Laman

Senin, 09 Januari 2023

Sejarah Surakarta (26): CF Winter Sr, Ahli Bahasa Jawa di Soerakarta; Perkembangan Bahasa dan Aksara Jawa dari Masa ke Masa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Siapa CF Winter? Mungkin masih ada yang ingat Namanya tetapi lebih banyak yang melupakan atau tidak mengetahui sama sekali. Okelah. Sejarah tetaplah sejarah. Nama CF Winter haruslah dihubungkan dengan sejarah di Jawa, khusunya di Jogjakarta dan Soerakarta. Namun siapa CF Winter, sejauh ini kurang terinformasikan. Hanya diketahui sayup-sayup saja dan narasi sejarahnya terbilang masih minim.


Carel Frederik Winter, Sr. (1799-1859) atau lebih dikenal dengan C.F. Winter adalah linguis Hindia Belanda yang banyak bekerja sama dengan Ranggawarsita dalam menulis berbagai kitab pertama yang menghubungkan kesusasteraan Jawa dan Barat. Winter adalah seorang Indo yang ditugaskan untuk mendalami sastra Jawa oleh pemerintah kolonial. Pada gilirannya, ia bersahabat dengan Ranggawarsita, pujangga dari Keraton Surakarta Hadiningrat. Hubungan keduanya kemudian bersifat mutualis. Karya abadinya adalah Kawi-Javaansch woordenboek (Kamus Kawi-Jawa), yang versi terjemahan ke dalam bahasa Indonesianya diterbitkan tahun 1983 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah CF Winter Sr di Soerakarta, ahli bahasa Jawa? Seperti disebut di atas, nama CF Winter sangat penting dalam sejarah Jawa di Soerakarta, sebagaimana pada generasi berikutnya Dr Isaac Groneman di Jogjkarta. Dua nama ini, dengan menyebut secara khusus CF Winter dapat memahami lebihj lanjut perkembangan bahasa Jawa dan aksara Jawa masa ke masa. Lalu bagaimana sejarah CF Winter Sr di Soerakarta, ahli bahasa Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

CF Winter Sr di Soerakarta, Ahli Bahasa Jawa; Perkembangan Bahasa Jawa dan Aksara Jawa Masa ke Masa 

Pada tanggal 14 Januari 1859 diberitakan CF Winter Sr meninggal di Soerakarta (lihat Nederlandsch Indie, 01-04-1859). Disebutkan pada malam tanggal 13 sampai 14 dia terserang stroke saraf sekitar pukul 4 pagi yang kemudian mengakhiri hidupnya sekitar pukul 6 pagi. Meninggalnya CF Winter Sr yang tak terduga telah menyebabkan suasana di Soerakarta dalam duka yang mendalam dan akan terasa jauh melampaui batas.


Kami juga menerima sketsa singkat dari tentang yang terhormat tentang kehidupan praktisi bahasa Jawa yang layak ini. Bapak Winter lahir pada tanggal 5 Juli 1799 di Djokjokarta, dimana ayahnya menjabat sebagai penerjemah bahasa Jawa. Lalu dipindahkan ke Soerakarta dalam posisi yang sama pada tahun 1806. Sementara itu, ia memberikan pendidikan dasar kepada putranya, dan juga memastikan bahwa ia berlatih sebanyak mungkin dalam bahasa Jawa dan Melayu. Ini memungkinkan pada tahap awal membantu ayahnya dalam pekerjaan resminya, dan sebagai hasilnya, pada tahun 1818, dia secara khusus ditugaskan sebagai asisten penerjemah. Dia terus bekerja di jabatan itu, bahkan setelah ayahnya dipindahkan ke Samarang pada tahun 1819, sampai diangkat menjadi penerjemah bahasa Jawa pada tahun 1825, dengan penghasilan fl 200 sebulan. Dia juga ditugasi mengawasi kantor notaris, dan pada tahun 1827 dengan kegiatan pegawai negeri catatan sipil. Pada tahun 1834 ia ditugaskan untuk mengajar bagian praktis bahasa Jawa di institut di Soerakarta, tanpa mengesampingkan aktivitasnya sebagai penerjemah, namun sebagian darinya secara bertahap dapat ia pindahkan kepada putranya, CF Winter Jr.

CF Winter Sr lahir, besar dan meninggal di Jawa sebagai seorang Indo. CF Winter Sr yang lahir tahun 1799 masih pada era VOC. Pada fase akhir era VOC, dua wilayah pedalaman terpenting adalah wilayah Buitenzorg dan wilayah Soeracarta. Di Buitenzorg sudah sejak lama ada kasteel/villan Gubernur Jenderal (kini lokasi dimana Istana Bogor). Oleh karena itu wilayah Buitenzorg terhubung secara administrative dengan Batavia.  Sementara itu gubernur VOC di wilayah pantai timur Jawa yang berkedudukan di Semarang. Untuk di wilayah Soerakarta ditempatkan seorang pedagang VOC dengan jabatan Residen, Onderkoopman Jan Mattys van Rhyn (lihat Rotterdamse courant, 19-05-1770).


Pada masa Gubernur Jenderal Petrus Albertus van der Parra (1761-1775) tanah-tanah pertanian di wilayah Batavia dan sekitar hingga ke hulu sungai Tjiliwong sudah berkembang sebagai landrein (tanah partikelir). Lahan-lahan pertanian semakin berkembang ke arah timur Batavia seperti Bekasi dan Krawanng pada era Gubernur Jenderal Jeremias van Riemsdijk (1775-1777). Pada masa ini tanah-tanah partikelir juga sudah terbentuk di pantai utara Jawa (seperti Pekalongan dan sekitar) dan di pantai timur Jawa (seperti di Pasoeroean dan sekitar). Kehadiran Residen di Soerrakarta diduga kuat dalam hubungannya dengan perluasan pertanian ke wilayah pedalaman Jawa, suatu wilayah dimana jabatan administrative yang pertama elama era VOC di wilayah pedalaman (biasanya kedudukan pejabat berkedudukan di wilayah pantai).

Sejak adanya jabatan administrasi era VOC di pedalaman wilayah Jawa di Soeracarta, wilayah administrative Soeracarta dimana di Soerakarta berkedudukan residen juga meliputi wilayah Jogjakarta. Sebagaimana diketahui, di Soerakarta sudah sejak lama dibangun benteng VOC dan benteng pendukung di Salatiga dan di Klaten yang merupakan garis lurus dengan benteng utama di Semarang. Pada fase kehadiran residen di Soerakarta ini dimulai membangun benteng di Jogjakarta. Saat itu benteng masih bersifat multifungsi, termasuk kantor/rumah bagi pejabat VOC (dalam hal inilah munculnya asal muasal koloni).


Tidak seperti di wilayah-wilayah pantai, di wilayah pedalaman penguasaan para pedagang VOC dalam bahasa Melayu semakin tidak efektif karena bahasa Jawa diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu lalu kemudian ke bahasa Belanda. Boleh jadi untuk lebihj mengefektifkan secara administrasi, para pedagang VOC di pedalaman Jawa di Soerakarta dan Jogjakarta diperlukan orang Belanda sendiri yang mampu berbahasa Jawa.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Perkembangan Bahasa Jawa dan Aksara Jawa Masa ke Masa: Kontribusi CF Winter en Son

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar