Laman

Kamis, 09 Maret 2023

Sejarah Malang (31): Bato Batoe Kota Batu di Lereng Gunung Kawi; Dimanakah Letak Arjuno Menemukan Drupadi Putri Drupada?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Di wilayah Angkola Mandailing, Residentie Tapanoeli bato bukanlah batu, tetapi apa? Akan tetapi di wilayah Malang bato menjadi batu. Itu satu hal. Hal lainnya di wilayah Angkola Mandailing disebut Arjuna, di wilayah Malang disebut Arjuno. Hal lainnya lagi di wilayah Malang disebut Drupada tetapi di wilayah Angkola Mandailing disebut Soripada. Dalam hal ini Sori merujuk pada Sri. Bato, batoe, watoe mirip menunjuk hal yang sama.


Batu adalah sebuah kota di wilayah Malang. Kota Batu berada di jalur yang menghubungkan Malang-Kediri dan Jombang. Wilayah kota ini berada di ketinggian 800-2000 M dan ketinggian rata-rata yaitu 980 M dpl. Kota Batu ditetapkan menjadi kota administratif pada 6 Maret 1993 dan menjadi kota otonom tanggal 17 Oktober 2001. Sejak abad ke-10, wilayah Batu telah dikenal tempat peristirahatan kalangan kerajaan. Pada pemerintahan Kerajaan Medang Raja Sindok, petinggi Kerajaan Mpu Supo diperintah untuk membangun tempat peristirahatan kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air (dibangun candi diberi nama Candi Supo; atau Candi Songgoriti candi patirthan/kolam). Sampai saat ini belum diketahui kapan nama "Batu" mulai disebut. Beberapa pemuka masyarakat setempat mengisahkan sebutan Batu berasal dari nama ulama pengikut Pangeran Diponegoro bernama Abu Ghonaim yang selanjutnya masyarakat setempat menyebutnya Mbah Wastu kemudian dipanggil Mbah Tu lalu menjadi Mbatu atau Batu. Salah satu wilayah perkebunan di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan latar belakang pegunungan Butak-Kawi-Panderman. Batu dikelilingi beberapa gunung, di antaranya adalah: Anjasmoro (2.277 M); Arjuno (3.339); Banyak (1.306); Kawi (2.551); Panderman (2.045); Semeru (3.676); Welirang (3.156); Wukir (635) (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Bato, Batoe, Kota Batu di lereng gunung Kawi? Seperti disebut di atas, kini kampong Bato tau Batoe telah menjadi kota. Seberapa tua kota Batu?  Dimana tetak Arjuno menemukan Drupadi putri Drupada? Lalu bagaimana sejarah Bato, Batoe, Kota Batu di lereng gunung Kawi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Bato, Batoe, Kota Batu di Lereng Gunung Kawi; Dimana Letak Arjuno Menemukan Drupadi Putri Drupada

Kapan nama (kota) Batu diketahui? Tampaknya sudah lama sekali. Namanya belum ditulis Batu tetapi Bato. Penamaan Bato ini juga ditemukan di berbagai wilayah seperti Sumatra hingga Halmahera. Jadi nama Bato bersifat generic. Besar dugaan nama tempat Bato pada masa lampau bukan dalam pengertian (penulisan) Batu pasa masa ini. Boleh jadi nama Bato hanya sekadar nama tampat. Hanya saja ada yang bergeser dari Bato menjadi Batu di (wilayah) Malang.


Seorang ahli geografi Francois Valentijn di Ambon pada era VOC menulis deskripsi geografi termasuk di wilayah Indonesia yang sekarang. Bukunya yang terbit tahun 1726 ini menyajikan peta, pulau Jawa, dimana di wilayah Malang tiga nama tempat yang diidentifikasi adalah Malang, Bato dan Antang. Nama Malang tetap sama dengan sekarang, tetapi nama Bato telah bergeser menjadi Batu dan nama Antang kini menjadi Ngantang. Jadi dalam sejarahnya, banyak nama-nama tempat telah bergeser Namanya, karena pelafalan para penduduk, yang mana penduduk dapat telah berganti dengan bahasa dan dialek yang berbeda.  

Nama Batu sudah disebut dalam Peta 1724. Ada beberapa kejadian yang mendahului sebelumnya. Satu yang penting adalah perang yang dilancarkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Trunojo dari Madura yang dibantu pasukan dari Gowa yang dipimpin oleh K Galesong dalam melawan Mataram (Soesoehoenan) yang dibantu oleh militer Belanda dengan pasukan pribumi yang berasal dari Bugis dan Ambon. Dalam perang ini militer VOC dapat dikatakan mendapat kemenangan, dimana K Galesong meninggal di Malang tahun 1679 dan Trunojoyo meninggal di Antang tahun 1680. Satu hal yang menjadi pertanyaan: pada saat itu, siapa yang menjadi penduduk di wilayah Malang? Mereka berbahasa apa?


Nama Malang pada masa ini ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, ada nama Malang atau yang mirip dengannya seperti di Jawa Tengah, di Jawa Barat, pulau Madura, Sulawesi dan bahkan di India. Demikian juga dengan nama Antang atau yang mirip denganya ditemukan di Madura dan Sulawesi. Namun, seperti disebut di atas, nama Antang telah bergeser menjadi Ngantan. Nama Ngantang sendiri pada masa ini hanya ditemukan di Malang (tidak juga di wilayah lain di Jawa). Seperti disebut di atas, nama Batu awalnya adalah Bato. Nama Bato sendiri di berbagai tempat termasuk di Tapanoeli dan Filipina.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dimana Letak Arjuno Menemukan Drupadi Putri Drupada: Lain Doeloe, Lain Sekarang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar