Laman

Selasa, 28 Februari 2023

Sejarah Malang (14): Militer di Malang Era Pemerintah Hindia Belanda; Apa Keutamaan Batalion-Batalion di Wilayah Malang?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Penempatan pasukan, pendirian benteng dan garnisun militer (kini markas militer) memiliki sejarah panjang hingga ini hari. Hal itulah yang terjadi di Indonesia (baca: sejak era Pemerintah Hindia Belanda). Dalam hal ini mengapa militer di (wilayah) Malang menjadi penting, padahal lokasinya berada di wilayah pedalaman, di pegunungan. Dalam urusan ini apa perbedaannya dengan wilayah pedalaman lainnya seperti di Soerakarta dan Bandoeng.


Kampanye militer Kediri Ekspedisi Hurdt atau Ekspedisi Kediri) berlangsung dari bulan September hingga November 1678 semasa Pemberontakan Trunajaya. Pasukan Kesultanan Mataram yang dipimpin Amangkurat II dan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) yang dipimpin oleh Anthonio Hurdt berpawai menuju pedalaman Jawa bagian timur melawan pasukan Trunajaya. Kampanye militer ini mencapai puncaknya dengan direbutnya ibu kota dan benteng Trunajaya di Kediri pada tanggal 25 November, diikuti dengan penjarahannya oleh pemenang Belanda dan Jawa. Trunajaya sendiri melarikan diri dari Kediri dan melanjutkan pemberontakannya—yang kini sangat lemah—sampai penangkapannya pada akhir tahun 1679. Selama perjalanan menuju Kediri, tentara Mataram-VOC dengan sengaja memecah pasukannya menjadi beberapa barisan, yang mengambil rute panjang yang berbeda-beda menuju Kediri. Strategi ini disarankan oleh Amangkurat agar pasukan ini bertemu dengan lebih banyak orang dan agar mereka yang masih bimbang berpihak kepada siapa jadi bergabung dengan Mataram dan VOC setelah melihat kekuatan pasukan ini. Tentara tersebut berpawai melalui daerah yang sebelumnya belum dieksplorasi oleh Belanda, dan laporan Belanda dicatat dalam sebuah jurnal oleh sekretaris Hurdt, Johan Jurgen Briel. Literatur sejarah Jawa (babad) juga mencatat mengenai kampanye militer ini (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah militer di Malang era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas wilayah Malang berada di pedalaman, namun kedudukan militer menjadi penting pada era Pemerintah Hindia Belanda. Dalam hal ini apa yang menjadi keutamaan batalion-batalion militer di wilayah Malang? Lalu bagaimana sejarah militer di Malang era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (13): Pertanian di Wilayah Malang; Pengembangan Bentuk Perkebunan Plantation dan Onderneming di Pegunungan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Fakta wilayah Malang adalah wilayah yang subur. Ada gunung vulkanik yang sejak masa lampau di zaman kuno terbentuk kerajaan-kerajaan besar seperti Singosari. Dalam hal ini wilayah Malang adalah wilayah yang memiliki sejarah dalam peradaban, dalam perekonomi dan dalam hal ini dalam pertanian. Bagaimana dengan perkebunan sejak era VOC dan Pemerintah Hindia Belanda?


Kopi dan Gula: Perkebunan di Kawasan Regentschap Malang 1832-1942. R Reza Hudiyanto dalam jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 1 (2015). Abstract, Jawa sangat terkenal dengan kekayaan pertanian seperti kopi dan gula. Kondisi ini begitu dipahami oleh pemerintah. Di masa lalu, pemerintah kolonial mengeksploitasi tanah dan orang untuk bekerja di lahan tersebut. Salah satu dari wilayah yang sangat subur terletak di antara bukit antara gunung Bromo dan gunung Semeru, Malang. Perkebunan ini telah memiliki dampak berganda pada kehidupan sosial ekonomi. Tulisan ini akan mendeskripsikan keterkaitan antara perkebunan dan pertumbuhan Malang dari pertengahan abad ke-19 dan ke-20. Lebih lanjut, hal ini akan menyadarkan masyarakat bahwa aktivitas-aktivitas tersebut merupakan permulaan dari keterlibatan orang Jawa dalam pasar dunia. (http://journal2.um.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah pertanian di wilayah Malang? Seperti disebut di atas, wilayah Malang adalah wilayah subur di pegunungan dimana terdapat gunung-gunung vulkanik yang sejak masa lampau menjadi pusat peradaban dengan eksistensi pertanian. Dalam hal ini bagaimana pengembangan perkebunan plantation onderneming di wilayah pegunungan pada era VOC dan Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah pertanian di wilayah Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 27 Februari 2023

Sejarah Malang (12): Pendidikan di Malang, Sejak Kapan Bermula? Sekolah Eropa dan Sekolah Pemerintah bagi Penduduk Pribumi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Puncak perjalanan sejarah pendidikan di Malang pada masa ini adalah keunggulan Universitas Brawijaya dalam pencapaian status universita bermutu. Namun itu semua bermula di awal, sejak introduksi pendidikan modern (aksara Latin) dilakukan di Malang pada era Pemerintah Hindia Belanda. Pendidikan tidak hanya bagi anak-anak Eropa/Belanda tetapi juga kemudian anak-anak pribumi. Bagaimana hal itu berlangsung?


Universitas Brawijaya berkedudukan di Kota Malang. Semula berstatus swasta, dengan embrio sejak 1957, berupa Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi cabang Universitas Swasta Sawerigading, Makasar. Dalam suatu pertemuan di Balai Kota Malang pada tanggal 10 Mei 1957, tercetus gagasan untuk mendirikan sebuah Universitas kotapraja (Gemeentelijke Universiteit). Sebagai langkah pertama ke arah itu, dibentuk Yayasan Perguruan Tinggi Malang tanggal 28 Mei 1957, membuka Perguruan Tinggi Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (PTHPM) 1 Juli 1957. Mahasiswa dan dosen PTHPM terdiri dari bekas mahasiswa dan dosen Fakultas Hukum Universitas Sawerigading. Bersamaan dengan itu, pada tanggal 15 Agustus 1957 Yayasan Tinggi Ekonomi Malang mendirikan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM). Pada perkembangan berikutnya, DPRD Kotapraja Malang dengan keputusan 19 Juli 1958 mengakui PTHPM sebagai milik Kotapraja Malang. Pada Peringatan Dies Natalis IV Universitas Kotapraja Malang, nama universitas diganti menjadi Universitas Brawijaya. Selanjutnya 3 Oktober 1961 diadakan penggabungan antara Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang dilebur dengan membentuk baru Yayasan Universitas Malang. Singkatnya, setelah sejumlah fakultas dinegerikan maka dilakukan penegerian universitas (Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 196 Tahun 1963 yang berlaku sejak tanggal 5 Januari 1963). Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari lahir (Dies Natalis) Universitas Brawijaya (https://ub.ac.id/id/about/history/)

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di Malang, kapan bermula? Seperti disebut di atas, itu bermula sejak era Pemerintah Hindia Belanda. Tidak hanya penyelenggaraan sekolah Eropa juga sekolah pemerintah bagi penduduk pribumi. Lalu bagaimana sejarah pendidikan di Malang, kapan bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (11): Kesehatan, Dokter dan Rumah Sakit di Malang; Status Kesehatan Penduduk di Malang, Siapa Saiful Anwar?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Bagaimanapun status kesehatan masyarakat di (wilayah) Malang meningkat itu dimulai sejak cabang Pemerintah Hindia Belanda dibentuk di (wilayah) Malang. Dua elemen penting dalam upaya peningkatan status tersebut adalah kehadiran dokter, dan pembangunan fasilitas kesehatan. Dokter-dokter yang ada adalah dokter lulusan Belanda, lalu kemudian disusul dengan munculnya dokter-dokter pribumi apakah lulusan dalam negeri maupun luar negeri (terutama lulusan Belanda). Dalam hal ini siapa Dr. Saiful Anwar yang Namanya ditabalkan menjadi nama RSUD di Malang.


Sejarah Singkat RSUD Dr. Saiful Anwar. Sebelum perang dunia ke II, RSUD Dr. Saiful Anwar (pada waktu itu bernama Rumah Sakit Celaket), merupakan rumah sakit militer KNIL, yang pada pendudukan Jepang diambil alih oleh Jepang dan tetap digunakan sebagai rumah sakit militer. Pada saat perang kemerdekaan RI, Rumah Sakit Celaket dipakai sebagai rumah sakit tentara, sementara untuk umum digunakan Rumah Sakit Sukun yang ada dibawah Kotapraja Malang pada saat itu. Tahun 1947 (saat perang dunia ke II), karena keadaan bangunan yang lebih baik dan lebih muda, serta untuk kepentingan strategi militer, rumah sakit Sukun diambil alih oleh tentara pendudukan dan dijadikan rumah sakit militer, sedangkan Rumah Sakit Celaket dijadikan rumah sakit umum. Pada tanggal 14 September 1963, Yayasan Perguruan Tinggi Jawa Timur / IDI membuka Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dan memakai Rumah Sakit Celaket sebagai tempat praktek (Program Kerjasama STKM-RS Celaket tanggal 23 Agustus 1969). Tanggal 2 Januari 1974, dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI N0. 001/0/1974, Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dijadikan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, dengan Rumah Sakit Celaket sebagai tempat praktek. (https://rsusaifulanwar.jatimprov.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah kesehatan, dokter dan rumah sakit di Malang? Seperti disebut di atas, itu semua bermula pada era Pemerintah Hindia Belanda. Dalam upaya peningkatan status kesehatan penduduk Malang dalam perkembangannya semakin dibuttuhkan dokter-dokter pribumi. Siapa Saiful Anwar? Lalu bagaimana sejarah kesehatan, dokter dan rumah sakit di Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 26 Februari 2023

Sejarah Malang (10): Tata Kota Malang Era Pemerintah Hindia Belanda Merujuk Sungai Brantas; Kota Lama Dulu - Kota Baru Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Apa itu tata kota? Yang jelas bukan tata buku di dalam system library atau dalam system akuntansi. Meski begitu, semuanya menggunakan gagasan tata, menata atau tertata. Kata lain untuk tata adalah kelola. Ilmu yang mempelajari tata/Kelola ini adalah manajemen (PIE: planning, implementation, evaluation). Okelah. Bagaimana dengan tata kota Malang dari masa ke masa? Boleh jadi tidak ada yang peduli. Mari kita telusuri.


Menilik Tata Kota Malang yang Terbaik di Hindia Belanda. Republika. Jumat 07 Aug 2020. Perencanaan Kota Malang masa Hindia Belanda sempat dipuji. Tata kota menghabiskan waktu bertahun-tahun. "Kota Malang bersama Semarang diajukan ke Paris sebagai kota yang perencanaan sangat bagus" kata Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Kristen Petra Surabaya, Handinoto. Perencanaan tata Kota Malang peranan arsitek Herman Thomas Karsten. Sebagian besar tata kota di Hindia Belanda merupakan hasil dari jerih payahnya. Karsten selalu pergi dari kota ke kota lain untuk komandai hampir seluruh kota termasuk Kota Malang," jelas penulis buku Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang. Karsten mengembangkan Malang dari wilayah Klojen Lor (sekarang area RS Saiful Anwar), sebelumnya terdapat benteng sejak zaman VOC. Kemudian daerah ini berkembang menjadi pemukiman Belanda Tahapan selanjutnya, Karsten fokus mengembangkan pembangunan di alun-alun Kota Malang dan sekitarnya. Setelah abad 20, banyak warga Eropa berpindah di Kota Malang. Karsten mengubah tata kota Malang lebih baru lagi. Ia ingin mendirikan pusat kota baru yang kemudian dibangun alun-alun bundar di dekat gedung Balai Kota Malang. Karsten meletakan perumahan modern khusus masyarakat Eropa dengan gaya arsitektur tinggi di jalan utama, Ijen Boulevard. Saat ini wilayah tersebut masih menjadi kawasan elit di Kota Malang. Perkembangan perencanaan kota Malang dari tahap satu sampai delapan sudah lengkap 1937. Semuanya telah direncanakan dengan standarisasi yang tinggi. Bahkan, peraturan tata Kota Malang disebut menjadi yang terbaik di Hindia Belanda. (https://news.republika.co.id/)

Lantas bagaimana sejarah tata kota Malang era pemerintah Hindia Belanda merujuk sungai Brantas? Seperti disebut di atas, kota Malang disebut pernah menjadi kota tertata baik pada era Pemerintah Hindia Belanda. Bagaimana bisa? Kota lama dan kota baru. Lalu bagaimana sejarah tata kota Malang era pemerintah Hindia Belanda merujuk sungai Brantas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (9): Pembangunan Jalan di Malang dan Jalan Antar Kota; Munculnya Gagasan Pembangunan Jalur Kereta Api


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Jaringan jalan kota di Kota Malang yang sekarang adalah satu hal. Sedangkan jaringan jalan antar kota dari dan ke Malang adalah hal yang lain. Kota Malang yang sekarang diduga pada masa lampau bermula dari lalu lintas air yang berpusat di sungai Brantas. Dalam perkembangannya, jaringan jalan darat terhubung dengan lalu lintas sungai, yang kemudian jaringan jalan darat menggantikan lalu lintas transportasi air.


Sejarah Jalan Ijen Boulevard, Kawasan Elit dan Heritage. Tugumalang.id. Jalan Ijen menjadi salah satu jalan utama di Kota Malang. Jalan ini menjadi salah satu sebab Kota Malang sebagai kota yang indah dan cantik. Selain itu, jalan Ijen juga menjadi ikon bersejarah di Kota Malang. Terdapat bangunan-bangunan kuno peninggalan masa Hindia Belanda seperti perumahan berbentuk vila dan gereja. Sebagian bangunan masih ada mempertahankan bentuk aslinya. Kawasan Jalan Ijen dibangun oleh seorang arsitek Belanda yang cukup ternama, Ir Herman Thomas Karsten. Pembangunan wilayah ini dilakukan oleh Karsten tahun 1935 dengan perencanaan tata kota yang sesuai sampai tahun 1960. Jalan Ijen merupakan tahapan pembangunan yang ke-5. Pembangunan dimulai dari perempatan Bareng (jalan Kawi hingga ke Gereja Katedral). Pada pembangunan tahap ke-7, jalan Ijen dikembangkan mulai dari Gereja Katedral hingga ke perempatan Lonceng di Jalan Bandung. Sejak saat itu, dua tahapan pembangunan itu menjadi satu kesatuan. Dengan memperhatikan keindahan serta konektivitas dengan bagian yang lain di kota, Karsten merancang jalan Ijen sebagai daerah perumahan mewah. Bentuk jalannya dibuat boulevard, jalan kembar dengan pembatas berupa taman di bagian tengah. Di sebelah kanan dan kiri juga diberi pohon palem untuk mempercantik penampilan jalan. Selain itu terdapat berbagai peninggalan yang menunjukkan bahwa Ijen merupakan kawasan elit dan menjadi kota mandiri di masanya. Salah satunya adalah adanya bekas rumah listrik milik perusahaan Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatchappij (Aniem) yang berada di ujung selatan Jalan Ijen. (https://tugumalang.id/)

Lantas bagaimana sejarah pembangunan jalan di Malang dan jalan antar kota? Seperti disebut di atas, jaringan jalan kota di Malang bermula dari lalu lintas air/sungai. Pembangunan jalan menjadi fungsi pengganti transportasi air. Bagaimana pun pembangunan jalan antar kota menjadi pemicu munculnya gagasan pembangunan jalur kereta api. Lalu bagaimana sejarah pembangunan jalan di Malang dan jalan antar kota? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 25 Februari 2023

Sejarah Malang (8): Nama-Nama Kampong Tua di Malang; Ada Nama Berasal Zaman Kuno,Ada Nama Baru Masa Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Apalah arti sebuah nama bagi William, Shakespeare. Namun untuk nama suatu kampong dapat memiliki arti apakah sudah tua atau baru. Nama tempat, dalam hal ini nama kampong bersifat diwariskan. Diantara nama-nama tempat, khususnya suatu kampong tempo doeloe ada yang berasal dari zaman kuno. Nama-nama kampong mana di kota Malang yang berasal dari masa lampau tentu saja menjadi menarik perhatian.


Menguak Kisah Desa Gadang Berusia 638 Tahun di Kota Malang. Travel.detik.com. 29 Januari 2023. Jakarta - Penelitian mengungkap riwayat desa Gadang di Kota Malang. Desa ini rupanya sudah eksis sejak zaman kerajaan. Desa Gadang bagian kecamatan Sukun. Sebelum 1987, wilayah Gadang merupakan 'kelurahan' dari kecamatan Kedung Kandang. Dalam Staatblad No. 120 April 1883, desa Gadang masuk district Malang Afdeeling Malang, Residenti Pasuruan. Tahun 1911, desa Gadang tercatat sebagai onderdistrict di district Malang. Nama Gadang sendiri tertulis dalam Prasasti Pamotoh (1198). Pada waktu itu desa Gadang masuk dalam 'wisaya' (wilayah semacam kadipaten) Kanuruhan. Menurut Suwardono, desa Gadang dari prasasti Gadang tahun 1307 Saka. Isi Prasasti Gadang berkenaan dengan penganugerahan tanah sÄ«ma di desa Gadang. Anugerah tanah sÄ«ma di Gadang diberikan kepada tokoh bernama Dhapunta Bulanawijaya guna kelangsungan bangunan suci candi. Peristiwa itu dinyatakan dalam prasasti Gadang bertarih 3 kresnapaksa hari Was Kaliwuan Soma wuku Wuyai bintang yoga Wrdhi tahun 1307 Åšaka (Senin Kliwon 24 Juli 1385). Bukti ini didukung laporan Maurenbrecher yang dimuat dalam Oudheidkundig Verslag tahun 1923 dan laporan Crucq dalam Oudheidkundig Verslag tahun 1929 tentang batu-batu candi di punden makam 'Mbah Djosari' yang kini terdapat di makam lama Jl Gadang Gg VI (https://travel.detik.com/travel-news/)

Lantas bagaimana sejarah nama-nama kampong tua di Malang? Seperti disebut di atas, sebagaimana di tempat lain, di kota Malang sudah tentu ada nama kampong lama. Hanya saja seberapa tua. Dalam hal ini nama kmpong tua di Malang boleh jadi ada yang memiliki hubungan dengan nama-nama kampong tua di tempat lain, tidak hanya di Jawa, tetapi juga di pulau lain nun jauh di Sumatra. Lalu bagaimana sejarah nama-nama kampong tua di Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (7): Populasi Penduduk di Malang Doeloe, Melting Pot; Orang Madura dan Orang Jawa di Malang pada Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Populasi penduduk Kota Malang masa ini berdasarkan SP-2020 sebanyak 843.810 Jiwa. Banyak memang. Akan tetapi itu bermula dar jumlah yang sedikit. Populasi penduduk kota Malang telah meningkat dari masa ke masa, bahkan telah dimulai sebelum era Pemerintah Hindia Belanda. Salah satu elemen populasi dari awal di wilayah Malang berasal dari pulau Madura atau wilayah pantai dimana komunitas penduduk Madura berada.


Sebagian besar penduduk Kota Malang berasal dari suku Jawa. Namun, jika dibanding dengan masyarakat Jawa pada umumnya, suku Jawa di Malang memiliki temperamen yang sedikit lebih keras dan egaliter. Terdapat pula sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura, Arab, Tionghoa, dan lain-lain. Agama mayoritas di Kota Malang adalah Islam, diikuti dengan Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak zaman dahulu antara lain Masjid Agung Jami' Kota Malang, Gereja Hati Kudus Yesus, Katedral Ijen (Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel), Klenteng Eng An Kiong di Kotalama dan sebuah pura di Puncak Buring. Meskipun Islam adalah agama mayoritas, Kota Malang menjadi salah satu kota yang memiliki jumlah penduduk Kristen terbesar di Jawa Timur. Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan karena memiliki banyak pesantren dan pusat pendidikan Kristen. Salah satu pesantren yang terkenal ialah Pondok Pesantren Al Hikam. Ada pula pusat pendidikan Kristen berupa Seminari Alkitab, Seminari Alkitab Asia Tenggara yang berdiri di Malang pada 1954. Kota Malang dikenal sebagai kota yang toleransi antaragamanya tinggi. Keberadaan Masjid Jami' dan Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Immanuel di Kota Malang menarik. Dua tempat ibadah itu bersebelahan dan seolah menjadi simbol toleransi masyarakat di Kota Malang. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi di Kota Malang, seperti Indonesia. Namun, bahasa Jawa dengan dialek Jawa Timuran merupakan bahasa sehari-hari masyarakat Malang. Kalangan minoritas suku Madura menuturkan bahasa Madura. Malang dikenal memiliki dialek khas yang disebut boso Walikan (osob Kiwalan), yaitu cara pengucapan kata secara terbalik, misalnya Malang menjadi Ngalam (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah populasi penduduk Malang, melting pot masa lalu hingga Malang masa kini? Seperti disebut di atas, keberadaan orang Madura sudah diketahui sejak lama di Malang. Dalam perkembangannya kota Malang menjadi kota melting pot, tidak hanya orang Madura dan orang Jawa. Lalu bagaimana sejarah populasi penduduk Malang, melting pot masa lalu hingga Malang masa kini? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 24 Februari 2023

Sejarah Malang (6): Dr Sjoeib Proehoeman PhD di Malang dan Pentingnya Persatuan di Malang; Radjamin Nasoetion di Soerabaja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Siapa Sjoeib Proehoeman? Sejarahnya nyaris terlupakan. Apa hubungan Dr Sjoeib Proehoeman PhD dengan wilayah Malang dan kota Malang? Nyaris tidak ditemukan dalam narasi sejarah Malang. Sangat malang. Sjoeib Proehoeman bukanlah orang biasa, tetapi orang yang sederhana namun memiliki semangat luar biasa. Pada usia tinggi Sjoeib Proehoeman masih bermain sepak bola. Nama Sjoeib Proehoeman disebut dalam buku ‘Orang Indonesia jang Terkemoeka di Djawa (1943) dan buku ‘Di Negeri Penjajah: Orang Indonesia di Negeri Belanda, 1600-1950 (terbit 2008). Namun itu tetap tidak cukup. Okelah. Mari kita deskripsikan.


Rumah Sakit Lavalette Malang Pada Masa Hindia-Belanda Hingga Kini. Dioramalang.com, 12 September 2020. Kota Malang yang memiliki sejuta sejarah ini tidak hanya terdapat pada sebuah peninggalan milik Kerajaan Singasari maupun Majapahit. Namun di Kota Malang juga terdapat berbagai bangunan yang juga memiliki sejuta kisah dan sejarah di dalamnya. Bangunan milik kolonial Belanda pada masa itu, hingga kini masih berfungsi dengan baik. Bangunan yang dulu hingga kini tetap berdiri dan berfungsi tersebut digunakan untuk rumah sakit. Rumah sakit yang dikenal oleh masyarakat Malang dengan nama Lavalette tersebut sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Bahkan pendiri rumah sakit tersebut juga merupakan seorang dokter dari Belanda. Keberadaannya pun hingga saat ini masih tetap bertahan dan tidak dialihfungsikan. Namun dalam sejarahnya, Rumah Sakit Lavalette ini pernah mengalami keterpurukan yang mengharuskan sebagian bangunannya dialihfungsikan. Terlepas dari hal tersebut Rumah Sakit Lavalette mampu melewati masa keterpurukan tersebut, hingga saat ini masih digunakan sebagai layanan kesehatan masyarakat yang terpercaya (https://dioramalang.com/2020/09/12/)

Lantas bagaimana sejarah Dr Sjoeib Proehoeman PhD di Malang dan pentingnya persatuan di wilayah Malang? Seperti disebut di atas, nama Sjoeib Proehoeman nyaris tidak mendapat tempat dalam narasi sejarah Indonesia masa kini. Mengapa? Boleh jadi karena juga Namanya tidak terinformasikan di Malang. Setali tiga uang dengan Radjamin Nasoetion di Soerabaja. Hanya nama Ucok AKA yang dikenal. Lalu bagaimana sejarah Dr Sjoeib Proehoeman PhD di Malang dan pentingnya persatuan di wilayah Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (5): Gemeente Kota Malang dan Gemeenteraad; Peta Dewan di Hindia Belanda dan Burgemeester MCH Anderman


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Malang, dalam sejarah berpusat di kota (gemeente) Malang. Ini mirip wilayah Soerabaja berpusat di kota (gemeente) Soerabaja. Seiring dengan pembentukan provinsi di (pulau) Jawa pada tahun 1921 yang terdiri dari provice West Java, Midden Java dan Oost Java. Ibu kota province ditetapkan di Batavia, province Midden Java di Semarang dan provinsi Oost Java di Soerabaja. Dalam konteks ini gubernur province Oost Java di Soerabaja. Sementara di berbagai kota terdapat Residen, Asisten Residen dan wali kota (Burgemeester), dimana dalam hal ini burgemeester Malang di Malang yang didukung dewan kota (gemeenteraad).


Daftar wali kota masa ke masa di Kota Malang. 1919-1929 HI Bussemaker; 1929-1933 Ir. Voorneman; 1933-1936 Ir. Lakemar; 1936-1942 JH Boerstra; 1942-1945; caretaker IRAA. Sam dan Mr. Soewarso Tirtowijogo; 1945-1958 M. Sardjono Wiryohardjono; 1958-1966 Koesno Soeroatmodjo; 1966-1968 Kol. M. Ng Soedarto (caretaker); 1968-1973 Kol. R. Indra Soedarmadji; 1973-1983 Kol. Soegiyono; 1983-1983; Drs. Soeprapto; 1983-1988 dr. H Tom Uripan N, SH; 1988-1998 H. M. Soesamto; 1998-2003 Kol. Inf. H Suyitno; 2003-2013 Drs. Peni Suparto, MAP; 2013-2018 H. Moch. Anton; 2018-sekarang Drs H Sutiaji (https://malangkota.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah gemeente (kota) Malang dan dewan kota (Gemeenteraad) Malang? Seperti disebut di atas, kota Malang menjadi tempat paling penting dan paling strategis di wilayah Malang. Dalam hal ini posisi wali kota (burgemeester) dan dewan kota (gemeenteraad) menjadi penting. Lalu bagaimana sejarah gemeente (kota) Malang dan dewan kota (Gemeenteraad) Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 23 Februari 2023

Sejarah Malang (4): Pemerintahan Selama Era Pemerintah Hindia Belanda; Bagaimana Pendudukan Inggris di P Jawa (1811-1816)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana pemerintahan selama era Pemerintah Hindia Belanda di (wilayah) Malang? Tampaknya kurang terinformasikan. Yang sudah mulai terinformasikan hanya sebatas pemerintah di Kota Malang, sejak dijadikan sebagai kota (gemeente) pada tahun 1914. Okelah. Mari kita pelajari lebih lanjut.


Kota Malang seperti kota-kota lain di Indonesia pada umumnya baru tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda dipusatkan di sekitar Kali Brantas. Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen. Pada Tahun 1879, di Kota Malang mulai beroperasi kereta api dan sejak itu Kota Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan masyarakat semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri. Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus berlangsung dan kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat terbatas. Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat kota didirikan dan kota didirikan alun-alun dibangun. Tanggal 1 April 1914 Malang ditetapkan sebagai Kotapraja dan dan tanggal 8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang (https://malangkota.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah pemerintahan selama era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, sejarah pemerintahan di (wilayah) Malang kurang terinformasikan. Lalu bagaimana sejarah pemerintahan selama era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (3): Wilayah Malang Era Mataram dan Selama Era VOC; Apa Potensi Perdagangan Wilayah Gunung di Malang?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Malang adalah wilayah yang belum lama dikenal. Tuban, Sidaju, Soerabaja dan Pasoeoroan di wilayah pantai sudah lebih dahulu dikenal. Hal serupa juga dengan Bandoeng yang belum lama dikenal. Yang dikenal lebih awal adalah Batavia, Karawang dan Indramajoe. Wilayah pedalaman yang dapat dikatakan sudah dikenal sejak awal adalah Mataram dimana salah satu kraton terdapat di Kartosoera.


Sebelum mulai dibangun, Malang adalah daerah pegunungan liar yang masih jarang penduduknya. Namun beberapa orang yang tidak suka dengan VOC dan Mataram lari dan mendiami daerah ini. Nama Malang sudah dikenal sejak tahun 1710 yang berarti “melintang”. Kerajaan Mataram sendiri tidak pernah bisa memerintah wilayah ini karena banyaknya oposisi dan kerajaan yang semakin lemah karena perpecahan. Banyaknya pemberontak yang bersembunyi di Malang tentu akhirnya membuat VOC geram. Akhirnya dengan pasukan gabungan dari VOC dan sekutunya, menyerang Malang. Sejak tahun 1716, VOC kemudian menguasai Malang dan kemudian mendirikan benteng di wilayah yang sekarang telah menjadi rumah sakit Celaket atau Rumah Sakit Saiful Anwar. (https://www.boombastis.com/sejarah-kota-malang/)

Lantas bagaimana sejarah wilayah Malang pada era Mataram dan selama era VOC? Seperti disebut di atas, wilayah Malang adalah wilayah yang belum lama dikenal, relative terhadap kota-kota di wilayah pantai. Wilayah Mataram sudah sejak awal dikenal. Lalu bagaimana sejarah wilayah Malang pada era Mataram dan selama era VOC? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 22 Februari 2023

Sejarah Malang (2): Geomorfologis Malang Kota; Malang Wilayah Gunung, Mojokerto, Soerabaja dan Pasoeroean di Wilayah Pantai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Kota Malang disebut wilayah cekungan yang berada di ketinggin. Ini mirip dengan cekungan Bandoeng. Ada yang menyebut cekungan Bandung adalah eks danau purba di pegunungan. Bagaimana dengan cekuangan Malang. Secara geomorfologis wilayah kota Bandung adalah satu hal, wilayah kota Malang hal lain lagi. Bagaimana dengan kota Mojokerto sendiri?   


Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa Prasejarah. Banyaknya sungai mengalir membuat wilayah Malang menjadi kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan Tlogomas merupakan kawasan pemukiman prasejarah. Terdapat berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan bekas saluran drainase. Kota Malang terletak di tengah-tengah kabupaten Malang. Bagian selatan Kota Malang dataran tinggi cukup luas; bagian utara dataran tinggi yang subur; bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan kurang subur; dan bagian barat merupakan dataran tinggi yang luas dan kini menjadi daerah pendidikan. Kota Malang dilalui oleh sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo, yaitu Sungai Brantas yang mata airnya terletak di lereng Gunung Arjuno di sebelah barat laut kota. Sungai kedua terpanjang di Malang adalah Sungai Metro yang melalui Kota Malang. Kota Malang terletak di dataran tinggi. Kota ini terletak pada ketinggian antara 440—667 M dpl. Titik tertinggi kota ini berada di CitraGarden City Malang, sebuah kota mandiri, sedangkan wilayah terendah Kota Malang berada di kawasan Dieng. Kota Malang dikelilingi oleh beberapa gunung serta pegunungan. Kota ini dikelilingi oleh Gunung Arjuno di sebelah utara; Gunung Semeru dan Gunung Bromo di sebelah timur; Gunung Kawi dan Gunung Panderman di sebelah barat. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah geomorfologis kota Malang? Seperti disebut di atas, Malang berada di wilayah gunung, sementara Mojokerto, Soerabaja dan Pasoeroean berada di wilayah pantai. Bagaimana kaitannya? Lalu bagaimana sejarah geomorfologis kota Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (1): Asal Usul Malang Sejak Kerajaan Kanjuruhan; Wilayah Malang dari Masa ke Masa Statusnya Menjadi Kota 1914


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Kanjuruhan, kerajaan era Hindoe Boedha di Jawa bagian timur. Kerajaan ini disebut pusatnya berada di dekat Kota Malang sekarang. Kanjuruhan diduga telah berdiri pada abad ke-8. Dalam prasasti Dinoyo, rajanya disebut Gajayana. Wilayah Malang berpusat di Kota Malang, yang statusnya menjadi kota pada tahun 1914.


Malang, sebuah kota terletak di provinsi Jawa Timur. Kota ini didirikan masa Pemerintahan Belanda 1 April 1914, EK Broeveldt sebagai wali kota pertama. Kota ini menyimpan peninggalan masa Kerajaan Kanjuruhan hingga Belanda. Asal usul penamaan Malang sampai sekarang masih diperdebatkan oleh para ahli sejarah. Nama "Malang" muncul pertama kali pada Prasasti Pamotoh/Ukirnegara (1120 Saka/1198 Masehi) yang ditemukan pada tanggal 11 Januari 1975 oleh seorang administrator perkebunan Bantaran di Wlingi, Kabupaten Blitar. Dalam prasasti tembaga tersebut, tertulis salah satu bagiannya (dengan terjemahannya sebagai berikut) sebagai berikut. ...taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I...(di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang, bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu…). Malang merujuk sebuah daerah di timur Gunung Kawi. Meskipun telah diketahui bahwa penggunaan Malang setidaknya telah berlangsung sejak abad ke-12 Masehi, tidak bisa dipastikan asal mula penamaan wilayahnya. Munculnya Kerajaan Kanjuruhan oleh para ahli dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan sampai saat ini. Oleh karena itu, kerajaan tersebut dianggap sebagai cikal bakal kota ini. Setelah kerajaan Kanjuruhan, pada masa emas kerajaan Singhasari di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur. Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Sultan Mataram berhasil menaklukkan daerah ini tahun 1614 (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah asal usul Malang, sejak Kerajaan Kanjuruhan? Seperti disebut di atas, wilayah Malang bermula dari adanya kerjaan era Hindoe Boedha Kanjuruhan. Wilayah Malang telah melampaui masa ke masa dan statusnya menjadi kota tahun 1914. Lalu bagaimana sejarah asal usul Malang, sejak Kerajaan Kanjuruhan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 21 Februari 2023

Sejarah Pers di Indonesia (32):Buku Silsilah Jurnalis Indonesia Asal Padang Sidempuan, Tapanuli; Dja Endar Moeda - Mochtar Lubis


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini

Kota Padang Sidempuan adalah kota terpencil di pedalaman (pulau) Sumatra. Begitu jauh jarak kota Padang, kota Jakarta dan kota Medan, apalagi kota Bandung, Semarang dan Surabaya dari kota Padang Sidempuan. Meski begitu, orang Padang Sidempuan tidak terlalu berkecil hati untuk merantau, meski jauh ke kota-kota tersebut. Ada adagium kuno di wilayah Angkola Mandailing, semakin jauh semakin baik, karena Anda tidak akan kembali. Adagium ini diperkaya dengan pepatah baru: ‘Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Disitu Anda bermasalah, disitu Anda berjuang mengatasi masalah. Oleh karena itu perantau Angkola Mandailing membawa asset dalam merantau dan membangun asetnya di tempat tujuan. Hal itulah mengapa orang asal (diaspora) Angkola Mandailing nasionalis banget dan Indonesia bangat. Seperti Soekarno, orang Angkola Mandailing tidak melihat lagi dari mana dia berasal, tetapi apa yang bisa dilakukannya di tempat tujuan untuk tujuan nasional.


Silsilah jurnalis Indonesia asal Afdeeling Padang Sidempoean (sebelumnya Bernama Afdeeling Angkola Mandailing), Residentie Tapanoeli bukan dongeng, tetapi fakta sejarah yang datanya dapat ditrace ke sumber data sejaman, seperti surat kabar dan majalah. Daftar nama-nama para jurnalis asal Padang Sidempuan seluas afdeeling (kini seluas kabupaten) begitu banyak untuk disebut satu per satu. Namun ada benang merah antara satu yang terdahulu dengan satu yang lain yang muncul pada masa-masa selanjutnya. Mereka yang terdaftar ini dalam daftar jurnalis nasional Indonesia, tidak hanya generasi awal pers nasional tetapi juga memainkan peran sangat penting setiap fase dalam perjalanan bangsa Indonesia. Dalam artikel ini hanya dibatasi pada garis continuum sejarah pers Indonesia dari Dja Endar Moeda (De Pionier), Parada Harahap (The King of Java Press) hingga Mochtar Lubis (The Last Mochican og Indonesia Press). Namun sangat disayangkan mereka semua hanya disebut sayup-sayup dalam buku tebal narasi sejarah pers Indonesia masa kini, fakta bahwa mereka jika disatukan ibarat sebuah pohon narasi sejarah pers Indonesia, mereka adalah batang dari akar hingga tajuk dimana cabang dan ranting serta daun terbentuk. Kita tidak berbicara lagi propaganda narasi sejarah, tetapi membicarakan sejarah. Sejarah adalah narasi fakta dan data. Propaganda narasi sejarah itu bukan berarti tidak penting, tetapi tidak akan menyelesaikan masalah fakta sejarahnya dalam susunan narasi sejarah pers Indonesia yang sebenarnya. Daftar silsilah jurnalis Indonesia asal afdeeling Padang Sidempoean ini hanya semata-mata untuk menunjukkan fakta sejarah pers Indonesia saja. Hanya itu, tidak lebih dari itu.

Lantas bagaimana sejarah silsilah jurnalis Indonesia asal Padang Sidempuan, Tapanuli? Seperti disebut di atas, sejarah tokoh pers Indonesia asal Padang Sidempuan selain kurang terinformasikan juga terkesan diketepikan. Dalam dunia teknologi data informasi sekarang, propaganda narasi sejarah akan tereliminasi sendiri dengan semakin terbukanya sumber-sumber sejarah. Silsilah jurnalis Indonesia asal Padang Sidempuan ini disusun bukan untuk mengedepankan, tetapi untuk menunjukkan kontribusi mereka sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam narasi sejarah pers nasional Indonesia. Lalu bagaimana sejarah silsilah jurnalis Indonesia asal Padang Sidempuan, Tapanuli? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Pers di Indonesia (31): Bapak Pers di Indonesia: Dja Endar Moeda, Kakek Pers Nasional dan Sang Cucu, Parada Harahap


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini

Artikel ini tidak sedang menggugat siapa yang dijadikan sebagai Bapak Pers Nasional, tetapi hanya secara epistemologi, siapa sejatinya yang menjadi kakek pers nasional dan siapa sesungguhnya yang menjadi cucu pers Indonesia. Belum lama ini, dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional di Medan, dari aspek sejarah, satu, yang utama mengemuka soal nama Dja Endar Moeda. Saya pernah menulis isu tersebut beberapa tahun lalu dengan judul: ‘Bapak Pers Indonesia: Dja Endar Moeda, Kakek Pers Nasional dan Parada Harahap, Cucu Pers Nasional’ (lihat http://akhirmh.blogspot.com/2015/06/bapak-pers-indonesia-dja-endar-moeda.html).


Siapa Dja Endar Moeda tidak ada yang mengetahui hingga Basyral Hamidy Harahap mengapungkannya ke public. Saya kenal Basyral Hamidy Harahap sejak 1983. Saya waktu itu masih mahasiswa, sebagai sekretaris Halal bi Halan Masyarakat Tapanuli Selatan di Bogor. Untuk itu bersama ketua Hamizul Qubbis Harahap untuk mengisi acara pokok, kami mengundang Basyral Hamidy Harahap sebagai pembicara. Topik yang disampaikan dalam bentuk makalah berjudul: Sejarah Pendidikan dan Willem Iskander. Pada tahun 1991 ketika saya bekerja di Jakarta berkunjung ke rumahnya di Rawamangun bersama Amri Zuhdi yang masih ada hubungan saudara dengan beliau. Basyral Hamidy Harahap yang bekerja di KITLV Jakarta menceritakan, setelah menulis sejarah Willem Iskanden, tengah menulis sejarah Dja Endar Moeda dan Soetan Casajangan. Pada tahun 2013 saya mendapat no hp dari Amri Zuhdi Siregar, lalu saya coba menghubungi beliau Basyral Hamidy Harahap dan mengatakan saya tertarik menulis sejarah Soetan Casajangan Soripada? Keinginan itu muncul setelah saya membaca tulisan Harry A. Poeze. Oleh karena Bang Basyral tetap akan menulisnya, saya alihkan perhatian untuk menggali sejarah Parada Harahap. Dalam upaya memahami sejarah Parada Harahap inilah saya menemukan garis continuum sejarah pers mulai dari Dja Endar Moeda (Padang), Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan (Leiden) dan Parada Harahap (Batavia).

Lantas bagaimana sejarah bapak pers Indonesia? Seperti disebut di atas, kita tidak sedang mempersoalkan siapa yang menjadi bapak pers nasional tetapi untuk sekadar mengingatkan bahwa kakek pers nasional adalah Dja Endar Moeda dan cucunya Parada Harahap. Kakek dan cucu pers nasional ini adalah bagian terpenting dalam perjalanan sejarah pers Indonesia. Dengan memahami kakek dan cucu, akan lebih mudah mengenal siapa bapak pers nasional. Lalu bagaimana sejarah bapak pers Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.