Laman

Selasa, 13 April 2021

Sejarah Australia (37): Australia, Awalnya Tempat Orang Buangan; Negara Australia, Migran, Partai Buruh, White Policy (Rasis)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini 

Berabad-abad orang Indonesia (baca: Hindia Timur) datang dan menetap di benua baru Australia. Itu bermula jauh sebelum kehadiran Portugis, orang-orang Hindia Timur yang menjadi rekan bisnis orang-orang Moor yang beragama Islam yang berasal dari Afrika Utara. Orang-orang Hindia Timur itu bahkan mencapai pulau di Selandia Baru yang sekarang. Hal itulah mengapa bahasa Maori banyak yang mirip dengan bahasa-bahasa di Hindia Timur. Migrasi orang Hindia Timur ke Australia semakin banyak pada era Portugis (pantaio utara Australia) dan semakin meningkat lagi pada era VOC (pantai barat Australia hingga pulau Tasman). Arus migrasi itu baru menurun pada era Pemerintah Hindia Belanda.

Sejak dibubarkannya VOC pada tahun 1799, arus migrasi orang Hindia Tiuur seakan berhenti. Sejak pelaut Inggris menemukan Australia pada tahun 1773 dan terusirnya Inggris dari Amerika Serikat (proklamasi kemerdekaan 1776), Perdana Menteri Inggris Lord Sydney menetapkan Australia sebagai koloni baru Inggris dengan misi pertama menetapkan Australia sebagai tempat pengasingan orang yang terjerat hukum (para pejuang demokrasi, para narapidana dan golongan lainnya). Lalu kemudian muncul kebijakan baru pemerintah Inggris dengan program transmigrasi setengah sukarela (pemerintah Inggris mengirim rombongan-rombongan migran dengan biaya transportasi gratis tetapi lahan dijual pemerintah dan dibayar dengan mencicil dari hasil produksi). Ini sehubungan sejak 1829 seluruh Australia dinyatakan milik Inggris (seperti halnya kasus 1824 tukar guling Malaka (Belanda) dan Bengkoelen (Inggris). Untuk meningkatkan program ini selanjutnya diterapkan seleksi yang ketat (usia muda 18-31 tahun dan berbadan sehat). Program transmigrasi ini di South Australia (terbentuknya kota Adelaide) dan West Australia (terbentunya kota Perth). Sehubungan dengan ditemukannya tambang-tambang baru, program berikutnya adalah transmigrasi swakarsa di berbagai titik pertambangan (rombongan ini jumlahnya sangat masif dan golongan mayoritas inilah yang kelak menjadi awal munculnya sarikat (partai) buruh yang melahirkan kebijakan rasial (White Policy). Kebijakan pemerintah berikutnya adalah mengirim para wanita muda (gadis atau janda) untuk mengibangi sex ration di Australia.

Lantas bagaimana sejarah menhilangnya orang-orang Belanda di Australia? Seperti disebut di atas, Inggris tersingkir dari Amerika Serikat, dan Pemerintah Inggris memerlukan koloni pengganti (yang awalnya sebagai tempat buangan). Kesepakatan-kesepakatan antara Belanda dan Inggris menyebabkan seluruh Australia pada tahun 1829 menjadi milik Inggris. Lalu bagaimana sejarah dilarangnya warga kulit berwarna coklat (Hindia Belanda) di Australia? Seperti disebut di atas, golongan migran buruh semakin mayoritas yang menyebabkan munculnya sarikat buruh Eropa yang diikuti kebijakan White Policy. Lantas mengapa Australia Inggris menjadi rasis, tidak seperti di Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Australia dari Belanda ke Inggris: Awalnya Tempat Orang Buangan

Proklamasi kemerdekaan Amerika Serikat 1776 menyebabkan Inggris tersingkir dari Amerika Serikat. Sebelum kemenangan Amerika Serikat tercapai (yang dipimpin Jenderal Washington), Inggris sudah menyadari akan kalah. Lalu Pemerintah Inggris mengirim James Cook tahun 1772 ke Laut Selatan menyelidiki benua baru Australia (yang sudah lama dihuni oleh orang-orang Belanda (yang berbpusat di Indonesia Hindia Timur). Untuk misi itu, James Cook memetakan Australia sangat detail (terbitlah peta Australia yang paling rinci yang menjadi lampiran buku yang ditulis dan diterbitkan pada tahun 1777).

James Cook diberitakan pulang dari Laut Selatan (lihat Haarlemse Courant, 05-08-1775). Laporan James Cook ini dibukukan dan diterbitkan pada tahun 1777 dengan judul ‘A Voyage Round the World in his Majesty Sloop Resolution,  commanded by Kapt James Cook 1772-1775’ ditulis oleh George Forster (lihat Oprechte Haarlemsche courant, 03-04-1777). Setahun kemudian (1778) Pemerintah Inggris (Perdana Menteri Lord Sydney) menetapkan Australia (New South Wales) sebagai tempat pembuangan tahanan politik (Satu abad sebelumnya pada era VOC, Gubernur Jenderal di Batavia tahun 1667 menetapkan Afrika Selatan sebagai tempat pembuangan tahanan politik orang Hindia Timur-Indonesia). Tahun 1778 kini dijadikan sebagai hari lahir kota Sydney yang menjadi ibu kota New South Wales (merujuk pada nama Lord Sydney).

Untuk mendukung kebijakan baru Pemerintah Inggris menetapkan koloni baru di Australia, setelah kekalahan di Amerika Serikat, Pemerintah Inggris via Gubernur Jenderal Inggris di Calcutta, merelokasi skuadron Inggris di Madras untuk merapat ke pantai barat Sumatra (koloni Inggris di Bengkoelen). Orang Belanda di Hindia Timur (termasuk di Sumatra) terancam. Inggris yang telah menggantikan Amerika Serikat dengan Australia ingin pula menyatukannya dengan Hindia Timur (baca: Indonesia). Misi itu tercapai pada tahun 1811.

Kehadiran skuadron Inggris di pantai barat Sumatra, secara perlahan menyebabkan orang-orang Belanda di Sumatra menyingkir ke Jawa (pusat VOC di Batavia). Kapal perang Inggris yang makin rajin mengelilingi Australia, menyebabkan orang-orang Belanda di Australia menyingkir ke Hindia Timur. Ketika Prancis (Napoleon) menduduki Belanda di Eropa, kemudian militer Prancis tahun 1795 diperintahkan menduduki Jawa (mengambil alih dari VOC). Inggris yang semakin menguat di Sumatra dan Australia mengambil kesempatan menduduki kepulauan Sunda Kecil (kini Nusa Tenggara), Borneo, Celebes dan Maluku (minus Ternate yang mendapat perlawanan dari VOC). Misi Inggris akhirnya tercapau menyatukan Australia dan Hindia Timur dengan menduduki Jawa pada tahun 1811. Habis sudah orang-orang Belanda di Australia.

Proses politik di Eropa menyebabkan Inggris harus mengembalikan Hindia Timur kepada belanda pada tahun 1816. Berat rasanya bagi Inggris. Awalnya hanya Jawa yang diserahkan dan kemudian Inggris tetap bertahan di Sumatra hingga akhirnya terjadi perundingan antara Inggris dan Belanda tahun 1824 (Traktat London). Satu yang penting dari perjanjian ini adalah proses tukar guling Malaka (Belanda) dengan Bengkoelen (Inggris) dan penarikan batas yurisdiksi di Borneo Utara (Serawak, Brunai dan Sabah) dan Papoea Timur (kini Papua Nugini).

Sejak Traktat London (1824) kemudian menyusul perundingan baru antara Belanda dan Inggris, yang kemudian pada tahun 1829 seluruh Australia menjadi milik Inggris.Pada tahun ini pula program transmigrasi dari Inggris yang ditempatkan di West Australia (Perth) dan kemudian disusul South Australia (Adelaide). Pada era ini untuk kebutuhan tenaga kerja didatangkan dari Semenanjung (Melayu), Bengal (kini Bangladesh) dan Tiongkok (Cina). Orang-orang Melayu, Cina dan India seakan menggantikan arus migrasi orang Hindia Timur hingga berakhirnya era VOC. Namun untuk orang Hindia Timur (Indonesia) yang berasal dari Papua tidak dipermasalahkan (karena alasan tertentu).

Penemuan tambang-tambang baru di Australia, menyebabkan kebutuhan tenaga kerja di Australia meningkat drastis. Untuk itu dikeluarkan program baru di Inggris untuk mengarahkan migran buruh ke Australia. Jumlahbnya dari waktu ke waktu meningkat dan jumlah migran buruh ini sudah melampaui jumlah orang Inggris (orang buangan dan para transmigran). Para migran buruh yang sangat banyak ini lambat laun menjadi kekuatan sendiri di Australia yang menyebabkan dilema bagi pemerintah Inggris. Sarikat buruh yang terbentuk mulai memiliki bargaining power dalam mempertahankan tingkat upah (setara Eropa).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Negara (Federasi) Australia: Rasis White Policy dan Partai Buruh

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar