Laman

Rabu, 20 Desember 2023

Sejarah Bahasa (186): Bahasa di Kerajaan Pamangkajoe Tempo Doeloe; Kini Nama Desa Pamakayo di Solor Barat, Flores Timur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa dan kelompok populasi berkaitan di suatu wilayah. Besarnya ada yang setara kampong dan ada yang setara pulau. Ada yang pemimpinya raja kecil dan ada yang raja besar. Tempo dulu begitu banyak kerajaan. Di pulau Solor ada yang dikenal sebagai kerajaan Pamangkajoe. Tentu saja semua kerajaan itu telah hilang. Hal yang diwariskan misalnya disebutkan sebagai nama wilayah, nama pulua, nama desa atau nama bahasa. Nama kerajaan Pamangkajoe tempo doeloe diduga kini menjadi nama desa Pamakayo.


Pamakayo merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Solor Barat, kabupaten Flores Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Desa ini merupakan satu dari 18 desa dan kelurahan yang berada di kecamatan Solor Barat. Desa ini memiliki jumlah penduduknya sebagian besar bersuku daerah Flores. Sebagian besar penduduknya bermatapencaharian petani. Hasil pertanian utama di desa ini ialah kemiri, kakao dan lain-lain. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa di Kerajaan Pamangkajoe tempo doeloe? Seperti disebut diatas temo doeloe ada kerajaan bernama Pamakayo. Bahasa apa yang dituturkan di kerajaan tersebut? Kini nama desa Pamakayo di Solor Barat, Flores Timur. Lalu bagaimana sejarah bahasa di Kerajaan Pamangkajoe tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa di Kerajaan Pamangkajoe Tempo Doeloe; Kini Nama Desa Pamakayo di Solor Barat, Flores Timur

Pada masa kini, nama Pamakayo diduga kuat merujuk pada nama Pamangkajoe. Kita sedang membicarakan Pamangkajoe suatu kerajaan tempo doeloe. Kapan nama Pamangkajoe ini eksis tidak diketahui secara pasti, yang jelas sudah lama, mungkin sejak era Portugis. Pada era VOC/Belanda, kerajaan Larantoeka memiliki hubungan baik dengan kerajaan Pamangkajoe yang berada di pulau Solor. Disebutkan Radja Larantoeka sangat mengandalkan pasukan dari Pamangkajoe karena sangat berani (karakter pasukan Pamangkajoe ini kurang lebih sama dengan pasukan Rokkas di pulau Flores).


Nama Pamangkajoe sejak masa lampau, tidak hanya di pulau Solor. Sebagaimana diketahui nama Solot (Solor) sudah docatat dalam Negarakertagama (1365). Nama yang mirip Pamangkajoe ditemukan di pantai barat Sulawesi, Pasangkajoe. Di wilayah Filipina ada kelompok populasi yang berbahasa Hatang-Kayi di Luzon Tengah di sekitar teluk Manila. Nama yang mirip dengan Pamangkajoe juga terdapat di pantai timur Sumatra di wilayah Padang Lawas/Angkola/Tapanoeli yakni Sibatangkajoe. Lantas apakah nama-nama yang mirip tersebut terhubung satu sama lain di masa lampau?  

Dimana letak Pamangkajoe di pulau Solor? Untuk soal geografi dalam sejarahnya terdapat sumber-sumber antara lain berita-berita dari para petualang/pelancong, para pelaut, ahli geografi yang tengah melakukan studi geografi dan etnografi dan angkatan laut (Pemerintah Hindia Belanda) yang melakukan pemetaan laut (pantai. tanjung, selat, teluk dan pulau-pulau kecil). Pemetaan laut di Hindia Belanda sejak dimulainya Pemerintah Hindia Belanda (khususnya setelah pemulihan, pasca pendudukan Inggris di Jawa, 1816).


Begitu luasnya wilayah Hindia Belanda dari Sabang hingga Merauke, pemetaan laut dilakukan lebih dari limapuluh tahun). Dalam pemetaan laut di wilayah Timor dan sekitar, disebutkan di kawasan antara pulau Adonaro di utara dan pulau Solor di selatan, pada garis pantai utara pulau Solor disebut nama kampong Pamangkajoe dan kampong Lewonama. Dua nama ini masih eksis pada masa ini sebagai Pamakayo dan Lewonama. Dalam sejarah lama pada era Portugis, kerajaan Serviti beribukota di Lewonama dipantai timur Tanjung Bunga. Serviti saat itu nama pulau di pintu masuk ke selat Solor. Dalam hal ini nama Lewonama adalah nama yang sudah kuno di kawasan. Bagaimana dengan nama Pamangkajoe? Pada awal era Portugis lima kerajaan pertama yang diidentifikasi (sebelum muncul kerajaan Larantuka) adalah kerajaan-kerajaan Lahajong, Lamakera, Lamahala, Trong dan Lewonama. Di arah selatan Lewonama di pantai timur Tanjungt Bunga kemudian terbentuk kerajaan Larantoeka. Kerajaan Larantoeka ini mulai berkembanga sejak kahadiran misionaris Portugis yang terusir dari Malaka pasca VOC/Belanda menduduki Malaka pada tahun 1641. Dengan semaki kuatnya kerajaabn Larantoeka yang didukung Portugis, lima kerajaan-kerajaan lama tersebut menjadi tergantung kepada kerajaan Larantoeka.

Lewonama ini eksis antara 1571-1646. Mengapa kerajaan Lewonama meredup atau menghilang tidak diketahui secara pasti. Yang jelas seperti disebut di atas, nama Lewonama muncul di pantai utara pulau Solor yang berdekatan dengan kampong Pamangkajoe. Pada masa ini letak Pamangkajoe dan Lewonama ini di sebelah barat yang sejajar dengan nama Lahajong dan Lamakara.


Dalam sejarah (kerajaan) Larantoeka, saat menjadi kerajaan besar, mungkin yang terbesar di wilayah Timor dan sekitar, disebutkan kerajaan Larantoeka sangat tergantung dan sangat mengandalkan pasukan dari Pamangkajoe, pasukan yang dianggap sangat pemberani seperti halnya pasukan dari kerajaan Rokkas di pantai selatan pulau Flores (Ngada). Dalam konteks inilah nama Pamangkajoe penting di kawasan. Namun yang menjadi masalah sejak kapan (kerajaan) Pamangkajoe ini eksis? Apakah kerajaan Pamangkajoe dibentuk oleh para migran dari (kerajaan) Lewonama? Fakta bahwa pada masa kini nama Lewonama dan Pamangkajoe bertetangga.

Seperti disebut di atas di sebelah timur Lewonama Pamangkajoe terdapat nama Lewahajong (tempo doeloe hanya disebut Lahajong). Dalam laporan pemetaan laut oleh Pemerintah Hindia Belanda disebut kerajaan Lewahajong ini masih eksis sebagai salah satu federasi lima kerajaan. Yang mana radja (Lewahajong) tinggal di dalam tembok benteng Pangeran Frederik Hendrik, yang dibangun oleh Portugis pada tahun 1561 yang kemudian ditaklukkan oleh Belanda pada tahun 1613 yang lalu kota ini segera ditinggalkan. Dalam laporan pemetaan laut ini juga disebut bahwa di belakang kampung Menanga yang letaknya lebih ke arah timur yang juga merupakan tempat pasar, akan dijumpai semacam dataran tinggi, yang pada sisi timurnya menurun cukup curam hingga ke sebuah teluk sempit yang cukup dalam, di dalamnya mengalir sungai kecil yang mengalir.


Pada masa ini nama Menanga ini masih eksis, suatu kawasan yang berada diantara Lewahajong dan Lamakera. Dalam penamaan nama-nama tempat geografis tersebut tampaknya penting diperhatikan. Pertama, nama Lewanama pertama kali diidentifikasi pada era Portugis di pantai timur Tanjung Bunga (dan pulau Serviti). Lewanama ini kira-kira di kampong Lewobunga yang sekarang di kecamatan Tanjung Bunga. Namun anehnya pulau Serviti ini tidak ada lagi (apakah telah teklah lenyap tergerus abrasi oleh arus laut/ombak? Nama Lewanama ini kini muncul di tikungan pantai utara Solor sebelah barat bertetangga dengan Pamangkajoe. Lantas mengapa nama Lahajong kini didientifikasi dengan nama Lewahajong? Lalu dalam hubungannya dengan nama Pamangkajoe di barat di sebelah timur Lahajong/Lewahajong diidentifikasi nama Menanga. Apakah relasi nama Menanga dan nama Pamangkajoe kebetulan? Di pantai barat Sulawesi di wilayah Mamuju terdapat nama Pasangkajoe dan nama Minanga; di Filipina di teluk Manila juga ada nama Hatang Kayi dan nama Minanga; dan di pantai timur Sumatra di Padang Lawas/Tapanoeli ada nama Sibatangkajoe dan nama Binanga.

Nama Pamangkajoe dan nama Menanga seakan hadir di pesisir utara pulau Solor yang mengapit nama Lahajong. Sebagaimana disebut bahwa Lahajong adalah kota pertama yang teridentifikasi pada era Portugis dimana para misionaris Portugis membangun stasion misi pada tahun 1557. Lalu di belakang kampong ini di pedalaman dibangun benteng Portugis pada tahun 1561 atau 1575 (yang kemudian tahun 1613 ditaklukkan oleh pelaut-pelaut Belanda).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kini Nama Desa Pamakayo di Solor Barat, Flores Timur:  Bahasa Rokkas di Flores

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar