Laman

Kamis, 01 Juni 2023

Sejarah Banyuwangi (17): Kereta Api di Wilayah Banyuwangi, Mengapa Itu Penting? Jalur Bondowoso-Banyuwangi via Jember


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Penanda navigasi terpenting pembangunan jalur kereta api adalah pembangunan stasion. Stasion kereta api di Banyuwangi menjadi penting karena awalnya hanya satu jalan menuju kota Banyuwangi. Dalam pengembangan jaringan kereta api di pulau Jawa kemudian dikembangkan jalur Banyuwangi-Jember.


Stasiun Banyuwangi adalah stasiun kereta api nonaktif yang terletak di ibu kota Kabupaten Banyuwangi, tepatnya di Karangrejo, Banyuwangi. Stasiun yang terletak pada ketinggian +6 m ini termasuk dalam Wilayah Aset IX Jember. Stasiun ini dahulu merupakan stasiun kereta api yang letaknya paling timur di Jawa sebelum digantikan dengan Stasiun Banyuwangi Baru (sekarang Ketapang) pada tahun 1985, yang terletak 10 km dari kota ke arah utara, satu kompleks dengan Pelabuhan Ketapang. Meski demikian, Stasiun Banyuwangi Lama tetap masih beroperasi setelah Stasiun Banyuwangi Baru beroperasi, hingga akhirnya benar-benar dinonaktifkan pada tahun 1988. Sulit mengangkut hasil bumi dari wilayah Banyuwangi melalui pelabuhan pelabuhan ekspor di Panarukan. Banyuwangi merupakan daerah yang terisolasi dan dikurung oleh bukit-bukit terjal yang tidak bisa dilalui jalan desa maupun jalur pedati. SS menawarkan kereta api sebagai solusi dalam mengangkut hasil-hasil bumi. Jalur kereta api mulai terwujud dengan mulai dibangunnya jalur baru Kalisat–Banyuwangi mulai tahun 1897. Jalur ini dibangun membelah gunung, melintasi dua terowongan, serta memiliki jembatan yang cukup dalam di petak Garahan–Mrawan. Jalur ini dibuka penuh untuk layanan umum pada tanggal 2 Februari 1903 oleh SS. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kereta api di wilayah Banyuwangi, mengapa penting? Seperti disebut di atas, jalur kereta api menuju Banyuwangi penting, tetapi tidak mudah merealisasikannya. Jalur kereta api Bondowoso-Banyuwangi via Jember. Lalu bagaimana sejarah kereta api di wilayah Banyuwangi, mengapa penting? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kereta Api di Wilayah Wilayah Banyuwangi, Mengapa Penting; Jalur Bondowoso-Banyuwangi via Jember

Hingga tahun 1895 belum ada keputusan pengoperasian kereta api di wilayah Banjoewangi (lihat Dagblad van Zuidholland en 's Gravenhage, 18-10-1895). Tidak hanya di wilayah Banjoewangi, juga di wilayah Banten. Menteri Koloni menganggap itu penting, tetapi manfaat langsungnya belum ada, sebab ada program lain yang mendahului sebelum itu dapat direalisasikan, seperti pembangunan irigasi. Mengapa?


Pembangunan jalur kereta api di wilayah Banyuwangi masuk dalam wilayah pengembangan di residentie Bezoeki. Oleh karena itu, dengan pusat di Probolinggo yang terhubung ke Soerabaja, maka perluasan jalur kereta api ke Banyuwangi dari arah barat di afdeeling Djember. Jalur kereta api dari Djember sudah terhubung ke Bondowoso hingga Sitoebondo (laut). Jalur kereta api Jawa di Djember terhubung ke Probolinggi melalui Klakah. Dalam hal ini jangkarnya berada di Djember.

Dalam perkembangannya telah diangkat JFP Rochter, insinyur kelas satu kereta api negara (SS) ditunjuk untuk posisi pengembangan jalur Probolinggo-Banjoewangi (lihat De nieuwe vorstenlanden, 06-03-1896). Ini mengindikasikan bahwa pengoperasian jalur keretapi Probolinggo-Banjowangi akan segera direalisasikan. Meski Gubernur Jenderal Hindia Belanda sudah mangangkat pejabat, namun bagaimana selanjutnya belum terinformasikan (lihat Het vaderland, 29-03-1897). Disebutkan Kempees, mantan inspektur kepala layanan kereta api di Hindia, kemarin berbicara di Amsterdam tentang kereta api dan trem di Hindia. Setahu pembicara, Menteri Koloni pasti punya rencana membangun jalur ke titik paling timur Jawa, Banjoewangi, dan jalur dari Prianger ke Cheribon. Sebagaimana di wilayah lain, keputusan pemberian konsesi, dan pengoperasian kereta api melalui jalam mana banyak pertimbangannya.


De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 17-04-1897: ‘Sewa tanah. Satu perusahaan Cultuurmaatschappij Pakoedo, didirikan di Soerabaja, sudah disewakan dalam jangka panjang, merupakan tanah luas dengan 363 bau di district Banjoewangi dan di district Rogodjampi afdeeling Banjoeangi, residentie Bezoeki. Nilai sewa sebesar f3 per bau per tahun’.

Pengembangan jalur keretaapi dikaitkan dengan program pemerintah dalam pengembangan wilayah diantara satu wilayah dengan yang lainnya. Moda transportasi dalam hal ini hanya salah satu instrument penghubung. Semuanya akan berujuk pada rujukan pada hasil studi kelayakan. Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam hal ini telah mengangkat satu pejabat yang didalamnya memiliki tugas studi kelayakan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Jalur Bondowoso-Banyuwangi via Jember:  Bagaimana via Panaroekan?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar