Laman

Kamis, 06 April 2023

Sejarah Banyumas (25): Kroya, Kampong Halaman Junaidi Rusmono; Tempat Dimana Soedirman Pernah Mengajar dan Berjuang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Junaidi Rusmono adalah tokoh penting bagi saya. Saya awalnya mengenal Kroya dari beliau (1984-1988). Okelah, itu satu hal. Dalam hal ini bagaimana sejarah Kroya sudah pernah ada yang menulis. Namun karena saya ingin melanjutkan pemahaman tentang Kroya, menjadi penting untuk menulis kembali narasi sejarah Kroya. Karena itulah muncul kembali sahabat lama Junaidi Rusmono.


Kroya sebuah kecamatan di wilayah (kabupaten) Cilacap. Kroya dikenal jalur pertemuan KA dari arah Bandung-Tasikmalaya dengan jalur KA dari Cirebon (Kejaksan)-Purwokerto menuju Yogyakarta atau sebaliknya. Stasiun Kroya memiliki tingkat lalu lintas terpadat di Daerah Operasi 5 Purwokerto. Kroya berbatasan kabupaten Banyumas di utara dan timur laut; kecamatan Nusawungu di timur, kecamatan Adipala dan Maos, di barat; kecamatan Binangun di selatan. Berdirinya (kecamatan) Kroya dari sejarah terbentuknya Karesidenan Banyumas. Kroya sendiri awalya desa kecil masa kadipaten Wirasaba. Selanjutnya, pasca perang Diponegoro seluruh daerah Banyumas (Mancanegara Kulon) bereada di bawah Pemerintah Hindia Belanda, termasuk wilayah Kroya. Dalam laporan Hallewijn 20 September 1830 kepada Komisaris Jenderal de Kock yang berada di Sokaraja wilayah yang akan dibentuk Residentie Banjoemas meliputi, antara lain Kebumen, Banjar, Panjer (Kebumen), Ayah, Prabalingga, Banyumas, Kroya, Sumpiuh, Adireja, Karanganyar, Patikraja, Purwakerta dan Ajibarang. Tahun 1843 mulai dibangun akses jalan dari Banyumas ke selatan menerobos gunung Karangrau hingga ke Buntu dan disambung ke selatan lagi sampai Kroya. Mulanya wilayah Kroya setingkat kawedanan (onderdistrict) di district Adireja dan kemudian ditingkatkan menjadi distrik. Pada masa ini jumlah penduduk kecamatan sebanyak 140 ribu jiwa. Mayoritas penduduk suku Jawa Banyumasan menggunakan bahasa Ngapak/Banyumasan. Ada banyak suku pendatang seperti dari Sunda, Madura, Minang, Batak dan Manado. Kroya sendiri memiliki catatan sejarah penting dimana Jenderal Soedirman pernah tinggal, mengajar dan berjuang di wilayah ini sebelum berjuang secara gerilya di wilayah Purwokerto, Purworejo dan Jogjakarta. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kroya, kampong halaman Junaidi Rusmono? Seperti disebut di atas, kota Kroya adalah salah satu tempat penting di wilayah residentie Banjoemas khususnya di wilayah afdeeling Tjilatjap. Kroya juga adalah kota tempat dimana Jenderal Soedirman pernah mengajar yang juga menjadi kampong halaman sahabat saya. Lalu bagaimana sejarah Kroya, kampong halaman Junaidi Rusmono? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kroya, Kampong Halaman Junaidi Rusmono; Tempat Dimana Jenderal Soedirman Pernah Mengajar

Kroya adalah nama baru di wilayah Tjilatjap, residentie Banjoemas. Hingga tahun 1887 nama Kroja atai Kroija belum teridentifikasi. Nama Kroyo muncul seiring dengan pembangunan kereta api ruas Jogjakarta-Tjilatjap. Nama Kroja diduga awalnya sebuah kampong kecil dimana berada persimpangan jalur rel (ke timur Kebumen, ke utara Poerwokerto dan ke barat Tjilatjap). Posisi strategis inilah yang kemudian menyebabkan kampong Kroya cepat tumbuh dan berkembang menjadi suatu kota.


Pada Peta 1840 jalur jalan darat belum melalui dimana kemudian muncul nama Kroya. Jalur jalan sendiri sejak zaman lampau/zaman kuno adalah dari Banjoemas ke Adiredjo melalui Kaliwedi (terus ke Tjilayajp melalui jembatan di atas sungai Serajoe); dari Banjoemas ke Karanganjar melalui Kalidjiring dan Gombong. Wilayah dimana kemudian muncul nama Kroya masih ditemukan banyak rawa-rawa. Pada Peta 1860 di diidentifikasi suatu area pemukiman (kampong) dimana di kampong ini merupakan persimpangan empat. Di sebelah utara kampong ini diidentidikasi desa Moedjoer; di sebelah selatan desa Karangmangoe. Kampong persimpangan jalan inilah kemudian yang dikenal Kroya dalam kaitannya dengan pembanguna jalur kereta api. Nama Kroya sendiri sudah ditemukan di sejumlah tempat seperti di wilayah Tjirebon.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Tempat Dimana Jenderal Soedirman Pernah Mengajar: Kroya Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar