Laman

Minggu, 16 April 2023

Sejarah Banyumas (45): Pertanian - Industri Perkebunan di Wilayah Banyumas; Investor Bidang Perkebunan Kopi, Gula dan Indigo


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Pertanian rakyak diusahakan oleh penduduk terutama untuk kebutuhan pangan. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, terhadap perkebunan kopi rakyat diterapkan koffiestelsel. Satu bentuk system perkebunan, termasuk di wilayah Banyumas adalah perkebunan swasta dengan menyedikan konsesi lahan bagi investor.


Perkebunan Kopi Di Karesidenan Banyumas Masa Tanam Paksa Tahun 1836-1849. Maratu Latifa Yuan. 2018. Abstrak. Tanaman kopi menjadi komoditi perdagangan utama sejak masa VOC. Pada abad ke-18 kopi Jawa menjadi primadona di pasar Eropa melebihi kopi Yaman, Arab dan Ethiopia. Pada tahun 1830 bersamaan dengan diberlakukannya Sistem Tanam Paksa dibukalah perluasan perkebunan kopi khususnya di Jawa. Sistem Tanam Paksa dibawah Gubernur Jendral van den Bosch bertujuan memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Tujuan penulisan untuk mengetahui aktifitas dan perkembangan perkebunan kopi di Karesidenan Banyumas 1836-1849. Penelitian ini menggunakan metode penelitian secara kritis, heuristic, kritik sumber dan interpretasi serta historiografi yaitu suatu tulisan sejarah yang didasarkan pada fakta-fakta yang telah diperoleh. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perkembangan perkebunan kopi di Karesidenan Banyumas banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti geografis wilayah, iklim, aksesbilitas dan keadaan ekonomi Eropa pada saat itu. Para petani sebagai pekerja paksa di perkebunan kopi mendapatkan dampak paling besar baik di bidang sosial dan ekonomi. Bencana kelaparan dan kemiskinan di masyarakat Banyumas menjadi tidak dapat dihindarkan, sedangkan pemerintah tidak dapat mengambil tindakan perbaikan. Pada akhirnya kekejaman sistem ini dapat dihapuskan. Namun dihapuskannya sistem ini, perkebunan kopi di Karesidenan Banyumas tetap berjalan hingga akhir abad ke-19. (https://journal.student.uny.ac.id) 

Lantas bagaimana sejarah pertanian dan industri perkebunan di wilayah Banyumas? Seperti disebut di atas, wilayah Banyumas termasuk wilayah yang subur dimungkinkan pengembangan pertanian sejak masa lampau. Dalam perkembangannya system pertanian rakyat diintegrasiukan dengan koffiekultuur dan koffiestelsel. Bagaimana dengan yang lain seperti kehadiran investor di bidang perkebunan kopi, gula dan indigo? Lalu bagaimana sejarah pertanian dan industri perkebunan di wilayah Banyumas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pertanian dan Industri Perkebunan di Wilayah Banyumas; Investor bidang Perkebunan Kopi, Gula dan Indigo

Tunggu deskripsi lengkapnya

Investor bidang Perkebunan Kopi, Gula dan Indigo: Seberan Luas Lahan di Banyumas

Hingga tahun 1895 jumlah perkebunan (onderneming) di wilayah residentie Banjoemas sudah cukup banyak. Di afdeeling Banjoemas terdapat di wilayah Klampok dengan nama perusahaan Cultuurmaatschappij Klampok dengan administrator JF de Ruijter de Wildt; di wilayah Kalibagor dengan nama perusahaan Naamlooze vennootschap ‘Maatschappij tot exploitatie der suikerfabriek Kalibagor; dengan admionistrator Ch. Conradi’ dan di wilayah Sokaradja yang diusahakan oleh PJ Tulleken. Tiga perkebunan ini mengusahakan tanaman tembakau.


Di afdeeling Poerbalingga sudah ada empat onderneming yakni di wilayah Poerbalingga en Bobotsari perusahaan Erven wed. van Welle te Rotterdam yang mengusahakan tembakau; di wilayah Poerbalingga dengan perusahaan Naamlooze vennootschap  ‘Suiker

fabriek Kali Klawing yang mengusahakan indigo dan dengan perusahaan yang sama di wilayah Kalimanah dan wilayah Bodjoeng masing-masing mengusajaan gula. DiAfdeeling Poerwokerto ada dua perkebunan yakni di wilayah Slamat perusahaan EG Th. Gerlach mengusahakan tembakau dan di wilayah Poerwokerto perusahaan Naamlooze vennootschap ‘Suikerfabriek Poerwokerto’ mengusahakan gula.

Jumlah perkebunan di wilayah (residentie) Banjoemas belum dapat dikatakan banyak dan luas dibandingkan dengan wilayah (residentie) lainnya di Jawa. Namun jumlah yang ada sejauh ini sudah mengindikasikan kemajuan dalam bidang pertanian khusus pada skala perkebunan (onderneming).

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar