Laman

Jumat, 04 Agustus 2023

Sejarah Sepak Bola Indonesia (26): Sepak Bola dan Olimpiade Internasional Indonesia; Olimpiade Musim Panas di Melbourne 1956


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini

Olimpiade Musim Panas adalah ajang olahraga musim panas internasional yang pertama kali di adakan pada tahun 1896 diadakan setiap 4 tahun sekali oleh Komite Olimpiade Internasional. Para peserta diikutkan oleh sebuah Komite Olimpiade Nasional (di Indonesia KOI) untuk mewakili negara. Indonesia pertama kali dalam Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia, mengirimkan tiga atlet putra dan merupakan salah satu tim terkecil bertarung di cabang angkat besi, atletik, dan renang, Ketiga atlet Thio Ging Hwie angkat besi, Maram Sudarmodjo lompat tinggi Habib Suharko renang. Bagaimana dengan sepak bola?


Melbourne, 1956. Karena Revolusi Hongaria dan reaksi Uni Soviet terhadapnya, hanya 11 negara yang berpartisipasi dalam turnamen ini, menjadikannya kompetisi sepak bola terkecil sejak Pertandingan Musim Panas 1908 & 1912. Soviet menang, memenangkan medali sepak bola Olimpiade pertama mereka - emas - hanya dalam penampilan kedua mereka. Dalam perjalanan ke final -- kemenangan 1-0 atas Yugoslavia, yang merebut medali perak ketiga berturut-turut -- Soviet hampir tidak bisa melewati skuad tangguh Indonesia di perempat final dan Bulgaria di semifinal. Indonesia membuka tirai besinya sendiri, menahan sepuluh pemain di area penalti dan satu striker di lini depan saat Soviet menguasai bola. Taktik itu berhasil, karena mereka memainkan favorit untuk seri tanpa gol. Namun, dalam tayangan ulang, Soviet menang, 4-0, Sergei Salnikov mencetak dua gol. Di semifinal, setelah seri tanpa gol di menit 90, mencetak gol untuk Soviet di menit terakhir untuk kemenangan 2-1 .(https://www.fifa.com/)

Lantas bagaimana sejarah olimpiade internasional dan sepak bola Indonesia? Seperti disebut di atas, tim sepak bola Indonesia baru berpartisipasi pada Olimpiade Musim Panas di Melbourne 1956. Lalus bagaimana sejarah olimpiade internasional dan sepak bola Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Olimpiade Internasional dan Sepak Bola Indonesia; Olimpiade Musim Panas di Melbourne 1956

Ada hubungan khusus antara Olimpiade dan para atlit Indonesia, Itu terjadi antara sepak bola dengan penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas yang diadakan di Melbourne tahun 1956. Untuk persiapan Indonesia menuju Melbourne, event terdekat adalah hasil PON tahun 1953 yang diadakan di Medan. Yang menjadi juara cabang sepak bola dalam PON di Medan adalah tim Sumatra Utara. Dalam tim Sumatra Utara, ada nama Jusuf Siregar yang pada putaran awal PON III Medan tim Sumatra Utara bertemu tim Nusa Tenggara. Dalam pertandingan yang dimainkan pada yanggal 22 September di Stadion Teladan, tim Simatra Utara mengalahkan tim Nusa Tenggara dengan skor besar (9-1) (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 23-09-1953). Jusuf Siregar mencetak tujuh gol.


Jusuf Siregar adalah sala satu pemain tim Sumatra Utara dalam PON III di Medan. Jusuf Siregar adalah pemain nasional Indonesia yang disegani oleh kiper-kiper luar negeri. Rekor Indonesia Jusuf Siregar ini hingga ini hari belum terpecahkan. Jusuf Siregar dalam satu pertandingan pernah menjebol gawang Persidja sebanyak lima kali (Quintrick) ketika PSMS mengalahkan Persidja dengan skor 6-3 pada tahun 1955. Sebagaimana lazimnya, seorang pemain yang mampu mencetak gol sebanyak-banyaknya dalam satu pertandingan adalah suatu prestasi tersendiri. Bahkan prestasi tersebut melebihi prestasi seorang pemain yang menjadi top skor dalam satu turnamen atau satu musim (top skor). Begitu pentingnya mencetak gol sebanyak-banyaknya dalam satu pertandingan memunculkan terminologi khusus: Brace (2 gol); Hattrick (3 gol); Quattrick (4 gol); Quintrick (5 gol); dan Double Hattrick (6 gol). Hanya itu. Lebih dari enam gol disebut fantastic.

Jusuf Siregar adalah salah satu pemain luar biasa. PON III di Medan tahun 1953 adalah kontes para pemain bintang Indonesia. Tidak hanya Jusuf Siregar, tetapi juga ada Ramang, Witarsa, Moheng, Chaeruddin Siregar dan lainnya. Mereka ini hadir di Medan mewaklili tim PON daerah masing-masing: Jusuf Siregar (Sumatra Utara/PSMS), Ramang (Sulawesi Selatan/PSM), Witarsa (Jawa Barat/Perib), Moheng (Jawa Timur/Persibaja) dan Chaeruddin Siregar (Djakarta Raya/Persidja).


Jusuf Siregar tidak hanya mencetak tujuh gol ke gawang tim Nusa Tenggara, tetapi juga hattrick ketika melawan juara tahun lalu Tim Jawa Barat (6-2) (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-09-1953). Jusuf Siregar juga memborong tiga gol ke gawang tim Sumatra Tengah di semi final (Het nieuwsblad voor Sumatra, 19-09-1953). Pada Pertandingan final melawan Djakarta Raja dan berhasil menjadi kampiun (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-09-1953). Jusuf Siregar menyumbang dua gol. Secara keseluruhan, Tim Sumatra Utara paling produktif dengan 21 gol, di tempat kedua Djawa Timur dengan 16 gol; ketiga Djakarta Raja delapan gol. Top skor adalah Jusuf Siregar dengan total 15 gol.

Setelah sepak bola PON di Medan, untuk menuju Olimpiade di Melbourne, Indonesia mengikuti Olimpiade Asia di Manila tahun 1954. Nama Jusuf Siregar semakin terkenal. Jusuf Siregar adalah pemain inti tim nasional sepak bola Indonesia ke Olimpiade Asia di Manila 1954. Pada babak Perempat Final, Tim Nasional Indonesia maju ke Semi Final setelah mengalahkan India dengan skor 4-0 (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 06-05-1954).


Dalam formasi inti kiper adalah Parengkuan (Persidja). Pemain belakang Anas dan Chaeruddin Siregar (Persidja). Pemain tengah Liong Houw (Persidja), Sidik dan Sian Liong. Pemain depan Witarsa (Persib), Tee San Liong, Ramang (PSM), Djamiat (Persidja) dan Jusuf Siregar (PSMS). Meski Timnas Indonesia hanya mendapat medali perunggu di Manila, namun Timnas Indonesia menarik perhatian di Eropa. Komite Olimpiade Jerman Barat mengundang Tim Indonesia karena (hanya) mendengar tim Medan mampu mengalahkan tim kuat dari Swedia (De vrije pers: ochtendbulletin, 29-11-1954),

Tim dari Swiss Grasshoppers melakukan sejumlah pertandingan di Indonesia (Het nieuwsblad voor Sumatra, 08-02-1955). Dalam lawatan juara liga Swiss ini, Persija dibantai Grasshoppers tanpa balas dengan sembilan gol, sementara PSMS hanya kalah dengan skor 2-4. Satu gol PSMS ini ke Tim Swiss dibuat oleh Jusuf Siregar (Het nieuwsblad voor Sumatra, 31-01-1955). Ini menunjukkan kualitas PSMS jauh di atas Persidja dan Jusuf Siregar memang OK. Lagi pula Tim Sumatra Utara dalam PON III di Medan September 1953 mengalahkan Tim Djakarta Raja di final dengan skor 3-1 (yang mana dua gol hasil kontribusi Jusuf Siregar). Tim Sumatra Utara sebagian besar PSMS dan Tim Djakarta Raja sebagian besar Persidja.


Tingkat pencapaian Jusuf Siregar (PSMS) ini tidak pernah dilewati oleh Ramang (PSM) maupun Djamiat (Persidja). Jusuf Siregar sangat produktif di PSMS karena diplot sebagai penyerang tengah bersama Ramlan Jatim. Sedangkan di Timnas Indonesia, Jusuf Siregar diplot sebagai penyerang sayap yang memberi umpan-umpan terukur kepada Ramang dan Djamiat. Dengan kata lain Jusuf Siregar di dalam Timnas Indonesia memang bukan top skor tetapi Top Assist. Karena itulah dari segi publisitas di Timnas Indonesia seakan-akan Ramang berada di atas Jusuf Siregar. Untuk urusan membobol gawang tim luar negeri jagonya adalah Jusuf Siregar. Ketajaman Jusuf Siregar tidak hanya diakui oleh Tim Burma asal Inggris. Juga ketajaman Jusuf Siregar diakui oleh pelatih Singapoera yang juga asal Inggris. Hal ini diakui oleh Singapoera ketika Tim Singapoera melawat ke Medan pada bulan April 1955 (Het nieuwsblad voor Sumatra, 18-04-1955). Dalam pertandingan tersebut PSMS hanya menang 4-0 dari seharusnya 10-0. Para pemain PSMS yang mendominasi permaianan tampak lebih memainkan demonstrasi karena nyatanya tim Singapoera tidak terbilang kuat. Disebutkan. Medan yang tidak begitu memikirkan skor tapi juga menikmati permainan dalam mengobok-obok pertahanan Singapura. Dalam pertandingan ini Jusuf Siregar melakukan Hattrick. Satu gol lainnya dihasilkan oleh Anwar Daulaj.

Tiga pemain nasional yang kerap dibicarakan adalah Jusuf Siregar, Ramang dan Rasjid. Pada tahun 1956 ketiga pemain ini sudah terbilang senior di tim nasional. Jusuf Siregar lahir tahun 1928 (28 tahun) dan Ramang lahir 1924 (32 tahun). Dalam persiapan tim ke Olimpiade di Melbourne, PSSI memanggil 25 pemain termasuk Jusuf Siregar untuk melakukan seleksi yang akan diadakan di Djakarta. Sebelumnya PSSI telah membentuk dua tim: Banteng dan Harimau yang keduanya juga ikut meladeni lawatan Salzburg ke Indonesia.


De nieuwsgier, 22-03-1956: ‘...Beberapa pemain tua seperti Ramang, Jusuf Siregar dan Rasjid menunjukkan penurunan yang besar dalam pertandingan. Mereka tidak lagi cukup cepat untuk mengikuti langkahnya. Pemain yang secara teknis bagus seperti Siregar akan selalu bisa bermain bagus tanpa kecepatannya, tapi pemain seperti 'Ramang yang hanya harus memiliki kecepatan, tidak cepat lagi..'.

Jusuf Siregar tidak hanya piawai mencetak gol ke dalam tim dalam negeri, tetaoi juga cukup moncer mencetak gol ke tim luar negeri, baik sebagai skuad Tim PSMS maupun sebagai skuad Timnas Indonesia. Bertanding melawan tim luar negeri di Olimpiade Melbourne tahun 1956 adalah impiannya. Namun fakta berbicara: usia yang mulai menua juga tenaga yang mulai menurun. Jusuf Siregar memiliki motivasi bermain yang sangat tinggi, tetapi secara fisik sudah mulai menurun lalu tereliminasi dari Timnas Indonesia.


Pemain yang akan dibawa ke Melbourne adalah Maulawi Saelan (PSM), Paidjo (Persema), Chairuddin Siregar (Persidja), Mohammad Rasjid (PSMS), M. Sidhi (Persibaja), Ramlan Jatim (PSMS), Kwee Kiat Sek (Persidja), Tan Liong Houw (Persidja), Rukma Sudjana (Persib), Kasmoeri (Persip), Thio Him Tjiang (Persidja), Rusli Ramang (PSM), Ramli Jatim (PSMS), Mohammad Djamiaat (Persidja), Ashari Danu (PSIS), Ade Dana (Persib), Aang Witarsa (Persib), Achmad Arifin (PSP), Phwa Sian Liong (Persibaja) dan Jasrin Jusron (PSIS)

Dalam Olimpiade Melbourne sebelas pemain yang tampil adalah kiper M. Saelan (PSM); di belakang: M. Rasjid (PSMS) dan Chairuddin (Persidja); di tengah: Ramlan (PSMS) Kiat Sek (Persija) dan Liong Houw; (Persidja); di depan Witarsa (Persib), Phwa Siam Liong (Persibaja), Danu (PSIS). Him Tjiang (Persidja) dan Ramang (PSM).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Olimpiade Musim Panas di Melbourne 1956: Riwayat Tim Sepak Bola Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar