Laman

Rabu, 08 Februari 2023

Sejarah Pers di Indonesia (5): Surat Kabar Berbahasa Belanda; Batavia serta Semarang Padang Surabaja JogjakartaSurakarta Medan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini

Surat kabar berbahasa Inggris di Hindia Belanda (baca: Indonesia) hanya seumur jagung (selama 1812-1816) itu terjadi karena pendudukan Inggris (1811-1816). Namun itu akan kembali di masa nanti. Selama era Pemerintah Hindia Belanda, surat kabar berbahasa Belanda yang berjaya, bahkan surat kabar berbahasa Belanda masih eksis di era Republik Indonesia, sebelum terjadi nasionalisasi perusahaan swasta di Indonesia tahun 1957. Surat kabar berbahasa Belanda karenanya memiliki peran penting dalam sejarah pemberitaan di Indonesia selama hampir satu setengah abad. Suatu waktu yang sangat panjang.


Java-bode (Utusan Jawa) adalah surat kabar yang diterbitkan di Batavia, Hindia Belanda, koran ini terbit 2 kali per minggu dan sejak tanggal 1 Desember 1869 terbit setiap hari. Sejak bulan Maret 1942 hingga tahun 1949, koran ini tidak terbit karena pendudukan Jepang di Indonesia. Pada tanggal 11 Agustus 1852, koran ini diterbitkan untuk yang pertama kalinya, dan edisi penghabisan terbit pada bulan Maret 1957. Koran ini beraliran liberal, tetapi di bawah Conrad Busken Huet koran ini beralih haluan jadi konservatif dan sejak tahun 1932 arah koran ini menjadi "kanan" sejak dipimpin oleh Henri Zentgraaff, yang karena itulah mendapat kritik tajam dari penulis Eddy du Perron. Beberapa editor dan jurnalis telah diasosiasikan dengan Java Bode, termasuk Conrad Busken Huet(pemimpin redaksi 1868-1873), Jan Eduard van Someren Brand (penulis seri sejak 1889), Dirk Verbeek (kepala readaksi pada 1915), Johan Alberts (editor sejak 1918), Herman Salomonson (kepala redaksi 1923-1926 dan penulis dari sebagian Rhythm Chronicles Melis Stoke), Johan Ernst Jasper (kepala redaksi 1929-1932) da Alfred van Sprang (editor 1940-1942). Daftar pemimpin redaksi: H. Zentgraaff; Conrad Busken Huet (1868-1873); Henri Salomonson (1924-1926); Henri Zentgraaff (1932-1939) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah surat kabar berbahasa Belanda di Indonesia? Seperti disebut di atas, surat kabar berbahasa Belanda cukup lama di Indonesia bahkan sejak era VOC yang kemudian semakin intens sejak permulaan Pemerintah Hindia Belanda. Tidak hanya di Batavia, surat kabar berbahasa Belanda juga terbit di berbagai kota seperti Semarang, Padang, Soerabaja, Jogjakarta, Soerakarta dan Medan. Lalu bagaimana sejarah surat kabar berbahasa Belanda di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Surat Kabar Berbahasa Belanda; Batavia, Semarang, Padang, Soerabaja, Jogjakarta, Soerakarta, Medan

Surat kabar Java Government Gazette akhirnya tidak terbit dan edisi terakhir (19-08-1816) atau no 1-234. Sebagaimana diketahui sejak 16 Agustus 1816 Belanda kembali berkuasa di Hindia Belanda (setelah adanya perjanjian pasca berakhirnya Perang Napoleon).


Surat kabar berbahasa Belanda yang terbit di Batavia tidak ditemukan selama pendudukan Inggris. Kemungkinan satu-satunya surat kabar adalah Java Government Gazette. Namun berita-berita du Hindia di dalam surat kabar berbahasa Belanda masih eksis yang diterbitkan di Belanda. Dalam hal ini orang-orang Belanda yang masih banyak berada di Hindia (selama pendudukan Inggris) memperolah akses berita dari Belanda.

Sejak hengkangnya Inggris, surat kabar berbahasa Belanda di Batavia yang muncul adalah Bataviasche courant. Terbit pertama kali tanggal 20 Agustus 1816 (sehari setelah terbit terakhir surat kabar berbahasa Inggris). Tampaknya tidak terputus pemberitaan antara fase pendudukan Inggris dan kembalinya Pemerintah Hindia Belanda. Ini berbeda pada saat transisi dari Pemerintah Hindia Belanda ke masa pendudukan Inggris, yang mana Java Government Gazette edisi pertama terbit pada hari Sabtu tanggal 29 Februari 1812, sementara, sejauh ini, surat kabar Bataviasche Koloniale Courant, edisi terakhir yang berhasl ditemukan pada tanggal 14-06-1811. Ada jeda waktu yang cukup lama.


Mengapa ada perbedaan waktu transisi antara awal Pemerintah Hindia Belanda dengan masa pendudukan Inggris di satu sisi dan antara pendudukan Inggris dengan kembalinay Pemerintah Hindia Belanda? Pada masa transisi pertama kehadiran Inggris adalah suatu penyerang dan terjadi perang yang kemudian orang-orang Inggris membutuhkan waktu untuk konsolidasi dalam membentuk pemerintahan. Sementara pada transisi kedua situasinya lebih berpolitis yang mengakibatkan terjadi penyerahan Kembali Hindia Belanda kepada kerajaan Belanda. Oleh karea itu sebelum berakhirnya pendudukan Inggris, orang-orang Belanda sudah menyiapkan berbagai hal termasuk penerbitan surat kabar baru, Bataviasche courant.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Batavia, Semarang, Padang, Soerabaja, Jogjakarta, Soerakarta, Medan: Peta Sura Kabar Berbahasa Belanda Semasa Pemerintah Hindia Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar