Laman

Kamis, 15 Juni 2023

Sejarah Dewan di Indonesia (3):Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng di Gemeente Raad Medan; Seorang Guru Tetaplah Guru


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini

Banyak guru tidak hanya berjuang mengajar di sekolah bahkan di tempat-tempat terpencil, juga ada yang berjuang di tengah kota dalam gedung dewan. Selain Soetan Mangkoeto, Radja Goenoeng, juga ada ada nama RA Atmadinata. Sekarang kita membicarakan Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng di Gemeente Raad Medan dan pada artikel lainnya nanti tentang TA Atmadinata di gemeenteraad Bandoeng.


Sejarah Kota Medan (23): Radja Goenoeng, Gemeenteraad Medan Pertama; Mangaradja Soangkoepon, Volksraad Seumur Hidup dari Sumatera Timur. Cikal bakal institusi dewan (raad) di Medan adalah Gemeentefond. Dewan pertama yang dibentuk adalah Afdeelingraad Deli berkedudukan di Medan. Jumlah anggota sebanyak 21 orang yang mulai bersidang secara resmi 1 April 1906 yang diketuai oleh Asisten Residen. Kemudian di dalam kota Medan dibentuk gemeeteraad tahun 1909 yang dalam perkembangannya diketuai oleh walikota (burgermeester) tahun 1918 sehubungan dengan berubahnya status kota Medan menjadi sebuah kota (gemeente). Kota-kota lain di Sumatra’s Oostkust yang memiliki gemeeteraad adalah Pematang Siantar, Bindjei, Tebing Tinggi dan Tandjong Balei. Sedangkan di Residentie Tapanoeli, belum ada gemeenteraad. Yang ada adalah afdeelingraad seperti Afdeelingraad Deli. Uniknya, dewan di Tapanoeli ini hanya satu-satunya dan wilayah konstituenya hanya sebatas onderafdeeling. Dewan yang ada di Residentie Tapanoeli itu terdapat di Onderfadeeling Angkola en Sipirok (yang berpusat di Padang Sidempuan). Jumlah anggota dewan sebanyak 23 orang (lebih banyak dari Afdeelingraad Deli yang hanya berjumlah 21 orang). (http://akhirmh.blogspot.com/2016/06/sejarah-kota-medan-23-radja-goenoeng.html)

Lantas bagaimana sejarah Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng di Gemeente Raad Medan? Seperti disebut di atas, Radja Goenoeng berangkat dari seorang guru yang kemudian menjadi anggota dewan kota di Medan. Jadi bagaimana? Seorang guru tetaplah guru. Lalu bagaimana sejarah Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng di Gemeente Raad Medan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng di Gemeente Raad Medan; Seorang Guru Tetaplah Guru

Sementara gerakan pembangunan kota secara partisipatif muncul di kota kecil di Medan, nun jauh di Fort de Kock, sekolah guru (kweekschool) melakukan ujian akhir (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 25-01-1899). Salah satu siswa yang dinyatakan lulus adalah Kajamoedin dari (Hoeta) Rimbaroe, Residententi Tapanoeli.


De Sumatra post, 19-04-1899 (Gemeentefonds): ‘Pertemuan diadakan 30 Maret 1899 di rumah Presiden, dilaporkan anggaran tahun 1898 sebesar f18.700 telah membengkak sebesar f2.500. Anggaran ini telah digunakan untuk pembangunan gorong-gorong, drainase…inisiatif swasta sangat diharapkan…pembangunan pasokan air, melalui filter pasir disaring air sungai yang akan dipompa ke reservoir tinggi...penerangan jalan oleh perusahaan listrik Medan…Presiden menginformasikan niat anggota Tjong A Fie untuk menyumbangkan taman kota antara kantor hoofdmantri dengan jembatan di atas sungai Deli dekat penjara polisi’.

Hoetarimbaroe adalah salah satu kampong yang masuk dalam kota besar Padang Sidempoean (Afdeeling Padang Sidempoean). Kota Padang Sidempoean adalah kota besar. Sementara itu, kota Medan yang sedang tumbuh berada di kawasan perkebunan yang merupakan gabungan kampong Medan Poetri dan kampong Kesawan.


Medan disebut kota kecil karena kota hanya berpusat di area kebun Deli Mij yang berada di antara kampong Medan Poetri di seberang sungai dengan kampong Kesawan. Kampong Medan Poetri adalah perkampongan pribumi, kampong Kesawan merupakan tempat dimana terdapat pasar yang mana terdapat banyak pedagang Cina. Kampong Medan Poetri dijadikan sebagai onderafdeeling Medan pada tahun 1875 dimana Controleur ditempatkan, sementara Asisten Residen di Laboehan. Tahun 1879 Medan dijadikan ibu kota Afdeeling Medan (menggantikan Laboehan), Pada tahun 1879 di kota Padang Sidempoean sudah ada sekolah guru (kweekschool), sudah ada sekolah Eropa (ELS) dan Padang Sidempoean sendiri adalah ibu kota Residentie Tapanoeli. Pada tahun 1885 di Medan belum ada sekolah dasar untuk Eropa/Belanda bahkan menjadi salah isu dalam tinjauan surat kabar Deli Courant yang belum lama terbit (lihat Deli courant, 25-07-1885). Dicatat sekolah ELS di Padang Sidempoean memiliki siswa 12 siswa. Pada tahun 1887, kota Medan ditingkatkan menjadi ibu kota Residentie Oostkust van Sumatra (menggantikan kota Bengkalis). Sejak ini kota Medan cepat tumbuh sebagai pusat perkebunan dimana para planter banyak lalu lalang yang kebunnya berada di Langkat dan Serdang. Hingga tahun 1899 belum ada sekolah dasar pemerintah untuk pribumi di Medan. Sementara di afdeeling Padang Sidempoean (sebelumnya bernama Afd Angkola Mandailing) terdapat 13 sekolah dimana di kota Padang Sidempoean terdapat tiga buah (salah diantaranya didirikan tahun 1858).

Lantas apa hubungannya guru Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng dengan kota Medan? Tentu saya tidak hanya sekadar untuk menggambarkan bahwa Radja Goenoeng berasal dari kota besar (Padang Sidempoean), tetapi juga bagaimana orang Padang Sidempoean telah banyak yang migrasi ke kota Medan. Pada tahun 1900 yang menjadi kepala kampong (kamponghoofd) di kampong Kesawan, kota Medan adalah Sjech Ibrahim kelahiran Angkola Mandailing.


Mohamad Yacub gelar Sjech Ibrahim pada tahun 1875 merantai ke pantai timur Sumatra dan diangkat sebagai penulis di kerajaan Serdang. Setelah cukup lama di Serdang, Mohamad Yacub berangkat haji ke Mekkah. Sepulang dari Mekah, bermukim di kota Medan. Di kota yang sedang tumbuh inilah haji Mohamad Yacub berdagan di (pasar) Kesawan yang kemudian dia lebih dikenal sebagai Sjech Ibrahim. Pada saat kota Medan tahun 1887 dijadikan sebagai ibu kota Residentie, seorang djaksa terkenal di Residentie Tapanoeli yang tigas terakhir di onderafdeeling Sipirok (afd Padang Sidempoean) dipindahkan ke Medan. Djaksa tersebut bernama Soetan Goenoeng Toea (kakek dari Mr Amir Sjarifoeddin Harahap, Perdana Menteri RI kedua).

Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng sebagai guru di wilayah Residentie Tapanoeli, terbilang sukses dan inovatif, diakui pemerintah, yang kemudian diangkat pemerintah sebagai pengawas pendidikan di Residentie Oostkust van Sumatra. Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng jelas orang baru di Medan, tetapi reputasinya sudah tersiar luas di Medan. Pada masa pemilihat anggota Gemeenteraad medan tahun 1918 nama Kajamoedin masuk nominasi (lihat De Sumatra post, 16-07-1918).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Seorang Guru Tetaplah Guru: Mencerdaskan Bangsa dari Ruang Kelas hingga Ruang Sidang

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar