Laman

Jumat, 24 Maret 2023

Sejarah Malang (61): Kwee Djie Hoo, Arek Malang Menjadi Konsul Negara RIS 1950 di Hong Kong; Chung Hwa Hui di Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Siapa Kwee Djie Hoo? Tampaknya tidak ada yang peduli, kecuali keluarganya. Siapa Kwee Djie Hoo? Sejarahnya kurang terinformasikan. Apa pentingnya Kwee Djie Hoo? Yang jelas Kwee Djie Hoo adalah seorang arek Malang, yang sebelum menjadi konsul jenderal Indonesia di New York (1957-1960) dan duta besar di Belanda (1955-1957), menjabat sebagai konsul jenderal di Hingkong. Kwee Djie Hoo adalah seorang ekonom yanfg pernah studi di Belanda.


Pribumi pertama yang kuliah di Belanda adalah Raden Kartono (abang RA Kartini) yang datang ke Belanda pada tahun 1896. Lalu kemudian menyusul Radjieon Harahap gelar Soetan Casajangan pada tahun 1905. Pada saat jumlah mahasiswa pribumi di Belanda tahun 1908 sebanyak 15 orang, Soetan Casajangan (kelahiran Padang Sidempoean) berinisiatif mendirikan organisasi mahasiswa yang diberi nama Indische Vereeniging (Perhimpinan Hindia). Soetan Casajangan menjadi ketua pertama (kepengurusan pertama) dengan sekretaris Raden Soemito (lulusan HBS Semarang). Pada tahun 1911 jumlah mahasiswa Cina sekitar 14 orang, Be Tiat Tjong (kelahiran Probolinggo) berinisiatif mendirikan organisasi mahasiswa Cina asal Hindia yang diberi nama Chung Hwa Hui. Ketua Chung Hwa Hui kemudian digantikan oleh Li Tjwan Ing (1914-1915). Dalam hal ini Yap Hong An menggantikan Li Tjwan Ing yang menjadi pimpinan delegasi mahasiswa Cina di dalam Kongres Mahasiswa Hindia 1917 yang dipimpin oleh HJ van Mooo. Pada saat kongres inilah mahasiswa-mahasiswa pribumi yang diwakili pembicara Dahlan Abdoellah, Sorip Tagor Harahap dan Goenawan Mangoenkoesoemo meminta forum agar mereka (mahasiswa pribumi) disebut orang Indonesia (Indonesier). Sejak inilah nama Indonesia digunakan sebagai indentitas (bangsa) Indonesia (hingga ini hari). Sebagaimana diketahui kemudian, HJ van Mook kelak sebagai Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (NICA).

Lantas bagaimana sejarah Kwee Djie Hoo arek Malang menjadi Konsul Negara RIS di Hong Kong? Seperti disebut di atas, sejarah Kwee Djie Hoo kurang terinformasi. Oleh karena itu sebagai bagian dari sejarah menjadi Indonesia narasi Kwee Djie Hoo perlu ditulis dan juga sejarah Chung Hwa Hui di Belanda. Lalu bagaimana sejarah Kwee Djie Hoo arek Malang menjadi Konsul Negara RIS di Hong Kong? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kwee Djie Hoo Arek Malang Menjadi Konsul Negara RIS di Hong Kong; Sejarah Chung Hwa Hui di Belanda

Dalam ujian nasional stenografie-A (theorie van get stelsen) tahun 1927 dua diantaranya yang lulus dari (afdeeeling) Malang adalah J Kwee Djie Hoe dan M Kwee Djie Hoe (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 27-05-1927). Apakah Kwee Djie Hoe bersaudara ini adalah kembar dua (djie). Tampaknya nama Kwee Djie Hoe di Malang adalah seorang pebisnis (lihat De nieuwe vorstenlanden, 27-04-1928).


Sementara itu pada tahun 1926 di sekolah Prins Hendrik School (PHS) di Batavia melakukan ujian. Yang lulus ujian akhir HBS-3 tahun antara lain Kwee Djie Hoo (lihat Bataviaasch nieuwsblad. 01-05-1926). Lulus HBS-3 tahun adalah lulus sekolah menengah pertama pada masa ini (SMP). Tidak begitu jelas nama Kwee Djie Hoo yang lulus di Batavia dengan nama Kwee Djie Hoe di Malang.

Pada tahun 1929 nama Kwee Djie Hoo lulus ujian kandidat di sekolah tinggi perdagangan di Rotterdam (lihat De Maasbode, 04-10-1929). Disebutkan di Nederlandsch Handelshoogeschool dalam bidang perdagangan (handelswetenschap) lulus antara lain Kwee Djie Hoo. Nama Kwee Djie Hoo lulus HBS-3 tahun di Batavia dengan nama Kwee Djie Hoo lulus ujian kandidat di Rotterdam tampaknya bersesuaian.


Sekolah PHS adalah sekolah elit di Batavia. Jika lulus HBS-3 tahun dapat langsung melanjutkan ke HBS-5 tahun yang ditempatkan di kelas empat. Dengan kata lain, jika lancar dalam dua tahun bisa lulus HBS-5 tahun, yang mana lulusan ini bisa langsung melanjutkan ke perguruan tinggi di Belanda. Dalam hal ini setelah lulus HBS-5 tahun Kwee Djie Hoo langsung ke Belanda dan diterima di NHHS Rotterdam tahun 1928. Setelah satu tahun kuliah lalu lulus ujian kandidat pada tahun 1929. Hal serupa ini jauh sebelumnya telah dialami oleh Mohamad Hatta. Pada tahun 1919 Mohamad Hatta lulus MULO di Padang dan langsung diterima di PHS Bantavia. Pada tahun 1921 Mohamad Hatta lulus HBS-5 tahun di PHS dan langsung ke Belanda dan diterima di Nederlandsch Handelshoogeschool tahun 1921 itu juga. Pada tahun 1929 Mohamad Hatta di NHHS Rotterdam sedang mempersiapkan tesisi (Skripsi). Ini berarti Mohamad Hatta dan Kwee Djie Hoo akan saling mengenal di Rotterdam dengan sendirinya. Hal ini karena lulusan Hindia (baca: Indonesia) tidak banyak yang kuliah di NHHS Rotterdam. Namun perlu ditambahkan disini bahwa Kwee Djie Hoo kemungkinan mengenal nama Ong Eng Die Saat ini tahun 1929. Ong Eng Die lulus di sekolah menengah di Batavia, AMS Afdeeling B (Wis en Natuurkunde) di Weltevreden lulus ujian ujian transisi naik dari kelas empat ke kelas lima (Bataviaasch nieuwsblad, 06-05-1929). Seperti kita lihat nanti Mohamad Hatta lulus ujian akhir di NHHS tahun 1930, sementara Ong Eng Die berangkat ke Belanda tahun 1931 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 01-09-1931). Ong Eng Die diterima di NHHS Rotterdam.

Yang tetap menjadi pertanyaan adalah bagaimana hubungan Kwee Djie Hoo di Batavia/Rotterdam dengan nama Kwee Djie Hoe di Malang. Apakah berkaitan? Jika berkaitan apakah salah satu dari Kwee Djie di Malang juga dalah Kwee Djie di Batavia/Roterdam. Meski sulit dipahami, tetapi tampaknya berkaitan. Sebab nama orang Cina pada dasarnya bersifat unik.


Nama Kwee Djie Hoo tidak terinformasikan lagi di Belanda, tetapi nama Kwee Djie Hoo lebi sering diinformasikan di Batavia. Kwee Djie Hoo di Batavia seorang pengusaha terkenal. Kwee Djie Hoo juga menjadi ketua perdagangan orang-orang Cina di Batavia. Pada tahun 1932 di Batavia diadakan kongres Chung Hwa Hui yang mana dalam sidang salah satu seksi bidang perdagangan di Chung Hwa Hui tampil Kwee Djie Hoo sebagai salah satu pembicara inti (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 18-04-1933). Dalam sidang ini disebutkan Kwee Djie Hoo akan mendirikan bagian dari Chung Hwa Hui yang secara khusus berfokus pada kepentingan ekonomi penduduk Cina. Chung Hwa Hui adalah organisasi yang didirikan di Belanda tahun 1911 oleh pelajar-pelajar Cina asal Hindia. Organisasi Chung Hwa Hui kemudian berkembang di Hindia di berbagai kota termasuk di Batavia. Jelas bahwa dalam hal ini Kwee Djie Hoo terhubung erar dengan Chung Hwa Hui. Namun yang tetap menyisakan pertanyaan apakah Kwee Djie Hoo telah menyelesaikan studinya di Belanda, atau belum (tidak melanjutkan lagi) karena terlalu sibuk dengan kegiatan perdagangan dan organisasi perdagangan orang Cina di Batavia.

Hingga sejauh nama Kwee Djie Hoo/ Kwee Djie Hoe tidak terinformasikan lagi di Malang, tetapi nama Kwee Djie Hoo di Batavia terus eksis, bahkan menjadi salah satu diantara orang Cina yang penting di kelas madani. Pada tahun 1934 di Semarang dibentuk Federasi Asosiasi Cina (Federatie Chineesche Vereenigingen). Dalam kepengurusan yang terbentuk diangkat secara definitif dan sebelum tahun 1934 terdiri dari Goan Tjoan, Bandoeng, ketua, Ang Kheck Soei, Bandoeng, sekretaris, Pouw Sin Heat, Bandoeng, bendahara. Sedangkan Kwee Djie Hoo, Nio Siong Lan, keduanya Batavia, Tan Kong Po dan Tan Peng Liem, keduanya Semarang sebagai komisaris. Propaganda intensif akan dilakukan; tujuannya Federatie Chineesche Vereenigingen (Chineesche vakvereenigingen Kaoem Boeroeh Tionghoa) adalah untuk memasukkan semua asosiasi pekerja China di negara ini ke dalam satu federasi.


Seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi, orang-orang Cina di Hindia telah mengubah dan mempromoasikan nama organisasi-organisasi diantara orang Cina dengan nama Tionghoa. Penamaan Tionghoa ini mengindikasikan nama yang mendukung perjuangan orang-orang pribumi (nasionalis). Orang Cina yang tergabung dalam berbagai organisasi dengan nama Tionghoa umumnya orang-orang Cina yang telah menganggap dirinya sebagai warga Hindia (lahir di Hindia) dari pada warga Tiongkok. Hal serupa ini juga pada fase itu diantara orang-orang Arab yang membentukan organisasi tersendiri dengan mengusung nama Arab-Indonesia. Tampaknya Kwee Djie Hoo menjadi salah satu tokoh persatuan diantara orang-orang Cina di Hindia.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Chung Hwa Hui di Belanda: Intelektual Cina/Tionghoa Masa ke Masa

Kwee Djie Hoo bukanlah orang biasa. Kwee Djie Hoo adalah salah satu tokoh pemersatu diantara orang-orang Cina sejak 1930an. Kwee Djie Hoo pernah studi perdagangan di Belanda, di kampus dimana Mohamad Hatta menyelesaikan studinya. Kwee Djie Hoo juga adalah aktivis Chung Hwa Hui yang didirikan di Belanda tahun 1911 (tiga tahun setelah Indische Vereeniging didirikan di Leiden tahun 1908). Pada tahun 1950 Kwee Djie Hoo diangkat sebagai Konsul Jenderal Indonesia di Hongkong.


Nieuwe courant, 01-07-1950: ‘Kwee Djie Hoo RIS consul te Hongkong. Surat kabar “Merdeka" melaporkan bahwa pemerintah RIS telah menunjuk sebagai konsul jenderal untuk Indonesia di Hong Kong Kwee Djie Hoo, warga negara Indonesia di Cina, saat ini komisaris perdagangan RIS di tempat tersebut. Kamis lalu, Kwee Djie Hoo menerima mandat dari tangan Presiden Soekarno. Dia akan pindah ke Hong Kong sesegera mungkin. Kegiatan Kwee berada di bawah yurisdiksi Duta Besar RIS di Manila, Mr. Alexander Maramis. Kwee berasal dari Malang, belajar di Handelshogeschool te Rotterdam, dimana ia memperoleh gelar diploma dalam handelswetenschappen (d.h.) Setelah menyelesaikan studinya, ia bertindak sebagai pemimpin redaksi surat kabar harian Cina-Melayu "Siang Po" di Batavia. Setelah beberapa saat dia meninggalkan jurnalisme untuk mengabdikan dirinya sepenuhnya pada bidang perdagangan. Kwee antara lain adalah manajer perusahaan Liem Swan Bing di Djakarta. Catatan: dari keterangan tersebut, Kwee Djie Hoo di Belanda pada tahun 1930 hanya sampai pada tingkat diploma dan kemudian kembali ke Hindia di Batavia. Sementara itu Mohamad Hatta menyelesaikan gelar sarjananya (Drs). Sedangkan Ong Eng Die setelah meraih gelar sarjana kemudian meraih gelar doktor (PhD). Beberapa tahun sebelumnya, Dr Ong Eng Die pada cabinet Mr Amir Sjarifoeddin Harahap, menjabat sebagai Menteri Perdagangan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar