Laman

Rabu, 12 April 2023

Sejarah Banyumas (37): Dayeuh Luhur Kota Tua Berbahasa Berbudaya Sunda; Wilayah Cilacap Menjorok Masuk Wilayah Ciamis


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Lain dulu, lain kini. Sejatinya Dayeuh Luhur adalah kota tua, kota yang sudah lama diketahui keberadaannya. Awalnya daerah Dayeuh Luhur masuk wilayah Ciamis, tetapi kini menjadi bagian dari wilayah Cilacap. Hal itulah mengapa di Dayeuh Luhur penduduk umumnya berbahasa dan berbudaya Sunda. Dayeuh Luhur sendiri adalah wilayah terjauh dari (kota) Cilacap, tetapi sebaliknya, wilayah Dayeuh Luhur terbilang sangat dekat dengan kota Banjar (berbatasan langsung). Secara geoigrafis, Dayeuh Luhur menjadi semacam area enclave Cilacap di wilayah Ciamis. Tentu saja hal serupa ini juga ditemukan di wilayah lainnya di Indonesia.

 

Dayeuhluhur adalah sebuah kecamatan di kabupaten Cilacap. Pada zaman dahulu wilayah Dayeuhluhur dan sekitarnya adalah sebuah Kadipaten. Namun, pada saat perang antara Hindia Belanda melawan Pangeran Diponegoro Kadipaten Dayeuhluhur dibubarkan, karena dianggap menjadi sarang perlawanan terhadap Hindia Belanda. Setelah pembubaran, seluruh wilayah Kadipaten Dayeuhluhur menjadi bagian dari Afdeeling Purwokerto, Residentie Banyumas. Penduduk asli kecamatan Dayeuhluhur adalah Suku Sunda yang mengamalkan budaya Sunda. Kuatnya tradisi Sunda di kecamatan Dayeuluhur ditandai dengan bahasa daerah yang digunakan sehari-hari yatu bahasa Sunda dan karena seringnya interakasi dengan warga yang ada di Jawa Barat. Untuk masalah interaksi dengan daerah di luar Dayeuhluhur, warga kebanyakan berinteraksi dengan warga Jawa Barat, hal ini dikarenakan masalah ekonomi. Warga Dayeuhluhur memiliki ketergantungan terhadap Kota Banjar dalam masalah pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Sebagai contoh, apabila warga menjual hasil bumi seperti padi, kelapa, pisang, buah-buahan, dll. 95% akan dijual ke Jawa Barat. Hal ini dipermudah dengan dekatnya akses dari Dayeuhluhur ke Kota Banjar yang cukup ditempuh 15 menit dibandingkan jarak Dayeuhluhur ke Majenang yang bisa memakan waktu sekitar 1 jam. Desa-desa di Dayeuh Luhur antara lain Bingkeng, Bolang, Cilumping, Ciwalen, Datar, Dayeuhluhur, Hanum, Kutaagung, Matenggeng, Panulisan, Sumpinghayu. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Dayeuh Luhur kota tua berbahasa berbudaya Sunda? Seperti disebut di atas, wilayah Dayeuh Luhur secara geografis berada di wilayah Ciamis tetapi secara administrative masuk kebupaten Cilacap. Itu adalah hal biasa. Tapi menjadi tidak biasa penduduk Daeyeuh Luhur berbahasa dan berbudaya Sunda yang berbeda dengan wilayah lainnya di kabupaten Cilacap. Bagaimana wilayah Cilacap menjorok masuk ke wilayah Sunda di Ciamis? Lalu bagaimana sejarah Dayeuh Luhur kota tua berbahasa berbudaya Sunda?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Dayeuh Luhur Kota Tua Berbahasa Berbudaya Sunda; Wilayah Cilacap Menjorok Masuk ke Wilayah Ciamis

Tunggu deskripsi lengkapnya

Wilayah Cilacap Menjorok Masuk ke Wilayah Ciamis: Dayeuh Luhur Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar