Laman

Rabu, 19 April 2023

Sejarah Banyumas (51): Lapangan Terbang di Wilayah Banyumas, Bagaimana Bermula? Kini Bandara di Cilacap dan di Purbalingga


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

an terbang (bandara) di kabupaten Purbalingga Jenderal Besar Soedirman memiliki runway sepanjang 1.600 M dan lebar 30 M. Suatu lapangan terbang baru, bandara masa kini. Sebelumnya sudah ada lapangan terbang di wilayah kabupaten Cilacap. Nah, pertanyaan yang tersisa nagaimana bermula pembangunan lapangan terbang di wilayah Banjumas?


Bandar Udara Tunggul Wulung terletak di sebelah barat Kota Cilacap, tepatnya di Kecamatan Jeruklegi. Bandar udara dengan panjang landas pacu 1.400 m x 30 m dan luas terminal 777 M². Merupakan bandar udara kelas III yang dikelola oleh UPT Ditjen Hubud. Juga terdapat dua Flying School yang beroperasi di bandara ini yaitu Genesa Academy dan Perkasa Flight School. Dengan fasilitas yang sudah dapat melayani night flight (terbang malam) yang menjadi kurikulum sekolah penerbangan. Maskapai yang pernah beroperasi disini adalah Wings Air dengan De Haviland Dash 7, Merpati Nusantara Airlines dengan CN235. Lapangan terbang pernah sepi sendiri, namun kemudian pemerintah mengaktifkan kembali dengan membuat jalur penerbangan dari Jakarta ke Cilacap ke dari Cilcap ke Semarang. Sebagai informasi, Bandara Tunggul Wulung dibangun oleh Pertamina pada tahun 1974. Lalu, diserahkan tahun 1989 dan resmi dikelola Departemen Perhubungan Cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Saat itu bandara memiliki landasan pacu sepanjang 140 M x 30 M dan luas terminal 777 M2 (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah lapangan terbang di wilayah Banyumas, bagaimana bermula? Seperti disebut di atas, di wilayah Banyumas kini ada dua lapangan terbang, di Cilacap dan di Purbalingga. Bagaimana dengan tempo doeloe. Lalu bagaimana sejarah lapangan terbang di wilayah Banyumas, bagaimana bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Lapangan Terbang di Wilayah Banyumas, Bagaimana Bermula? Kini Bandara di Cilacap dan di Purbalingga

Wilayah Banyumas sudah sejak lama memiliki pelabuhan besar di Cilacap. Pelabuhan ini dibangun sejak pembentukan residentie Banjoemas dan terus berkembang. Sekarang, bagaimana dengan lapangan terbang? Sebagaimana diketahui sejak 1914 secara beratahap jumlah lapangan terbang semakin banyak di wilayah Indonesia (baca: Hindia Belanda), termasuk di wilayah Bandoeng (Andir), Semarang (Simongan) dan Jogjakarta (Magoewo). Usulan pembangunan lapangan terbang di wilayah Banjoemas baru muncul pada tahun 1927.


Deli courant, 08-03-1927: ‘Lapangan terbang Banjoemas. Telah dilaporkan bahwa pertemuan terakhir dewan daerah (gewestelijken raad) Banjoemas membahas proposal untuk menetapkan satu atau lebih lapangan terbang di wilayah tersebut sebagai area pendaratan pesawat. Selama beberapa bulan terakhir, beberapa pesawat telah diterbangkan di berbagai tempat di wilayah itu dan khususnya di atas Poerwokerto, Asisten Residen disana sekarang mengusulkan agar situs semacam itu dibangun antara Soekaradja dan Kalibagor (terletak di dekat stasiun SDS). Situs tersebut akan memiliki luas 600x300 M atau 26 bau dan harga lahan biasa f120 per bau’.

Posisi wilayah Banjoemas tentu sangat strategis dan menjadi wilayah pendaratan pesawat diantara tiga lapangan terbang yang sudah ada di Bandoeng, Semarang dan Jogjakarta.  Sementara itu Soerakarta sejauh ini belum ada usulan. Boleh jadi karena cukup dekat antara Soerakarta dan Jogjakarta (dan juga Semarang). Namun persoalan utama pembangunan lapangan terbang tidak hanya karena secara teknis tetapi juga dari sisi kebutuhannya seperti pertahanan (militer) dan komersil (jumlah calon penumpang).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kini Bandara di Cilacap dan di Purbalingga: Bagaimana Tempo Doeloe?

Lapangan terbang Banjoemas menjadi salah satu lapangan terpenting pada awal invasi (pendudukan militer) Jepang di Indonesia. Tiga lapangan udara yang dekat dengan pantai selatan Jawa, Bandoeng, Banjoemas dan Jogjakarta diposisikan untuk jalur escape bagi orang-orang Belanda (termasuk angkatan udara Pemerintah Hindia Belanda). Pada permulaan serangan udara Jepang di wilayah Jawa sudah hancur lapangan terbang di Soerabaja, Malang, Madioen dan Magetan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar