Laman

Selasa, 01 November 2022

Sejarah Lampung (29): Nama Manggala di Daerah Aliran Sungai Tulang Bawang; Setua Zaman Apa Kota Manggala di Lampung?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini 

Nama Manggala tersembunyi di belakang nama Tulang Bawang. Itulah awal nama kota/kampong Manggala di daerah aliran sungai Tulang Bawang. Namun kini, nama Manggala lebih dikenal dari nama Tulang Bawang. Manggala menjadi nama kota dan Tulang Bawang menjadi nama sungai. Apakah di masa lampau, nama Manggala adalah nama Tulang Bawang? Setua zaman zpa kota Manggala di Lampung?


Menggala adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan pusat pemerintahan atau ibu kota dari Kabupaten Tulang Bawang, di provinsi Lampung. Pemukiman berada di tepi sungai sebelah Selatan dan Timur. Tahun 1900-an, daerah Menggala masih merupakan Afdeling Tulang Bawang, yang dipimpin oleh Seorang Asisten Residen, seorang Demang dan seorang Distrik. Afdeling Tulang Bawang terdiri dari dua Onder Afdelling, yakni pertama ialah Onder Afdelling Menggala, yang ibu Kotanya Menggala dan dipimpin seorang Demang, dan kedua ialah Onder Afdelling Tulang Bawang Udik, dengan ibu Kota Pakuan Ratu yang dipimpin seorang Demang. Pada tahun 1923, semua jabatan Asisten Residen dan juga Kepala Distrik dihapuskan. Tahun 1928, Pemerintah Belanda membentuk Marga-Marga, yang terdiri dari empat Marga yaitu: Marga Tegamoan, Marga Buai Bulan, Marga Suai Umpu Dan Marga Buai Aji. Masing-masing Marga tersebut dipimpin oleh Seorang Pesirah kecuali Marga Buai Bulan. Kemudian tahun 1952, Pemerintah Marga dihapuskan dan diganti dengan Pemerintah Negeri, yang dipimpin oleh seorang Kepala Negeri. Menggala pada saat itu masuk ke Negeri Tulang Bawang Ilir. Kepala Negeri Tulang Bawang Ilir pertama yaitu Burhanudin. Kemudian, sejak tahun 1972 jabatan Kepala Negeri dihapus, semua tugas Kenegerian dijalankan oleh seorang Camat, sehingga saat ini Menggala menjadi sebuah kecamatan. Kecamatan Menggala dibagi menjadi 9 kampung dan kelurahan, yaitu: Astra Ksetra, Tiuh Tohou, Kagungan Rahayu, Ujung Gunung Ilir, Bujung Tenuk, (kelurahan) Menggala Selatan, Ujung Gunung, Menggala Tengah dan Menggala Kota (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama kota Manggala di daerah aliran sungai Tulang Bawang? Seperti disebut di atas, sebelum nama Manggala dikenal yang lebih dikenal adalah nama Tulang Bawang. Nama Tulang Bawang kemudian teridentifikasi sebagai nama sungai. Lalu bagaimana dengan nama Manggala sendiri, setua zaman mana kota Manggala di Lampung? Lalu bagaimana sejarah nama kota Manggala di daerah aliran sungai Tulang Bawang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Lampung (28): Borne, Nama Kota Hilang di Selat Semangka; Benteng VOC di Benteng Semangka,Cikal Bakal Kota Agung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini 

Nama kota Borneh tidak ada dalam peta Lampung masa kini. Nama Borne adalah kota masa lampau pada era VOC/Belanda. Hal itulah mengapa nama tempat Borneh pada masa ini kurang dikenal di Lampung. Nama ini sudah lama hilang. Kelak nama yang muncul di kota Borneh ini adalah nama kampong (Pasar) Tanjungan. Nama Tanjungan sebelumnya disebut kampong Semangka yang sebelumnya bernama Borneh atau Borne.

 

Nama Kabupaten Tanggamus diambil dari nama Gunung Tanggamus yang berdiri tegak tepat di jantung Kabupaten Tanggamus. Sejarah perkembangan wilayah Tanggamus, menurut catatan yang ada pada tahun 1889 pada saat Belanda mulai masuk di Wilayah Kota Agung, yang ada pada saat itu pemerintahannya dipimpin oleh seorang Kontroller yang memerintah di Kota Agung. Pada waktu itu pemerintahan telah dilaksanakan oleh Pemerintah Adat yang terdiri dari 5 (lima) Marga yaitu: Marga Gunung Alip (Talang Padang), Marga Benawang; Marga Belunguh; Marga Pematang Sawa; Marga Ngarip. Masing-masing marga tersebut dipimpin oleh seorang Pasirah yang membawahi beberapa Kampung. Sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat adat di Kabupaten Tanggamus, pada tanggal 12 januari 2004 Kepala Adat Saibatin Marga Benawang merestui tegak berdirinya Marga Negara Batin, yang sebelumnya merupakan satu kesatuan adat dengan Marga Benawang. Pada tanggal 10 Maret 2004 di Pekon Negara Batin dinobatkan kepala adat Marga Negara Batin dengan gelar Suntan Batin Kamarullah Pemuka Raja Semaka V. Dengan berdirinya Marga Negara Batin tersebut, masyarakat adat pada tahun 1889 terdiri dari 5 marga, saat ini menjadi 6 marga, yaitu: Marga Gunung Alip (Talang Padang), Marga Benawang, Marga Belunguh, Marga Pematang Sawa, Marga Ngarip, Marga Negara Batin. Suku Lampung adalah suku mayoritas di kabupaten Tanggamus yang juga merupakan suku asli di provinsi Lampung, disusul oleh suku pendatang seperti Suku Jawa, Suku Bali, Suku Sunda, dan Minangkabau (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Borne, nama kota yang hilang di selat Semangka? Seperti disebut di atas, satu tempat terpenting di masa lalu di selat Semangka adalah kota/kampong Borneh. Tentu saja saat itu belum ada Kota Agung. Sebab yang ada adalah benteng Semangka, benteng VOC. Benteng VOC inilah yang menjadi cikal bakal Kota Agung. Kota/kampong berubah nama menjadi Pasar Tanjungan. Lalu bagaimana sejarah Borne, nama kota yang hilang di selat Semangka? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.