Laman

Sabtu, 18 November 2023

Sejarah Bahasa (128): Bahasa Ambon dan Bahasa Melayu Lingua Franca di Ambon; Majapahit, Kerajaan Aru, Portugis, Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Ambon mengapa disebut bahasa Melayu Ambon? Pada masa lalu tentu saja tidak hanya di Ambon, juga di Ternate, Kupang dan Manado. Bagaimana dengan di Betawi dan di Pontianak dan Banjarmasin? Yang jelas banyak pelabuhan-pelabuhan perdagangan di (kepulauan) Maluku seperti di Ternate, Tidore, Ambon dan Banda. Dalam konteks inilah bahasa Ambon terbentuk.


Bahasa Ambon atau Melayu Ambon adalah dialek bahasa Melayu yang dipertuturkan di Kota Ambon, Pulau Ambon, Pulau-Pulau Lease yaitu Saparua, Haruku, dan Nusalaut, serta Pulau Buano, Pulau Manipa, Pulau Kelang, Pulau Seram serta dipakai sebagai bahasa perdagangan di wilayah Maluku seperti Kei dan Buru, suatu bahasa mirip dengan bahasa Kupang di NTT. Bahasa Melayu telah berabad-abad menjadi bahasa antarsuku (linguafranca) sebelum Portugis di Ternate (1512), sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Melayu Ambon berbeda dari bahasa Melayu Ternate karena pada zaman dahulu suku-suku di Ambon memengaruhi perkembangan bahasa Melayu Ambon sangat berbeda dari suku-suku yang ada di Ternate. Bahasa Melayu Ambon mendapat banyak pengaruh dari bahasa Melayu Makassar. Pada abad ke-16, cukup banyak kosa-kata Portugis masuk ke dalam bahasa Melayu Ambon lalu kata serapan dari bahasa Belanda. Pada zaman Belanda inilah, bahasa Melayu Ambon dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah, di gereja-gereja, dan juga dalam terjemahan beberapa kitab dari Alkitab. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ambon dan bahasa Melayu lingua franca di Ambon? Seperti disebut di atas wilayah Maluku sudah dikenal dalam navigasi pelayaran perdagangan sejak zaman kuno. Perkembangan bahasa Ambon sejak Kerajaan Majapahit, Kerajaan Aru, Portugis hingga Belanda. Lalu bagaimana sejarah bahasa Ambon dan bahasa Melayu lingua franca di Ambon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Ambon Bahasa Melayu Lingua Franca di Ambon; Kerajaan Majapahit, Kerajaan Aru, Portugis, Belanda 

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kerajaan Majapahit, Kerajaan Aru, Portugis, Belanda: Bahasa Melayu Ambon Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar