pedagang-pedagangnya di beberapa kota pelabuhan. Pada tahun 1665 Pemerintah VOC mengubah kebijakannya dari perdagangan yang longgar di (kota-kota) pantai dengan kebijakan baru dimana penduduk dijadikan sebagai subjek (Pemerintah VOC bekerjasama dengan pemimpin lokal). Kebijakan baru inilah awal kolonisasi Belanda di Hindia Timur, sementara Inggris hanya berdagangan di kota-kota pantai (seperti sebelumnya kebijakan VOC). Pedagang-pedagang Belanda pada saat kebijakan baru ini sudah berkoloni di Nova Hollandia (kini Australia). Pelaut-pelaut Belanda yang keudian diikuti pedagang-pedagang Belanda sudah sejak 1616 mencapai Australia (bagian utara dan bagian barat).

Orang-orang Inggris membentuk koloni di Australia baru dimulai pada tahun 1788 di Port Jackson, Kawasan koloni Inggris pertama di Australia ini kemudian disebut Sydney. Lalu setelah di Sydney, orang-orang Inggris memulai berkoloni di Pulau Tasman (1804) dan kemudian menyusul di pantai barat Australia.

Pada awal koloni Inggris di Australia, kota Perth di Skotlandia adalah kota besar (kala itu) dan cukup terkenal serta kerap diberitakan. Kota Perth berada di wilayah yang sama dengan kota Dundee di Skotlandia (sungau Tay). Dua kota ini relatif sama besarnya. Jika kini, Perth hanyalah sebesar ibu kota county, kota Dundee adalah kota terbesar keempat di Skotlandia. Kota Perth di Skotlandia sama populernya dengan kota lainnya seperti Dundee, Edinbutg dan Glasgow. Pada masa ini, nama kota (nama tempat) Perth tidak hanya di pantai barat Australia, juga ditemukan di Tasmania dan Kanada (Amerika Utara). Kota Perth ini diduga kuat merujuk pada kota Perth kuno di Skotlandia.

John R Forrest adalah seorang pelaut handal asal Perth yang berbasis di Leith (Edinburg), Skotlandia. Kapalnya bernama Fracnkfort Packett (lihat Rotterdamsche courant, 29-10-1822). Salah satu dari kapal yang membawa imigran ke Australia pada tahun 1828 adalah kapal Francfort Packet yang dikapteni oleh JR Forrest. Rombongan migran itu sendiri di bawah pimpinan Kaptein J Stirling. Rombongan Stirling ini mendarat di sungai Zwanen pada bulan Agustus 1829.

Satu fraksi dari para migran Inggris yang berangkat ke Australia, pada bulan Agustus 1829 tiba di Zawanen Rivier (kini Swan River). Para migran ini membangun kota di sungai Zwanen yang disebut kota (town) Freeantic. Di tepian sungai yang lain yang disebut Melville water kemudian didirikan kota yang disebut Perth. Di kota baru inilah J Stirling membentuk pemerintahan. Kisah rombongan Stirling ini juga terjadi di beberapa wilayah Australia seperti halnya rombongan-rombongan imigran Eropa, termasuk Inggris ke Amerika Serikat (terutama wiilayah dataran tinggi dan pantai barat Amerika).

Dari berita surat kabar berbahasa Belanda yang terbit pada 22 Juli 1930 diketahui awal terbentuknya kota Perth di sungai Zwanen yang dipimpin oleh Kaptein J Stirling. Seperti disebutkan di dalam berita ini, lahan yang mereka tempati tidak terbilang subur. Namun apa daya kafilah imigran yang datang dari jauh di Inggris sudah tiba di pantai barat Australia. Lahan-lahan subur di pantai timur Australia sudah penuh sesak sejak lama.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Perth

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar