Laman

Kamis, 02 Maret 2023

Sejarah Malang (18): Hotel di Malang Masa ke Masa; Lapidoth Hotel Nama Hotel Jensen Palace Hotel Asoma Hotel dan Hotel Pelangi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Keberadaan hotel berbagai tempat di Indonesia sudah sejak era Hindia Belanda. Ada hotel yang masih eksisi hingga ini hari. Bagaimana dengan di Malang? Konon, disebut hotel tertua di Malang yang dibangun tahun 1861 dan hotel tersebut masih eksis. Apakah masih ada hotel lain di Malang? Bagaimana masa hidupnya? Mari kita telusuri ke masa lampau.


Kisah Hotel Pertama di Malang pada Masa Kolonial. Terakota.id. 11/02/2019. Abraham Lapidoth, tinggal di Malang mendirikan hotel di alun-alun 1860. Hotel menjadi salah satu penginapan paling awal berdiri, diberi nama Lapidoth Hotel. Arsitektur ada unsur budaya Jawa, berupa joglo dipadukan nuansa Eropa. Hotel berusia 159 tahun kini Hotel Pelangi. Terletak di Jalan Merdeka Selatan nomor 3 Kota Malang. Kondisi hotel sekarang ini masih 60 persen seperti kali pertama dibangun. Sisa-sisa warisan masa lalu itu masih bisa dijumpai, misalnya, salah satu ruangan yang kini berfungsi sebagai Hall Lodji Coffe Shop and Resto. Seluruh bagian atap dan tegel ruangan masih aslinya. Dinding ruangan, tertempel 22 lukisan keramik didatangkan langsung dari Belanda. “Tamu kami berasal dari Belanda menyebut beberapa tempat yang dilukisan keramik itu masih ada,” ujar Arda. Pada 1870, nama Lapidoth Hotel jadi Hotel Malang dan diganti lagi jadi Hotel Jensen 1900. Beberapa tahun kemudian, hotel dijual dan sebagian bangunannya dihancurkan. Pada 1915, pemilik baru membangun kembali hotel dengan nama Palace Hotel. Arsitektur bangunannya pun ikut diubah. Dua menara tinggi menjulang dibangun di sisi kiri dan kanan pada tengah bangunan utama. Pada pendudukan Jepang (1942-1945) namanya menjadi Asoma Hotel. Hotel ini mengalami kerusakan parah, dua menara dan sebagian besar bangunannya hancur karena pembakaran terjadi dalam peristiwa Malang Bumi Hangus. Pengusaha Banjarmasin membeli hotel itu pada 1953 nama Palace Hotel diubah menjadi Hotel Pelangi 1964. “Pengelola sekarang adalah generasi kedua,” ujar Arda. (https://www.terakota.id/)

Lantas bagaimana sejarah hotel di wilayah Malang, masa ke masa? Seperti disebut di atas, hotel tertua di Malang masih eksis hingga ini hari. Hotel tersebut disebutkan dibuka tahun 1861. Hotel itu berganti nama dari Lapidoth Hotel menjadi Hotel Jensen, Palace Hotel, Asoma Hotel dan kini dengan nama Hotel Pelangi. Lalu bagaimana sejarah hotel di wilayah Malang, masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Hotel di Wilayah Malang, Masa ke Masa; Lapidoth Hotel, Hotel Jensen, Palace Hotel, Asoma Hotel, Hotel Pelangi

WG Jutting adalah seorang pengusaha di Oost Java. WG Jitting berbisnis di Soerabaja, Pasoeroean, Banjoewangi, Modjokerto dan Malang. Bisnisnya diduga dimulai dari jasa penginapan. Pada tahun 1851 WG Jitting pulang kampong ke Eropa (lihat Javasche courant, 31-12-1851). Disebutkan WG Jitting bersama keluarga berangkat ke Eropa. Mereka menunpang kapal barang dengan kapal Jaski, Anna en Eliza. WG Jitting dan istri dengan tiga anak plus pembantu.  


Pada tahun 1854 WG Jitting dan keluarga sudah berada di Soerabaja, Oost Java (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 08-11-1854). Besar dugaan, WG Jitting untuk kali pertama pulau kampong ke Belanda setelah anak-anak mereka siap untuk melakukan pelayaram jarak jauh (via Afrika Selatan). Tidak terinformasikan riwayatnya. Boleh jadi datang ke Jawa sendiri dan mulai merintis bisnis dan kemudian berhasil. Tidak ada indikasi WG Jitting lahir di Hindia. Pada awal Desember WG Jitting tiba kembali di Soerbaja dari Modjokerto (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 06-12-1854).

Pada bulan Mei 1956 diberitakan WG Jitting akan menutup hotel (legement) miliknya (lihat Javasche courant, 14-05-1856). Disebutkan yang bertanda tangan di bawah ini, Residen Pasoeroean, dengan ini mengumumkan kepada semua orang bahwa, sebagai pemilik logement di afdeeling Malang saat ini, WG Jitting, telah menyatakan niatnya untuk segera menutup penginapannya. Dalam hubungkan (diumumkan) akan ada peluang disana untuk pendirian dan pemeliharaan logement. Siapa pun yang mungkin ingin melakukannya dapat menghubungi Asisten Residen di afdeeeling tersebut untuk informasi lebih lanjut. Pasoeroean, Resident tersebut di atas, tanggal 6 Mei J856. Mr Steinmetz.


Tidak terinformasikan sejak kapan WG Jitting mendirikan logement di Malang. Tidak ada indikasi ada logement lain. Besar dugaan WG Jitting adalah orang pertama yang mendirikan hotel (legement) di Malang. Catatan: Residentie Pasoeroean terdiri dari tiga afdeeling: Pasoeroean, Bangil dan Malang. Penempatan Asisten Residen di Malang sejak 1818. Mr Steinmetz sebelumnya adalah Residen Palembang dan Residen Padangsche Bovenlanden.

Kapan pastinya logement di Malang milik WG Jitting ditutup tidak diketahui secara pasti, Yang jelas WG Jitting pulang Agustus tiba di Soerabaya dengan rekan bisnisnya dari Banjoewangi (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 07-08-1856). Tampaknya, WG Jitting telah beralis profesi dari bisnis jasa penginapan menjadi bisnis perdagangan (ekspor-impor). Pada tahun 1857 diinformasikan barang dagangan WG Jitting sebanyak 340 picol tembakau dan satu peti arrowroot dikirim ke Amsterdam dengan kapal brik Anna Christina (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 14-05-1857). Sementara itu di Malang disebutkan di Malang sebuah logement telah didirikan (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 28-05-1857)..


Dalam berita juga disebutkan akan dimulai transportasi regular antara Pasoeroean ke Malang dan sebaliknya, yang kemungkinan akan dimulai pada 1 Juli. Boleh jadi kebijakan baru Steinmetz tentang transportasi telah turut memperkuat minat investor baru dalam jasa penginapan di Malang. Seperti di era WG Jitting orang yang sakit yang tidak tertampung di rumah sakit militer Malang memanfaatkan logement. Pengobatan jangka panjang dengan kawasan yang sejuk dan sehat menjadi tempat yang sesuai untuk penyembuhan. Seperti kita lihat nanti, alasan-alasan yang terdapat di Malang (rumah sakit, lpgement dan udara yang sejuk dan sehat) juga menjadi pemicu pasien jangka panjang memilih Soekaboemi.

Logement yang ada di Malang yang sekarang disebut dibangun baru (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 28-10-1858). Besar dugaan logement di Malang yang dibangun baru jauh lebih besar dari logement WG Jitting sebelumnya. Hal ini karena dituasi dan kondisi yang baru yang memiliki prospek berbisnis di Malang menjadi lebih baik (dengan adanya transportasi regular). Disebutkan lebih lanjut logement cocok untuk penerimaan para pelancong dan orang-orang, baik sendiri atau bersama keluarga mereka, menempatkan tempat itu, baik untuk kesenangan atau keinginan berkunjung untuk sakit atau untuk pemulihan kesehatan. Penginapan sangat baru dibangun, terletak dan memiliki pemandangan dan sebagainya di tengah kota utama Malang. Memiliki kamar dan bangunan tambahan yang luas dan lapang untuk kebutuhan disediakan dengan baik untuk pelancong atau orang sakit.


Siap investor hotel (logement) baru ini tidak/belum diketahui secara jelas. Jika mengacu pada kutipan di atas: ‘Abraham Lapidoth, tinggal di Malang mendirikan hotel di alun-alun 1860. Hotel menjadi salah satu penginapan paling awal berdiri, diberi nama Lapidoth Hotel’. Pernyaan ini tampaknya tidak bersesuaian. Sebab hingga sejauh ini tidak ada terinformasikan nama Lapidoth di Malang. Diberitakan lebih lanjut bahwa di Malang logement baru akan segera dibuka disana, logement ini akan diatur dengan sangat baik untuk keluarga yang ingin tinggal disana selama beberapa waktu (lihat Samarangsch advertentie-blad, 27-04-1860). Nama Lapidoth sendiri baru terdeteksi pertama kali di Hindia pada tahun 1861 (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 22-05-1861). Disebutkan AC Lapidoth tiba dari Belanda di Batavia dengan kapal Estafette. Lapidoth tinggal di salah satu hotel di Batavia. Seperti kita lihat nanti baru tahun 1880 nama AC Lapidoth diketahui tinggal di Malang. Dalam hal ini nama Lapidoth adalah orang baru di Jawa (Hindia).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Lapidoth Hotel, Hotel Jensen, Palace Hotel, Asoma Hotel, Hotel Pelangi: Begaimana Hotel Lainnya di Malang

WG Jitting diketahui berangkat dari Soerabaja ke Malang (lihat De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 24-02-1863). Apakah WG Jittung rind uke Malang? Jika tidak kedatangan di Malang untuk menginap di logement mewah di Malang, apakah Jittting sedang membicarakan bisnis perdagangan di Malang? Siapa yang menjadi pemilik logement mewah di Malang belum terinformasikan.


Yang jelas legement di Malang semakin terkenal dan dikenal luas (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 21-08-1867). Disebutkan Malang sekarang dapat membanggakan logement yang sangat nyaman, dalam segala hal layak untuk direkomendasikan bagi para pelancong dan kami tidak tahu harus memuji apa lagi, perlakuan tulus dari pemilik logement terhadap para pengunjung atau meja yang bagus dan kamar-kamar yang dilengkapi dengan barang-barang tua Belanda yang bersih.

Logement di Malang ini kemudian diiklankan dengan nama Hotel Malang (lihat Bataviaasch handelsblad, 08-02-1868). Disebutkan dalam iklan ini pemilik logement di Malang yang kini bernama Hotel Malang adalah APJ Vissers. Nama Vissers tampaknya nama baru dalam dunia perhotrlah di Hindia Belanda. Bagaimana dengan nama Lapidoth? Sejauh ini belum muncul dalam dunia perhotelan. Seperti kita lihat nanti nama AC Lapidoth baru terinformasikan tahun 1881.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pada tahun 1879 akan dibuka hotel baru yang diberi nama Hotel Bellevue (lihat Soerabaijasch handelsblad, 04-12-1879). Disebutkan untuk mendirikan dan mengoperasikan Hotel Bellevue di Malang dan telah mengadopsi statute (anggaran dasar). Yang menjadi administrator NV Hotel Bellevue adalah Voormolen sementara komisaris terpilih adalah van Rijckevortel, Fabiu dan Everard. Lalu kemudian akan diadakan rapat umum pemegang saham pada tanggal 20 Januri untuk membangunan NV Hotel Bellevue di Malang (lihat Soerabaijasch handelsblad, 15-01-1880).


Hotel akan dibuka pada tanggal 16 Desember 1881 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 13-01-1881). Disebutkan hotel terletak di luar cekungan kota Malang di sekitar jalur kereta api. Dari jalan utama seseorang memasuki hotel, melewati jembatan yang anggun, lurus ke kiri. Dari sana dapat melihat bagian depan hotel yang indah dengan halaman yang lapang di sekitar petak bunga yang rapi, Koridor tengah memberikan akses ke ruang makan, koridor ke kamar, dua di antaranya juga membuka ke galeri depan. Kamarnya luas, terang dan lapang, beberapa diantaranya suite untuk keluarga. Kamar-kamar terhubung ke bangunan utama dengan galeri tertutup. Semua kamar memiliki galeri depan yang luas dan, seperti galeri depan hotel, dilengkapi dengan baik. Ruang makannya sangat luas dan langit-langitnya bagus. Dapat dibuka atau ditutup penuh di sisi kanan dan kiri melalui pintu dan jendela dari kaca berwarna; sangat lengkap dengan iklim Malang. Kamar mandi dan ruangan lain, memenuhi semua persyaratan dan dihubungkan oleh galeri tertutup dengan ruang tamu. Ruang biliar, dilengkapi dengan dua biliar yang sangat baik, terletak di depan bangunan luar. Seluruhnya, kecuali koridor tertutup, berlantai ubin semen. Link dari gedung utama ada tempat bermain untuk anak-anak dan beberapa meter di belakang dan di samping kolam renang (belum selesai) dengan mata air. Seluruh hotel dikelilingi oleh taman lanskap yang tertata rapi dengan bunga dan tumbuhan Eropa dan Hindia. Rancangan dari seluruh arsitektur oleh Lakerveld & Co. Rancangan hotel telah merusak bentuk penginapan kaku selama ini yang biasa-biasa saja dan telah menyediakan sebuah bangunan yang, tanpa udara, memenuhi dalam segala hal persyaratan sebuah hotel yang sempurna di pegunungan.

Hotel Bellevue di Malang yang dirancang sedemikian rupa tidak hanya menampilkan bentuk bangunan hotel yang berbeda dengan yang ada di Hindia, juga lokasinya bukan di area bisnis (tetapi masih cukup dekat dengan kota), diharapkan tidak hanya untuk para pebisnis tetapi juga bagi wisatawan pribadi atau keluarga di wilayah yang lanskap yang eksotik. Dalam hal ini Hotel Bellevue berbeda dengan hotel lainnya di Malang, terutama hotel tertua di Malang yakni Hotel Malang.


Seperti di berbagai tempat di Hindia Belanda, hotel dibangun yang membuat jumlah hotel terus berambah. Wilayah Malang di pegunungan yang terus berkembang, terutama dalam hal pengembangan perkebunan, menyebabkan kebutuhan akomodasi semakin meningkat. Lebih-lebih kota Malang mulai viral pembicaraan yang dianggap lebih sesuai sebagai ibu kota residentie (daripada di Pasoeroean). Jalur kereta api dari Soerabaja ke Malang mempermudah semuanya untuk tumbuh termasuk fasilitas perhotelan. Di Malang, tidak hanya Hotel Bellevue yang new comer, juga ada new comer yang lain (lihat Soerabaijasch handelsblad, 25-02-1880). Disebutkan Hotel Victoria baru saja dibuka, |sangat direkomendasikan untuk umum, karena kamarnya yang luas dan lapang, meja dan layanan yang baik. Akomodasi per hari f4. Untuk masa inap yang lama dan pengaturan diterima untuk keluarga. Hotel ini juga terdapat ruang billiard yang terpisah. Selalu ada gerbong disediakan di stasiun kereta api untuk diambil diantar ke hotel. Administrator J Boldy.  

Lantas bagaimana nasib Hotel Malang, hotel tertua di Malang? Yang kini, jelas ada pesainnya, seperti Hotel Bellevue yang kelasnya berada di atas Hotel Malang dan Hotel Victoria yang mungkin head yo head dengan Hotel Malang. Pada tahun 1881 muncul nama Lapidoth yang disebutkan menjadi bagian dari Hotel Malang (lihat Soerabaijasch handelsblad, 14-06-1881). Disebutkan, terlepas dari semua kemungkinan persaingan di Malang, hotel tertua di Malang, Lapidoth akan mempertahankan reputasinya yang sudah mapan.


Dari keterangan tersebut nama Lapidoth tampaknya orang baru di dalam investasi perhotelan. Sebagai investor baru, dalam hal ini di Hotel Malang, Lapidoth akan tetap mempertahankan reputasi Hotel Malang sebagai hotel tertua di Malang. Sebab pesaing Hotel Malang saat ini sudah bermunculan. Nama Lapidoth terdeteksi pertama kali di Malang pada tahun 1880 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 17-05-1880). Disebutkan AC Lapidoth sebagai agent perusahaan rokok Amerika di Malang. Lalu sejak kapan Lapidoth tinggal di Malang? Tidak diketahui secara pasti, tetapi yang jelas kini Lapidoth menjadi bertanggungjawab terhadap kesinambungan Hotel Malang sebagai hotel tertua di Malang. Seperti disebut di atas, AC Lapidoth pertama kali tiba di Hindia di Batavia pada tahun 1861. Kini di tahun 1881 Lapidoth telah menjadi pengusaha yang sukses.

Hingga tahun 1888 Lapidoth masih memiliki Hotel Malang di Malang. Ini mengindikasikan bahwa AC Lapidoth menjadi warga kota Malang, yang boleh jadi menjadi salah satu pengusaha berpengaruh di kota Malang. Sejauh mana Lapidoth akan mempertahankan reputasi hotel tertua di Malang, Hotel Malang. Yang jelas di Malang juga sudah diketahui keberadaan Hotel Insulinde (lihat Soerabaijasch handelsblad, 01-10-1889).


Pada tahun 1890 ada seorang penulis menyebut nama ‘t hotel Lapidoth yang berada dekat dengan (kantor) Asisten Residen (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 10-05-1890). Dalam hal ini nama Hotel Malang adakalanya diasosiakan para pengunjung/warga sebagai Hotel Lapidoth.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar