Laman

Jumat, 28 Mei 2021

Sejarah Semarang (24): Situs Zaman Kuno Bagian Tengah Pulau Jawa; Situs Kendal, Borobudur, Prambanan hingga Situs Demak

 

* Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini

Peradaban awal zaman kuno diduga kuat di mulai di (pulau) Sumatra. Peradaban awal kemudian meluas ke (pulau) Jawa yang bermula di bagian barat. Peradaban awal di bagian tengah pulau Jawa diduga kuat bermula di pantai utara sebelum memasuki wilayah pedalaman. Peradaban selanjutnya berkembang pesat di pedalaman di wilayah dimana kini ditemukan situs candi Borobudur. Tentu saja perkembang yang pesat terjadi di pedalaman dengan ditemukannya berbagai candi yang lebih muda seperti candi Prambanan.

Belum lama ini ditemukan situs tua di wilayah Jawa Tengah. Situs kuno tersebut ditemukan di dusun Boto Tumpang, desa Karangsari, kecamatan Rowosari, kabupaten Kendal. Situs ini sudah mulai diteliti. Situs Kendal tentu saja akan memperkaya pengetahuan kita tentang zaman kuno. Pembuktian awal, bata yang ditemukan di situs Kendal diduga terbentuk pada tahun 630 M (tahun Hijrah Islam dimulai tahun 622 M). Sementara itu, awal era Hindoe-Boedha di Indonesia selama ini disebuit bermula pada abad ke-4, pada saat mana pedagang-pedagang India mencapai Hindia Timur di Sumatra, Semenanjung dan Jawa. Candi Jiwa di Karawang dan Prasasti Tugu di Cilincing  diperkirakan dibangun pada abad ke-5 (era Tarumanagara). Prasasti tertua di Sumatra dibuat pada abad ke-7 (prasasti Kedukan Bukit Palembang). Satu yang penting dari catatan pada situs Palembang ini adalah nama Minana yang diduga nama Binanga yang sekarang di wilayah Tapanuli Bagian Selatan (suatu kawasan percandian paling luas di Indonesia). Minana atau Binanga tidak jauh dari pelabuhan kuno di pantai barat Sumatra di Baroes yang pada abad ke-2 sudah dicatat di Eropa sebagai sentra kamper.

Lantas bagaimana sejarah zaman kuno di bagian tengah pulau Jawa? Seperti disebut di atas, selama ini peradaban awal di Jawa bagian tengah seakan tidak pernah bergerak dari posisi penting situs candi Borobudur (dan kemudian situs Prambanan). Penemuan situs yang lebih tua diharapkan akan lebih memperkaya pengetahuan tentang zaman kuno, era yang lebih awal dari peradaban di candi Borobudur dan candi Prambanan. Situs Kendal ini menjadi penting, karena peradaban di Jawa (terutama bagian tengah pulau Jawa) bermula di Demak pada era Islam. Lalu mengapa dua era yang berbeda (Hindoe Bodha dan Islam) sama-sama dimulai dari wilayah pantai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Situs Kendal: Awal Era Hindoe Boedha (Mataram Kuno)

Jika memang benar-benar situs tua di dusun Boto Tumpang, desa Karangsari, kecamatan Rowosari, kabupaten Kendal sudah eksis sejak 630 M itu menjadi berita besar. Sebab jauh di masa lampau, sebelum terbentuk Kota Semarang dan Kota Kendal sudah terdapat pusat peradaban zaman kuno di wilayah kecamatan Rowosari yang sekarang. Ini ibarat kecamatan Batujaya di Karawang, wilayah kecamatan Rowosari di kabupaten Kendal, Jawa Tengah diduga menjadi awal peradaban di provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Kecamatan Rowosari berada di sisi timur sungai Kuto yang menjadi batas antara wilayah kabupaten Kendal dan kabupaten Batang. Kabupaten Kendal sendiri berada diantara kabupaten Batang dan kabupaten Semarang. Sungai ini berhulu di gunung Prau dan bermuara di Pantai Moro. Jika nama-nama Batang, Boto, Prau, Kuto dan Moro sudah eksis lama nama-nama tersebut memiliki arti sejarah. Jika disebutkan kerajaan Tarumanagara (di candi Batujaya) sudah eksis sejak abad ke-5, maka jika situs Kendal adalah awal kerajaan di Jawa bagian tengah, maka kerajaan di Kendal baru eksis di abad ke-7 (630 M). Pada era ini juga diketahui prasasti Kedukan Bukit Palembang dibuat pada tahun 682 M). Pada era ini juga diketahui awal tahun hijrah dari Mekkah ke Madinah. Pada abad ke-5 dalam literatur Eropa disebut Barus sebagai pelabuhan ekspor kamper.

Tempat ditemukan situs Kendal di dusun Boto Tumpang, desa Karangsari mengindikasikan situs ini tidak jauh dari sungai Kuto di sebelah barat sekitar 2 Km (sungai terbesar di kabupaten Kendal). Sungai besar lainnya berada di sebelah timur adalah sungai Bodri yang melewati kecamatan Patebon (dekat Kota Kendal). Secara geografis diantara dua sungai inilah situs Kendal berada. Jarak situs ke pantai sekitar 6 Km. Situs Kendal ini diduga pada zaman kuno tepat berada di mauara sungai Kuto. Dengan kata lain situs ini berada di pantai (sebagai sebuah kota pantai) seperti halnya situs (candi) Batujaya.

Catatan Desa Karangsari pada masa kini terdiri dari 4 dusun (dukuh). Di dusun Tarub ditemukan makam kuno yang berasal dari wilayah Arab, di susun Jrakah menjadi pusat pemerintahan desa yang mana di dusun ini terdapat peninggalan kebudayaan yang disebut dengan adat kalang yaitu suatu tradisi orang yang sudah meninggal upacara 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1000 hari. Di dukuh ini disebutkan masuknya Hindu. Dukuh Boto Tumpang terdapat situs prasejara sebelum abab ke-9 berupa situs candi Budha, yang diduga menjadi pusat study agama Budha di Asia Tenggara setelah Sriwijaya dan Tarumanegara yang diindikasikan adanya sebuah peninggalan berupa tempat peribadatan zaman Majapahit atau Mataram Kuno.dan kemungkinan situs ini ada hubungan erat dengan Kerajaan Kalingga.

Situs Kendal ini diduga kuat ada kaitannya dengan Kerajaan Kalingga (yang diduga di pelabuhan Pekalongan). Situs ini dengan Pekalongan tidak begitu jauh. Disebutkan Kerajaan Kalingga sudah eksis sejak abad ke-6 (era yang sama dengan Tarumanagara dan Kutai). Kerajaan Kalingga ini diduga kerajaan tertua di Jawa bagian tengah. Lantas pakah situs Kendal ini meerupakan ibu kota Kerajaan Kalingga. Kerajaan Kalingga disebutkan pernah ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 752,

Selain situs yang ditemukan di Kendal, ditemukan prasasti di desa Sojomerto, kecamatan Reban, kabupaten Batang. Prasasti ini beraksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta (Melayu Kuno) yang berasal dari abad ke-7. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Sailendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Medang yang berada di wilayah selatan pulau Jawa bagian tengah (Mataram Kuno).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Situs Demak: Awal Era Islam (Mataram Baru)

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar