Laman

Jumat, 21 April 2023

Sejarah Banyumas (55): Perang Indonesia, Kemerdekaan di Wilayah Banyumas; Amir Sjarifoeddin, Soedirman dan Abdoel Haris


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Banyumas. Apakah keutamannya? Yang jelas sudah ada yang menulis tentang perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Banyumas. Mengapa harus ditulis kembali? Nah, itu dia. Tentu saja menarik untuk mempelajari sejarah wilayah (residentie) Banyumas selama masa perang kemerdekaan Indonesia. Ada sejumlah tokoh sentral pada awal perang kemerdekaan Indonesia, diantaranya Mr Amir Sjarifoeddin Harahap, Soedirman dan Abdoel Haris Nasoetion.


Karesidenan Banyumas pada masa kemerdekaan 1945-1947. Diah Tjaturini. Skripsi. 1989. Abstrak. Penelitian mengenai situasi di Karesidenan Banyumas dilakukan di Jakarta, Purwokerto dan Banyumas sejak bulan April 1988 sampai November 1988. Tujuannya untuk mengetahui situasi di Karesidenan Banyumas sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai dilancarkannya Aksi militer I Belanda pada tanggal 21 Juli 1947. Pengumpulan data dilakukan melalui kepustakaan, berupa buku-buku, manuskrip, surat kabar dan surat pribadi. juga melalui wawancara serta peninjauan ke lokasi. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Karesidenan Banyumas merupakan daerah yang aman dan tenang, serta tidak pernah dilanda pertempuran namun merupakan pusat kekuatan untuk dikirim ke daerah pertempuran. Dengan situasi yang berbeda dengan daerah lain, maka Karesidenan Banyumas dapat memusatkan perhatian pada kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya. Keadaan yang semula tenang dan aman berubah setelah dilancarkan Aksi Militer I Belanda, yang menyebabkan seluruh daerah di karesidenan ini jatuh dalam kekuasaan tentara NICA, sehingga kerap terjadi pertempuran antara pasukan Republik Indonesia dengan tentara NICA. (https://lontar.ui.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Banyumas? Seperti disebut di atas, sejarah perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Banyumas, meski sudah ada yang menulisnya, tetapi masih perlu ditulis lagi. Tiga diantar sejumlah tokoh pada masa perang kemerdekaan Indonesia adalah Mr Amir Sjarifoeddin, Soedirman dan Abdoel Haris Nasoetion. Lalu bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Banyumas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Perang Kemerdekaan Indonesia di Wilayah Banyumas; Mr Amir Sjarifoeddin Harahap, Soedirman dan Abdoel Haris Nasoetion

Tunggu deskripsi lengkapnya

Mr Amir Sjarifoeddin Harahap, Soedirman dan Abdoel Haris Nasoetion: Wilayah Banyumas di Pantai Selatan Jawa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar