Laman

Rabu, 10 Maret 2021

Sejarah Papua (14): Sejarah Salawati, Pulau di Raja Ampat, Papua; Pahlawan-Pahlawan Pemberani yang Terlupakan Tempo Doeloe

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Sejatinya pahlawan terdapat dimana-mana di seluruh Indonesia dan juga telah eksis sejak jaman lampau (pada era VOC-Belanda). Pahlawan-pahlawan tempo doeloe kurang terinformasikan. Oleh karena itu banyak pahlawan kurang dikenal dan kurang mendapat perhatian. Para pahlawan itu kemudian terlupakan begitu saja. Tapi sejarah tetaplah sejarah. Pahlawan masa lampau adalah representasi penduduk masa kini dimana para pahlawan itu lahir, dewasa dan berperang melawan asing. DalLantas apakah ada pahlawan dari (pulau) Salawati?

Salawati adalah salah satu dari empat pulau utama di Kepulauan Raja Ampat (kabupaten Raja Ampat) di Provinsi Papua Barat. Pulau-pulau utama lain dari kepulauan Raja Ampat adalah Misool, Batanta, dan Waigeo. Pulau Salawati kini terbagi ke dalam empat district. Distrik Salawati, Barat, Salawari Utara dan Salawati Tengah masuk wilayah Kabupaten Raja Ampat, sedangkan District Salawati Selatan masuk wilayah Kabupaten Sorong. Kampong besar (kota) di pulau Salawati tempo doeloe berada di Sailolof (distrik Salawati Selatan).

Lantas bagaimana sejarah Salawati? Seperti disebut di atas, mengapa pulau Salawati tidak untuk masuk kabupaten Raja Ampat? Lalu mengapa kota Salolof secara admnistratif masuk wilayah daratan? Tentu saja persoalan serupa ini tidak hanya di pulau Salawati. Hanya saja yang membedakan bahwa di masa lampau begitu kuat perlawanan penduduk melawan VOC Belanda? Bagaimana sejarahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Papua (13): Namatota Lakahia dan Penyebaran Islam di Papua; Menurut Ahli Sejarah Lama, Semuanya Ada Permulaan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Menurut ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Sejarah tidak berlangsung seketika dan dan sejarah tidak terbentuk sekaligis. Perjalanan sejarah awal berlangsung sangat pelan, meski demikian fakta dan datanya terakumulasi sedemikian rupa sebagaima dapat dibaca pada masa kini. Seperti di tempat lain, idem dito di wilayah Papua. Distribusi penduduk di berbagai pulau diperkaya dengan penyebaran penduduk. Dalam konteks inilah terjadi penyebaran budaya dan juga penyebaran agama, termasuk di wilayah Papua.

Sejarah penyebaran manusia sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lampau. Sudah banyak teori dan bukti yang menjelaskan ini. Yang jelas bahwa fakta yang dapat dibaca dan diperhatikan masa kini, bahwa garis penyebaran manusia awalnya mebentuk tiga garis (path) distribusi manusia berdasarkan ras (warna kulit): warna putih di utara di Eropa, warna hitam di selatan di Afrika dan warna kuning timur di Asia. Ras manusia ini beriteraksi sehingga melahirkan ras baru. Menurut ahli Belanda tempo doeloe ada garis continuum di zaman kuno dari barat (Sumatra) hingga timur (Papua) yang kemudian diperkaya dari India dan Tiongkok yang juga membawa kebudayaan baru (era Hindoe Boedha). Kebudayaan lama ini diperkaya lagi yang disusul kebudayaan selanjutnya dari Afrika Utara-Arab (Islam) yang disusul kemudian kebudayaan Eropa (Kristen).

Lantas bagaimana sejarah Namatota dan Lakahia di Papua? Seperti disebutkan di atas bawah di masa lampau telah terjadi penyebaran penduduk dan penyebaran budaya yang berasal dari arah barat ke timur. Lalu apa pentingnya dua nama pulau ini? Dua pulau ini terbilang pengaruh terjauh pada masa awal dari kepulauan Maluku. Dalam konteks inilah terjadi penyebaran budaya pertama di pantai barat Papua (Islam)--yang kemudian disusul Kristen di pantai utara Papua (yang akan dibuat artikel tersendiri). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.