Laman

Sabtu, 05 Agustus 2023

Sejarah Sepak Bola Indonesia (28): Industri Sepak Bola di Indonesia; Ekonomi - Bisnis Sepak Bola Sejak Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini terminology industry sepak bola mulai populer. Dalam hal ini terminology industry awalnya diterapkan dalam kegiatan manufaktur (kegiatan produksi untuk menghasilkan output berupa barang). Seiring dengan perkembangan fungsi sepak bola sebagai olahraga/Kesehatan menjadi permainan (game) yang menjadi hiburan (massal), maka industry sepak bola merujuk pada kegitan hiburan, yang dalam hal ini outputnya tidak berupa barang tetapi jasa (hiburan). Oleh karena itu industry sepak bola adalah industry jasa, dimana unit usa (bisnis) adalah klub (usaha/bisnis yang menjalankan kegiatan jasa/hiburan).


Industri sepak bola adalah berbagai bisnis sepak bola. Dalam hal ini industri sepak bola adalah kumpulan unit bisnis (klub) sepak bola. Dalam hal ini klub sepak bola terkait dengan stakeholder lain seperti unit sepak bola lainnya, seperti penonton/supporter, pemerintah, media, transportasi dan sponsor. Unit bisnis dalam hal ini bertujuan untuk mendapatkan profit yang dapat digunakan untuk membesarkan usaha bisnis sepak bola. Bagaimana mengelola bisnis untuk tujuan itu, adalah mengelola kegiatan untuk memaksimumkan revenue seperti penjualan tiket, berbagai pendapatan lainnya seperti sponsor, nilai transfer pemain dan merchandise. Sebaliknya mengelola kegiatan unruk meminumkan pengeluaran atas penggunaan sumberdaya seefisien mungkin seperti upah/gaji pemain dan supporting, mendapatkan pemain, pembinaan pemain muda, pembangunan stadion sendiri dan sebagainya. Dalam hubungan ini, industry sepak bola, setiap klub bersaing untuk mencapai dua tujuan: profit bisnis dan tim juara. Industri sepak bola menjadi setiap klub berlomba untuk mencapai dua tujuan tersebut.   

Lantas bagaimana sejarah industri sepak bola di Indonesia? Seperti disebut di atas, industry sepak bola pada masa ini sudah sangat berkembang di Eropa. Bagaimana dengan di Indonesia? Ekonomi dan bisnis sepak bola sejak era Hindia Belanda. Lantas bagaimana sejarah industri sepak bola di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Industri Sepak Bola di Indonesia; Ekonomi dan Bisnis Sepak Bola Sejak Era Hindia Belanda 

Tidak dapat dikatakan tidak ada, namun sulit menemukan terminology industri sepak bola di masa awal pekermbangan sepak bola di Eropa. Boleh jadi industri sepak bola adalah terminologi masa kini. Namun mengikuti definisi seperti disebut di atas, tanda-tanda atau gejala industri sepak bola itu sudah lama adanya pada era Hindia Belanda. Tidak hanya di Eropa, juga di Hindia Belanda. Bagaimana tanda-tanda industri sepak bola tergambar dari kutipan tentang protes seorang pendeta terhadap dunia sepak bola.


De revue der sporten jrg 12, 1919, no 50, 13-08-1919: ‘Latihan Jasmani dan Ketuhanan," Saya sendiri berulang kali memperingatkan terhadap pemujaan yang tidak wajar terhadap pemain sepak bola? Bukankah saya berulang kali berdebat bahwa semua chauvinisme terhadap klub sepak bola tertentu dengan serbaguna tidak ada hubungannya dengan olahraga itu, dan lebih cenderung pada cedera daripada pada yang baik? Apa kelebihan para pesepakbola? Apa yang mereka lakukan untuk kepentingan sesama mereka? Segera mereka akan membayangkan bahwa mereka sangat berarti, dibuat sangat tersanjung oleh penghormatan. Aduh, betapa jauhnya "latihan fisik" kita tertinggal dari orang-orang Yunani! Raungan yang terdengar di pertandingan kita adalah apa berbeda dari suasana suci yang tenang dan khusyuk dari permainan Yunani. Tidak, saya tidak menentang olahraga, tetapi saya meremehkan perkembangannya yang paling gila ini. Dan untuk alasan ini, karena menurut saya latihan fisik yang baik adalah hal yang sangat baik, sekarang saya tidak menyetujui penghormatan yang dibesar-besarkan seperti itu. Saya percaya bahwa ini lebih merugikan olahraga daripada menguntungkannya. Setiap orang yang tenang dan berakal pasti berkata: itu semua terlalu bodoh. Camille van Horden sudah mati. Dia berhak disebut Belgian De Korver. Camille bermain 28 kali untuk tim nasional Belgia. Dalam beberapa tahun terakhir, tidak aktif, memenuhi tugas master pelatihan. Dia meninggal 30 Juli 2009 dari lingkungan terdekatnya, banyak teman olahraganya telah direnggut. Van Horden menemui kematian yang tragis. Yakni, dia dibunuh dalam sebuah pertengkaran’ 

Lepas dari apa yang disuarakan oleh seorang pendeta di Belanda di atas, tergambar betapa hebatnya perkembangan sepak bola di Eropa. Menurut pendeta itu apa yang menjadi trend dalam sepak bola, itu adalah kebodohan. Bagi para gibol, tentu lain lagi yang mereka pikirkan. Dalam pikiran para gibol inilah terkesan sepak bola sudah bertransformasi jauh, dan telah menggambarkan sepak bola itu sudah menjadi industri.  


Opini pendeta ini ada baiknya, seperti yang dikeluhhkan sang pendeta” ‘Aduh, betapa jauhnya latihan fisik kita tertinggal dari orang-orang Yunani!’ Maksudnya sepak bola yang berlaku sudah jauh dari esensi sepak bola itu untuk kebutuhan olah raga dan kesehatan. Semua chauvinisme terhadap klub sepak bola tertentu dengan serbaguna tidak ada hubungannya dengan olahraga, bahwa ini lebih merugikan olahraga daripada menguntungkannya, dan lebih cenderung pada cedera (kerusakan) daripada pada yang baik (kebaikan). Pendeta itu menyindiri apa kelebihan para pesepakbola? Apa yang mereka lakukan untuk kepentingan sesama mereka? Namun sebaliknya juga tergambar para sepak bola sekan telah membayangkan bahwa mereka sangat berarti, dibuat sangat tersanjung oleh penghormatan yang mereka terima. Nilai komersil dan nilai ekonomi mereka sudah sangat tinggi. Para pemain sepak bola sudah kaya, pendapatan tinggi dan gaya hidup baru. Jelas ini yang ditentang pendeta, tetapi para gibol suasana itu yang ingin dicapainya. Pendeta itu mengakhiri kritiknya: ‘Tidak, saya tidak menentang olahraga, tetapi saya meremehkan perkembangannya yang paling gila ini’.

Komersialisasi sepak bola dalam konteks ekonomi sepak bola, yang bersaing ketat, diantara para pemain dan diantara klub jelas telah menggambarkan situasi dan kondisi yang dapat disebut industri sepak bola sedang ‘ngebul kuat’ boleh jadi sudah menyangi industri manufaktur yang berbasis mesin uap. Sepak bola telah mendapat tempat yang sejajar dengan industri-industri lainnya. Kemajuan sepak bola, sangat dikhawatirkan oleh para pendeta, para pemuda sudah lebih mengutamkan ke stadion sepak bola dari pada ke kegiatan Minggu di gereja.


Gereformeerd jongelingsblad; orgaan van den Nederlandschen Bond van Jongelingsvereenigingen op Gereformeerde Grondslag, jrg 34, 1922-1923, no. 39, 25-05-1923: ‘Pemuda dan Olahraga kita. Hari-hari ini kita membaca kata-kata berikut yang patut dipertimbangkan di Westlander: Betapa olahraga dan olah raga tidak menjadi latar depan akhir-akhir ini. Berapa banyak di sekitar siapa sepak bola menggambar dunia ajaibnya! Ratusan, yang berlari gila-gilaan mengejar bola (di hari) Minggu demi Minggu (ke gereja). Bangsa Romawi juga memiliki klub sepak bola dan lapangan sepak bola mereka sendiri, dan mereka juga tampaknya memiliki gagasan aneh tentang pemeliharaan hari Minggu. Bahkan balita berusia enam dan tujuh tahun menendang dengan sepatu kayu mereka di belakang satu batu besar atau sepak bola tiruan dan istilah sepak bola bermula. Koran-koran menulis kolom-kolom yang penuh dengannya dan bagi ribuan orang tujuan hidup tertinggi tampaknya berada di lapangan olahraga dan sepak bola. Angin ini juga bertiup di atas kaum muda kita. Jumlahnya terus bertambah yang menggantikan gereja dengan mereka jalan kaki ke lapangan sepak bola. Seseorang berbicara tentang kekasaran yang dipertanyakan dari masa muda Kristen kita, yang juga menemukan penyebabnya dalam hal ini. Dan memang, ada hal-hal yang menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran. Mereka membangkitkan perasaan takut kota bahwa generasi muda perlahan tapi pasti bergerak maju di jalan di mana batas antara gereja dan dunia telah dibongkar. Pada saat kebangkitan spiritual dan kehidupan spiritual berkembang, minat pada hal-hal "duniawi", seperti olahraga dan seni, biasanya berkurang. Apakah kita tidak melihat ini dalam hidup kita sendiri? Ketika rahmat Tuhan membuat hati kita bersinar hangat dan kita tidak tahu yang lebih tinggi keinginan daripada berada dalam hal-hal Bapa kita, maka dunia melewati kita, dan keindahannya tidak menyentuh kita: Tetapi ketika semua pesona hal-hal yang terlihat dan sensual menangkap kita lagi, dan membawa kita tertawan, lihatlah, kita ingat hal-hal yang dulu sangat sedikit Oh, surga meminta kita sepenuhnya, dan bumi meminta kita sepenuhnya, dan hati kita terlalu kecil untuk menanggung keduanya, Itulah perselisihan, kehancuran hidup ini, Kami rasakan, dan kami merasakannya dalam detak jantung kehidupan Kristen kita saat ini, yang memenangkan cinta yang satu dengan mengorbankan cinta yang lain. Oleh karena itu kami tidak akan mengabaikan suara-suara ini dengan isyarat yang luas. Di sini tinggal doa Ayub, yang memohon untuk anak-anaknya ketika mereka jauh darinya dalam nyanyian dan permainan. Kita sangat kaya hari ini dibandingkan dengan masa lalu. Dan kita tahu bahwa kekayaan itu sendiri tidak keji atau berdosa, tetapi berbahaya. Ini sangat sulit. Untuk menggunakan pemberian Tuhan agar tidak disalahgunakan’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Ekonomi dan Bisnis Sepak Bola Sejak Era Hindia Belanda: Apakah Sudah Terjadi Industri Sepak Bola?

Tampaknya selama era Hindia Belanda tidak ditemukan terminology industry sepak bola.  Namun dengan mengacu pada definisi industri sepak bola, gejala sepak bola sudah terindustrialisasi sangat nyata. Loyalitas terhadap pemain dan klub pujaan merupakan ukuran nyata bahwa sepak bola tidak hanya fungsi olahraga, tetapi telah bertransformasi menjadi kegiatan ekonomi yang dilakukan secara bisnis. Para penonton dengan sukarela membayar tiket dan jadwal sepak bola terkesan telah menabrak jadwal kegiatan rohani di gereja pada hari Minggu (terutama para pemuda).


Bisnis dan industri, dalam hal ini sepak bola, adalah dua terminology yang secara ekonomi untuk menunjukkan satu hal. Perbedaannya hanya soal skala. Bisnis dalam hal ini adalah klub yang menjalankan fungsi ekonomi secara sadar (dikelola dengan manajemen yang baik). Kumpulan unit bisnis disebut industry. Oleh karena itu bisnis adalah mikro ekonomi (dilihat dari satu unit semata untuk mencapai tujuannya: profit); sedangkan industry adalah makroekonomi (market sepak bola). Market sepak bola yang sudah terbentuk, seperti jadwal yang tetap dalam kompetisi, mengindikasikan industry sepak bola sudah bekerja.

Pengorganisasian klub-klub sepak bola ke dalam federasi local (bond), federasi nasional (NIVU) dan federasi internasional (FIFA), industri sepak bola (gejalanya) tidak lagi tumbuh dan berkembang sebatas kota, tetapi juga secara nasional dan secara internasional. FIFA sendiri dibentuk pada tahun 1904. Oleh karena itu terbentuknya rantai industri sepak bola secara internasionakl juga ada kontribusi dari FIFA. Dalam hal ini FIFA menjadi badan pengatur tunggal industri sepak bola sedunia.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar