Laman

Senin, 20 Februari 2023

Sejarah Pers di Indonesia (29): Internasional Pers Indonesia dan Mochtar Lubis; Bahasa Asing dan Lembaga Pers Internasional


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya hari pers nasional (HPN) yang tidak merepresentasikan dengan sejarah pers Indonesia, hari per sedunia juga tidak merepresentasikan dengan sejarah pers dunia. Hari pers nasional didasarkan pada hari kelahiran PWI tahun 1946. Hari pers sedunia dimulai pada tanggal 3 Mei 1991 yang dicanangkan oleh PBB. Apa masalahnya? Hari Pers Nasional dan Hari Pers Sedunia, hanya terkait dengan suatu propaganda (misi tertentu), tidak mengandung esensi sejarah pers itu sendiri. Artikel ini mendeskripsikan sejarah pers internasional Indonesia.


Peringati Hari Kebebasan Pers Sedunia, Kominfo Terbitkan Prangko. Jakarta, Kominfo. Peringatan Hari Kebebasan Pers Dunia Tahun 2017 ini lebih meriah dengan penerbitan Prangko Istimewa seri Kebebasan Pers Se-Dunia atau World Press Freedom Day.  Penerbitan prangko merupakan penugasan Kementerian Komunikasi dan Informatika kepada PT Pos Indonesia (Persero) selaku penyelenggara pos milik negara. Penerbitan itu mempertimbangkan usulan dan masukan dari seluruh komponen masyarakat. Hari Kebebasan Pers Dunia secara internasional diproklamasikan Majelis Umum PBB pada tahun 1993 menyusul rekomendasi Sidang ke-26 Konferensi Umum UNESCO Tahun 1991. Setiap tanggal 3 Mei dirayakan prinsip-prinsip dasar kebebasan pers. Peringatan itu merupakan respons atas ajakan kelompok Wartawan Afrika pada tahun 1991 sesuai kesepakatan Deklarasi Windhoek yang berisi tentang pluralisme dan kemandirian media. Peringatan Hari Kebebasan Pers Se-Dunia merupakan momentum evaluasi kebebasan pers di seluruh dunia. Selain itu juga menjadi upaya mempertahankan media dari ancaman atas kemerdekaan dan larangan membayar upeti kepada wartawan serta untuk memberikan penghormatan kepada wartawan yang telah kehilangan nyawa mereka dalam menjalankan profesi. Momentum 3 Mei merupakan pengingat kepada pemerintah mengenai komitmen untuk menghormati kebebasan pers dan refleksi di kalangan profesional media mengenai isu kebebasan pers dan etika profesional. (https://www.kominfo.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah pers internasional Indonesia dan peran Mochtar Lubis? Seperti disebut di atas, sejarah pers internasional Indonesia adalah satu hal, pencanangan hari pers sedunia adalah hal lain lagi. Sejarah pers internasional Indonesia terkait dengan surat kabar bahasa asing (terutama penggunaan bahasa Inggris) dan terbentuknya Lembaga Pers Internasional di Indonesia sebagai bagian dari pers internasional. Lalu bagaimana sejarah pers internasional Indonesia dan peran Mochtar Lubis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Internasional Pers Indonesia dan Mochtar Lubis; Surat Kabar Bahasa Asing dan Lembaga Pers Internasional

Jurnalis Indonesia yang berangkat studi ke Eropa sudah ada sejak lama seperti Djamaloedin dan Mohamad Tabrani. Akan tetapi jurnalis Indonesia yang meliput ke luar negari tampaknya belum terdengar atau tidak terinformasikan, hingga muncul nama Adam Malik dan Mochtar Lubis. Kunjungan Adam Malik dan Mochtar Lubis ke beberapa negara Asia Tenggara tidak hanya meliputi, juga dengan misi membuka jalur kerjasama sumber pemberitaan (kantor berita).


Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 05-01-1950: ‘Adam Malik dan Mochtar Lubis, masing-masing direktur dan kepala departemen internasional Antara segera meninggalkan (tanah air) ke beberapa negara di Asia Tenggara seperti Thailand dan Burma untuk mempelajari situasi disana dan untuk bertukar berita dengan beberapa kantor berita di negara-negara tersebut’. Catatan: Kantor berita Antara didirikan tahun 1937 yang mana Adam Malik salah satu pendirinya. Mochtar Lubis bergabung kantor berita Antara ketika Adam Malik menghidupkannnya kembali pada tahun 1945. Namun tidak lama kemudian Antara dipimpin Mochtar Lubis karena Adam Malik menjadi anggota Komite Pusat (RI). Setelah perjanjian Roem Royen dan sebelum KMB 1949 pimpinan Antara kembali dengan posisi lama: Adam Malik sebagai pemimpin dan Mochtar Lubis sebagai pemimpin redaksi.    

Sebaliknya, hampir tidak ada, untuk mengatakan tidak pernah terinformasikan jurnalis asing meliput di Indonesia. Yang terjadi selama ini adalah jurnalis asing di negara mereka masing-masing hanya mengutip sumber berbahasa Belanda, apakah pers di Indonesia atau pers di Belanda. Mengapa begitu? Hindia Belanda tidak begitu besar perannya dalam dunia internasional kecuali hanya sebagai bagian dari wilayah Belanda sumber ekspornya. Jurnalis asing sudah cukup di desk Belanda saja untuk memberitakan tentang hal terkait Hindia Belanda. Hanya jurnalis Jepang yang kerap berkunjung ke Indonesia pada era Pemerintah Hindia Belanda.


Sebelum kehadiran jurnalis Jepang di Indonesia semasa Pemerintah Hindia Belanda, sudah terlebih dahulu jurnalis Indonesia yang berkunjung ke Jepang. Kunjungan dapat dikatakan kunjungan perdagangan tetapi juga dapat dianggap bagian dari kunjungan para jurnalis. Memang tidak untuk meliput, tetapi jurnalis Parada Harahap dkk ke Jepang tahun 1933 dalam hubungannya dengan Kerjasama politik antara para pemimpin revolusioner Indonesia dengan berbagai stakeholder di Jepang.

Selama pendudukan Jepang di Indonesia semakin intens jurnalis Jepang meliput di Indonesia.  Jurnalis asing dari Eropa/Amerika, selama era Pemerintah Hindia Belanda yang tidak pernah terinformasikan, menjadi tertutup pada masa pendudukan Jepang. Tidak hanya jurnalis, selama pendudukan Jepang, arus orang juga sangat dibatasi dan sangat ketat, apalagi orang Eropa/Amerika. Namun situasinya berubah, setelah Jepang takluk kepada Sekutu/Amerika pada tahun 1945 yang juga terjadi proklamasi kemerdekaan Indonesia. Jurnalis asing mulai masuk.


Saat mana Sekutu/Inggris memasuki wilayah Indonesia (setelah kemerdekaan Indonesia) dalam rangka pelucutan senjata dan evakuasi militer Jepang, jurnalis asing dari Amerika masuk. Robert Kiek (dari kantor berita ANP) meliput dari TKP di Indonesia yang berada di belakang militer Sekutu/Inggris. Robert Kiek mulai berkeja pada bulan Oktober 1945 dimulai dari Batavia.

Pada saat terjadi invasi Belanda/NICA di wilayah Republik (Indonesia) di Jogjakarta pada tanggal 19 Desember 1948, salah satu jurnalis Amerika, Kahin tengah berada di Jogjakarta. Oleh karena itu, bagaimana situasi dan kondisi pada saat pendudukan Belanda/NICA dapat ditransmisikan ke luar yang kemudian didistribusikan kantor berita Amerika (UP), suatu informasi yang berbeda yang berumber dari Pemerintah NICA. Dalam hal ini, sejauh ini dapat dikatakan jurnalis Amerika adalah jurnalis asing pertama yang meliput di Indonesia. Lalu bagaimana dengan jurnalis Indonesia yang melakukan peliputan di luar negeri? Seperti disebut di atas, Adam Malik dan Mochtar Lubis dapat dikatakan yang pertama.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Surat Kabar Bahasa Asing dan Lembaga Pers Internasional: Jaringan Pers Internasional dan Berbagi Pemberitaan dalam Kebebasan Pers

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar